Monday, December 12, 2011

Rumah Impian

Sabtu, 10 Desember 2011 seperti biasanya hari libur bagi PNS pusat sepertiku. Sudah kurencanakan sebelumnya hari itu aku akan menengok rumah indenku di kawasan Jl. Ciater Raya Tangerang Selatan.

Pagi itu, aku tak langsung pergi ke Tangsel, melainkan aku pergi dulu ke Stasiun Gambir beli tiket KA Malabar Jurusan Bandung-Malang untuk tanggal 23 Desember 2011. Kebetulan rencananya pada tanggal 23 Desember aku masih di Bandung, jadi sekalian aja aku pesen tiket untuk menjenguk istriku di kampung. Lumayan kan ada cuti bersama Natal....

Usai dari Gambir langsung kugeber motorku ke Tangerang Selatan. 30 Km lebih kutempuh perjalanan menuju rumah impianku itu. Sekitar pukul 9 pagi, aku sudah sampai di kompleks perumahan itu. Betapa terkejutnya diriku, mendapati calon rumahku yang sudah berdiri hampir separo, padahal seminggu sebelumnya masih membuat pondasi. Tak lupa aku juga membawakan 10 bungkus rokok Jarum Super yang sengaja kubeli di indomaret untuk para tukang dan mandornya.

Di Lokasi calon rumahku itu yang kebetulan berada di posisi hook dengan tanah seluas 135 meter persegi plus sisi depan dan kanan rumah yang dikelilingi jalan kompleks perumahan yang lumayan lebar sekitar 7-8 m saat itu hanya kujumpai 2 tukang bernama si Agus dan si Rahmat. Tak lupa mereka kuberi rokok masing-masing satu bungkus. Sebelumnya memang aku dipesen oleh Bapakku agar aku setiap kali nengok pembangunan rumah agar membawa rokok buat para tukangnya agar mereka ngerjain rumahnya tidak asal-asalan.

Kupotret dari segala sisi rumahku yang sedang dibangun. Rencananya setiap rekam jejak pembangunan rumahku akan kuabadikan, biar kelak anak cucuku tahu gimana perjuangan ayah kakeknya tuk mempunyai sebuah rumah yang walaupun mungil tapi milik sendiri.

Membangun rumah sendiri jika dibandingkan dengan membeli rumah dari developer pasti banyak sekali perbedaannya. Aku sendiri melihat, bagaimana pembangunan pondasi rumah yang terlihat tidak begitu dalam, dan saat kutanyakan ke mandornya ternyata memang segitu standar dari pengembangnya. Kemudian batu batanya yang kecil-kecil serta besi tulangan untuk cor yang kecil-kecil yang membuatku semakin khawatir dengan kualitas rumah itu. Namun, yang sedikit membuat hatiku agak tenang, contoh beberapa rumah yang sudah jadi ternyata finishingnya nampak luar tidak begitu mengecewakan dan relatif rapi. Beberapa titik pondasi, tepatnya 9 titik yang kupesan untuk di pondasi cakar ayam untuk mengantisipasi rencana penambahan lantai bangunan rumahku pada masa mendatang. Aku juga sedikit ragu dengan kualitas pondasi cakar ayamnya seharga 450 ribu per titiknya, walaupun besinya sudah menggunakan ukuran 12mm. Berpikir positif sajalah, semoga pondasinya benar-benar kuat.

Kira-kira setengah jam lamanya aku berada di proyek perumahan itu. Aku kemudian menuju perumahan tetangga tepatnya di Serp*** Est*** untuk berkunjung di rumah temanku semasa kuliah.
*********

Perumahan dimana tempat tinggal teman kuliahku itu terletak kira-kira sekitar 1,5 km ke arah barat dari perumahanku. Perumahan ini mempunyai model yang kesemuanya rumah 2 lantai. Kebetulan temanku mengambil rumah 2 lantai dengan luas bangunan 75 meter persegi dan luas tanah 90 meter persegi. Ku lihat kualitas bangunannya bagus, setting ruang per ruangnya juga bagus. Ada dua kamar tidur, satu di lantai satu, dan satu lagi yang lebih luas dan dilengkapi kamar mandi dalam di lantai dua. Yang membuatku kurang sreg hanya lokasinya yang tidak di hook melainkan diapit rumah dengan tipe yang sama di kanan kirinya. Letak perumahannya yang nyempil masuk ke suatu gang dari jalan Ciater Raya juga membuatku kurang sreg. Menurutku walaupun perumahannya cukup mentereng kalau sudah mblesek ke suatu gang akan mengurangi gengsinya, he he....

Temanku itu juga menawariku untuk dikenalkan ke marketing perumahannya, kalau aku berminat mempunyai rumah di kawasan itu. Saat itu aku memang tidak memberitahunya jika aku sudah inden rumah di perumahan tetangga. Aku besok ingin membuat surprise kepadanya mengundang ke rumahku jika sudah jadi dan sudah ada isinya tentunya, he he...... (mau pamer ceritanya, hix...).

Sewaktu aku kecil kutak pernah bercita-cita untuk mempunyai rumah mungil di perumahan. Dulu aku selalu bercita-cita mempunyai rumah besar dengan halaman luas yang kudesain sendiri. Dulu aku sering sekali menggambar denah-denah rumah dengan berbagai model layaknya seorang arsitek. Aku yang dibesarkan di desa dengan rumah dan halaman yang luas dengan hamparan sawah menghijau luas, sekarang harus hidup di kota megapolitan dengan keterbatasan lahan yangh membuat harga tanah selangit dan kuhanya mampu membeli di pinggiran Jalarta dan itupun dengan harga yang sudah sangat merongrong tabunganku dan tidak terelakkan untuk pinjam uang ke Ibuku untuk melunasi uang mukanya yang hampir seratus juta,

Semoga rumah yang sudah menjadi pilihanku dan istriku itu akan membuat keluarga kami nyaman tinggal di dalamnya. Amin!









No comments:

Post a Comment