Saturday, September 27, 2008

Mengasah Firasat

Kebetulan atau tidaknya beberapa peristiwa ini mungkin bisa kuanalisis. Aku memang seneng ilmu titen..........! Beberapa peristiwa ini muingkin bisa kukaitkan dengan keikutsertaanku dalam rekrutmen MT PTBA.

Pertama, saat aku pulang dari Jakarta setelah tes tahap I PTBA, aku naik bus Safari Dharma Raya bernomor kursi 13. Sebagian orang beranggapan nomor itu suatu pertanda ketidakberuntungan.

Kedua, jadwal tes PTBA tahap kedua bentrok dengan jadwal tes Bulog, dan akhirnya aku memilih tes PTBA karena teman2ku menyarankanku untuk memilih ikut tes PTBA.

Ketiga, saat aku antre tiket di stasiun Tugu, aku bertemu dengan bibiku dan akhirnya aku dibeliin tiket gratis oleh bibiku.

Keempat, aku lupa membawa kartu ujian PTBA pada tes tahap kedua.

Kelima, aku mendapat solusi dari temanku soal kartuku yang lupa kubawa.

Keenam, perjalananku pulang ke Jogja setelah tes tahap II tidak begitu lancar. Bus Kramat Jati yang kunaiki mulai datang terlambat, macet total, dan tiba terlambat di Jogja.

Ketujuh, aku diusir-usir dari dalam masjid Istiqlal.

Kedelapan, inilah firasat kegagalanku dalam tes PTBA serasa nyata. 2 hari menjelang pengumuman, aku iseng membuka situs PPM, kali aja sudah ada pengumumannya. Tapi ternyata belum ada, namun aku iseng memasukkan nomor regristrasiku beserta password. Dan ternyata keluar namaku, kalau aku belum memenuhi syarat untuk lolos tes tahap berikutnya. Aku pun tercengang seolah tak percaya, jangan2 itu hasil pengumuman yang akan diumumkan pada tgl 26. Aku pun agak shock dan berusaha ikhlas jika hal itu benar-benar terjadi. Ternyata akhirnya yang kulihat sebelum peserta lainnya melihat dua hari sebelumnya itu benar adanya. Oh.....

Kesembilan, tgl 26 September malam, pengumuman ditunda sampai pukul 24.00 WIB. Sekitar pukul 19.00 terjadi angin besar di rumahku disertai hujan yang cukup deras dan lama. Itu merupakan hujan pertama. Hujan bisa bermakna rezeki bisa pula menyimbolkan tangisan.

Kesembilan kejadian itulah yang membuat pikiranku tak menentu. Ada beberapa peristiwa yang menandakan aku akan bisa lolos tes PTBA, ada pula yang menandakan aku tidak lolos. Seperti halnya kejadian kedua, ketiga, kelima yang seolah memberi kemudahan bagiku untuk ikut tes tersebut. Namun kejadian lainnya seolah menandakan aku tidak cocok untuk melanjutkan tes itu.

Memang nggak jodohku untuk berkarya di PTBA. Mungkin saja Allah punya sesuatu yang lebih indah untukku kelak. Mungkin saja aku diberi kesempatan kerja di Jakarta kelak biar bisa deket teman2ku, bisa lebih berkembang, bertemu jodohku yang mungkin saja Dian Sastro ato Mariana Renata (he he....mimpi kali y.....), ato aku jadi orang beken di Jakarta, siapa tau hayo.....! Mungkin saja kerja di tambang nggak cocok bagiku, dan mungkin saja Allah ingin aku bekerja di kantoran aja yang ber-AC, kumpul ma orang2 kelas atas ato pejabat, who knows....iya to...!

Kita kan boleh-boleh aja berandai andai. Lebih baik berhusnuzon to tentang rencana Allah terhadap kita pada masa depan, daripada malah berburuk sangka dan menyalahkan-Nya atas kegagalan yang kita hadapi. Yakin aja kalau Allah pasti lebih tau apa yang terbaik untuk hamba-Nya, asal kita mau berikhtiar dan berdoa. iya kan.....masak ya iya dong.....he he.....keep your smile :-)










Kutunggu Sebuah Hikmah

Malam ini pukul 00.00 WIB tgl 27 September 2008 merupakan saat-saat yang tak terlupakan bagiku. Pada penghujung bulan Ramadhan yang seharusnya membuat hatiku senang justru kejadian malam ini menorehkan sesuatu yang jelas tidak kuharapkan. Namun, sebagai insan biasa, aku hanya bisa ikhlas dan mencoba sabar atas apa yang terjadi terhadapku malam ini. Kucoba untuk tetap berpikir jernih dan tak larut terus dalam keputusasaan dan kesedihan.

