Saturday, February 2, 2013

HP dan Aku (part 1)

Mobile Phone atau yang sering kita sebut HP alias telepon genggam sudah lekat dalam kehidupan masyarakat satu dekade terakhir ini.

Dulu waktu melihat HP pertama kali, yang kuingat semasa SD dulu adalah HP besar yang kelihatannya sangat berat dan harganya selangit. Cuma orang-orang berkocek tebalah yang bisa memilikinya.

Untuk yang tidak kuat beli HP namun tetap pengen bergaya solusi saat itu adalah Pager. Masa-masa kejayaan pager saat dekade 90-an akan kelihatan keren jika diselipkan di ikat pinggang, namun sungguh tidak praktis penggunaannya. Tentu saja aku yang masih kolokan saat era booming pager tidak pernah memilikinya. Aku cuma melihatnya dipakai kalangan anak muda ibukota yang kutonton di televisi dan kudengar lewat lagu yang didendangkan salah satu grup musik saat itu yang sudah kulupa namanya. " Beep Beep... Pagerku berbunyi.... beep-beep-beep-beep begitu bunyinya....." itulah sepenggal bait lagu tentang kepopuleran pager saat itu.

Pager pun layu sebelum berkembang. Akhirnya munculah handphone dengan teknologi AMPS yang terdengar sayu-sayu gaungnya sebelum digilas habis oleh handphone berteknologi GSM dengan jagoan fiturnya kala itu adalah Short Message Service alias SMS.

Awal Abad ke-21 adalah era permulaan boomingnya mobile phone GSM. Nokia, Motorola, Siemens, dan Ericsson bersaing memperebutkan pangsa pasar yang begitu haus akan perangkat telepon bergerak. Awal tahun 2000-an HP-HP berukuran jumbo dengan layar kecil monokrom merajai pasaran. Ciri khas HP-HP masa itu adalah tahan banting. Menginjak tahun 2002 mulailah trennya bergeser ke HP-HP mini dengan keypad yang kecil pula sampai-sampai kesulitan dalam mengetik SMS.

Semasa aku SMA, cuma segelintir atau satu dua temanku saja yang membawa HP, itupun sering mereka gunakan secara sembunyi-sembunyi takut kalau menjadi pusat perhatian jika ketahuan teman-temannya. Berbeda dengan teman yang memang hobi pamer malah sengaja dipertontonkan 'HP-nya' padahal cuma HP pinjaman ortunya. Aku sendiri tidak berminat untuk memilikinya. Aku pun pernah dengan sok pintar memberikan statement kepada temanku: "Kita itu belum butuh yang namanya HP, di luar negeri itu HP untuk network communication, tapi kalau di Indonesia fungsi utamanya bukan untuk hubungan kerja melainkan lebih ke family communication".

Duduk di bangku kuliah di Jogja tahun 2002, aku belum punya HP kala itu. Ibuku merasa sangat kesulitan jika ingin menghubungiku, menanyakan bagaimana kabarku, sehingga pada awal tahun 2003 pun aku mempunyai HP pertamaku.

Motorola C 300 itulah HP pertamaku. Lumayan keren waktu itu dengan backlight layar LCD-nya yang bisa berubah-ubah warnanya dari Biru, menjadi Putih, bahkan kuning dan bisa berkelap-kelip seperti lampu disko jika ada panggilan atau SMS masuk. Wow keren...... pikirku kala itu. (bersambung)

No comments:

Post a Comment