Bagaimana tidak aku sangat kecewa dengan apa yang kuhadapi malam ini. Malam ini, aku melihat pengumuman penerimaan MT di PTBA yang sudah kulalui prosesnya 3 kali aku bolak-balik Jakarta. Walaupun aku jujur sangat kecewa dan belum bisa menghilangkan 100 % kesedihanku, kuberusaha tuk selalu mencari hikmah dibalik semua ini. Mungkin saja Allah berkehendak lain dan ada rencana indah dari-Nya di kemudian hari untukku. Kuterus berusaha menghibur diriku yang sudah terlanjur luluh lantak rasa percaya diriku. Namun kutak mau terus dibelenggu aura negatif yang akan semakin menggerogoti aura positifku, ku harus tetap ceria, toh pekerjaan bukan hanya itu. Toh aku masih punya banyak kesempatan asal aku mau berusaha, pasti suatu saat nanti aku akan mendapatkan pekerjaan yang cocok dan terbaik untukku.

Aku ingin sedikit flash back tentang keikutsertaanku untuk ikut dalam seleksi MT di PTBA. Pada mulanya, aku tidak terlalu berminat untuk mendaftar sebagai MT di PTBA. Akhir juli 2008, secara kebetulan aku melihat lowongan MT PTBA saat aku sedang asik berseluncur di dunia maya. Spontan aku memberi tahu teman2ku alumni kuliahku dulu lewat milis yahoogroups yang aku buat. Aku lantas iseng-iseng untuk mendaftar online. Eh nggak taunya aku lolos tes administrasi. Tes pertama berlangsung tanggal 9 Agustus 2008 di Jakarta. Aku pun menginap di Jalan Jaksa yang terkenal dengan penginapan murah ala Backpackers, dan kebetulan wisma Delima yang biasanya kusinggahi saat itu penuh dan terpaksa aku ke Hostel Yusron yang letaknya agak ke dalam gang. Kebetulan saat itu sedang ada festival jalan Jaksa yang membuatku agak kesulitan mencari penginapan jarena banyak yang penuh.

Pada hari tes keesokkan harinya, ternyata aku ketemu banyak temen2 se-angkatanku dulu. Jadi kayak reuni saja suasana tes pada hari itu. Tes pertama yang berupa tes potensi akademik dan disertai tes hitung pauli berjalan lancar. Aku pun lolos tes tahap pertama itu.

Tes kedua berlangsung tanggal 30 Agustus 2008, sehari menjelang puasa ramadhan. Aku ke Jakarta naik kereta api dan tiba di Senen saat menjelang subuh. Aku pun mandi di stasiun sebelum berangkat ke lokasi tes. Di lokasi tes di PPM Menteng Raya, aku datang paling pagi bahkan pagarnya pun belu dibuka, tapi untungnya ada Pak Satpam yang mau membukakan gerbang karena ku saat itu kebetulan lagi kebelet pub, he he.....! Tes tanggal 30 tersebut meliputi tes bahasa Inggris dan tes psikologi tertulis. Sebelumnya saat perjalanan ke Jakarta, saat masih berada di stasiun Tugu tepatnya berada di atas kereta senja utama yang sudah bersiap berangkat ternyata aku salah membawa kartu ujian. Yang kubawa ternyata kartu ujian Departemen Keuangan bukannya Bukit Asam. Aku pun bingung, mau menelepon kakakku tapi kereta hampir berangkat, sehingga kuputuskan untuk tetap berangkat dengan rencana kalau besok saat tes aku harus bersilat lidah kepada panitia tes agar aku bisa ikut tes. Aku pun mengetik sms kepada temanku si D yang kebetulan bekerja di Jakarta. Dia ternyata punya ide cemerlang kalau kartu tesku mending di fax aja, tapi hal itu tak pernah terjadi karena ruang fax di kantornya sudah dikunci, kemudian dia pun berinisiatif agar aku mengontak temanku dikos agar bisa men-scan kartu ujianku. Aku pun langsung mengontak kakakku yang kebetulan sekos denganku di Jogja. Akhirnya kartuku discan dan dikirim ke alamat email temanku si D itu. Keesokkan harinya sebelum tes dimulai si D datang ke lokasi tes-ku di PPM Menteng Raya untuk memberiku kartu ujianku hasil scan, aku pun lega banget. Terima kasih banyak sobat......!

Tes kedua yang berlangsung sekitar 3 jam itu pun berakhir lancar, namun ternyata diakhir tes diberitahu kalau ada tes lanjutan berupa wawancara pendalaman sekitar tanggal 2 sampai dengan 5 september 2008. Aku pun sempat bingung karena pada saat bersamaan aku sebetulnya akan mengikuti tes penerimaan pegawai Bulog di Semarang. Tapi akhirnya aku memutuskan untuk memilih mengikuti tes PTBA di Jakarta, karena sudah terlanjur ikut. Pada tanggal 30 Agustus itu aku bingung apakah mau pulang ke Jogja atau menginap di tempat temanku mengingat pelaksanaan waktu tes yang sangat berdekatan. Tapi aku ragu aku mendapat jatah tanggal 2 atau bahkan pada tanggal 5. Kuputuskan untuk pulang sore itu naik Bus Kramat Jati lewat terminal Rawamangun. Bus yang aku tunggu terlambat sekitar 2 jam dan baru sekitar jam 19.00 baru berangkat, tak sampai disitu ditengah perjalanan bus terjebak kemacetan parah di sekitar Cirebon. Akhirnya busnya sampai Jogja sekitar jam 11 siang.

Kebetulan keesokkan harinya, ibukku datang ke Jogja untuk Nyadran ke makam eyang di Bantul. Aku pun ikut nyadran. Malam harinya sudah ada penguman jadwal wawancara pendalaman, dan akhirnya aku mendapat jadwal pada hari Selasa, 2 September 2008. Aku pun bergegas untuk memesan tiket pulang pergi di stsiun Tugu. Aku naik kereta api Taksaka dari Jogja jam 8 malam dan sampai gambir sekitar pukul 04.30 WIB. Aku pun terpaksa saur di Kereta yang ternyata masakannya sangat tidak enak, yaitu nasi goreng yang ternyata sudah dingin dan rasanya agak pahit, tapi terpaksa kulahap habis daripada aku pingsan seharian puasa. Sesampainya di Gambir aku langsung sholat dan terus berjalan kaki menuju masjid istiqlal. Suasana subuh yang masih petang dan jalanan yang sangat sepi agak membuatku takut jangan2 aku nanti dirampok di tengah jalan. Namun pikiran negatifku itu tidak terjadi dan akhirnya aku pun sampai di Istiqlal walaupun agak capek karena pintu yang dibuka ternyata cuma yang menghadap gereja Katedral yang letaknya lumayan jauh dari stasiun Gambir. Aku pun langsung segera mencari kamar mandi agar aku bisa mandi sepuasnya daripada aku mandi di kamar mandi stasiun yang kotor, antre lagi...!

Sehabis mandi aku pun menuju kelantai atas untuk melihat keindahan masjid paling besar se-Indonesia itu. Baru sekitar sejam didalam masjid yang pada saat itu banyak orang yang sedang tidur, eh tiba-tiba terdengar bunyi loudspeaker (TOA) plus bunyi peluit dari petugas masjid yang membangunkan semua orang yang tidur disitu. Kami semua disuruh keluar karena masjid mau dibersihkan. Aku pun keluar masjid dan hanya jalan2 disekitar masjid sambil mengobrol sama orang yang baru kukenal di masjid itu.
Sekitar pukul 10.00 WIB aku memutuskan untuk meninggalkan Istiqlal dan kulanjutkan ke PPM dengan naik Bajaj. Di PPM aku menunggu sampai jam 4 sore karena aku dapat giliran terakhir untuk wawancara pada hari itu. Untung saja aku nggak pingsan, walaupun mataku sudah terasa sangat pedas dan ngantuk berat.

Seusai wawancara aku langsung naik Bajaj menunju Mall Atrium Senen untuk sholat maghrib dan berbuka puasa. jam 19.30 aku berangkat dari stasiun senen. Di dalam kereta itu aku ternyata satu kereta dengan temanku si T yang juga ikut tes PTBA. Di Cirebon ternyata aku bertemu dengan rombongan temanku yang usai menjalankan pra jabatan CPNS di Kadipaten. Kami pun sampai di stasiun Jogja jam 4.45 WIB.
Itulah sekelumit ceritaku yang berakhir malam ini dengan kurang menyenangkan. Mungkin kejadian malam ini baru akan kuketahui hikmahnya beberapa waktu mendatang yang merubah pikiranku kalau kejadian malam ini justru menjadi suatu awal yang indah bagiku.

Ya Allah, berilah hambamu ini keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu. Amin!