Wednesday, August 14, 2013

Cerita Mudik Lebaran 2013 (part 2)

Kamis, 8 Agustus 2013
Gema takbir berkumandang sepanjang malam. Kami pun bersiap menuju masjid pada pukul 6 pagi. Manggala didandani dengan baju koko yang seragam denganku. Ibu-Ibu merasa gemas dengan tingkah polah lucu manggala saat mereka Sholat Id.

Tidak banyak kerabat yang berkunjung ke rumah pada hari pertama lebaran, karena tradisi di desaku, Lebaran yang 'sesungguhnya' itu adalah hari lebaran ke-2 nasional. Para tetangga dan kerabat pun banyak yang datang pada hari kedua lebaran.

Manggala tak lupa beraksi di hadapan kerabat-kerabat yang datang. Dia salami satu per satu, dia kasih snack ke tamu yang datang, kadang dia juga berjoget membuat para kerabat terheran-heran gemas kegirangan oleh tingkahnya.

Malam harinya usai maghrib kami jalan-jalan ke Pati dengan maksud mengajak Manggala ke Alun-alun kota melihat permainan-permainan. Sebelumnya kami pun mampir ke Nasi Gandul 'Romantis" pak Sardi di Desa Gadjahmati Pati yang sangat terkenal enaknya. Aku sendiri kalau tidak makan nasi gandul di situ rasanya kurang mantap, soalnya kurasain nasi gandul di tempat lain apalagi di kota lain rasanya kadang nggak karuan. Untungnya kami langsung dilayani, padahal biasanya saat lebaran pengunjungnya membludak, pas saat kami datang sudah lengang, namun saat kami makan langsung berbondong-bondong pengunjung datang. kami pun tak berlama-lama makan di situ, kasrena kasihan sudah banyak yang antre, meskipun begitu aku sudah sempat menghabiskan 2 porsi nasi gandul, puas dah.....

Di alun-alun Manggala terlihat senang sekali melihat berbagai macam permainan dengan lampu warna-warninya, kembang api yang dimainkan anak-anak, sampai dengan petasan besar yang dinyalakan. Bahkan dia malah tertarik dengan suara petasan yang menggelegar, dan bermaksud mendekati petasan yang sedang dinyalakan. Sekarang jika ada suara petasan, Manggala sering menirukannya dengan mengucap "Dug". Tak lupa kubelikan sebuah mainan yang ada lampunya warna-warni semacam bola bergerigi yang bisa bergetar menggelinding dengan lampu warna-warni plus ada suara musiknya. Dia terlihat senang banget bermain dengan mainan barunya. Sebelum pulang kami membeli martabak telur di sekitar alun-alun dekat Gedung DPRD pati.

Jumat, 9 Agustus 2013
Sekitar pukul 10 pagi, kami berempat berangkat kembali ke Tulungagung. Sambil jalan, aku mampir ketemuan dengan temanku di dekat terminal Sleko Pati. Temanku itu sekarang bertugas di Jakarta, dan karena dia masih lajang ada niatan untuk kekunalkan dengan adik iparku yang masih lajang juga, he he.....

Kami balik ke Tulungagung melalui jalur yang sama melewati Rembang - Blora - Cepu - Ngawi - Nganjuk - Kediri - Tulungagung. Bawaan pulang kami sangat banyak, ada sepasang burung parkit beserta sangkarnya, sepasang kelinci, Sekarung kecil Buah Matoa, kelapa muda, dan oleh-oleh lain semacam kacang dua kelinci dan Jenang kudus.

Arus balik terlihat lebih ramai. Kemacetan terjadi di beberapa titik sepanjang Ngawi - Nganjuk. kami pun beristirahat untuk makan siang di Rest Area dadakan yang diadakan oleh Mie Sedap. Kami pun pesan mie sedap sambil membuka bekal yang kami bawa dari rumah. Harga mie dan minuman yang disajikan sangat murah, kami hanya habis sekitar 13ribu rupiah saja.

Pukul 7 malam kami sampai Tulungaagung. Tidak langsung ke rumah melainkan mencari sate kambing, dan ternyata banyak warung sate yang tutup, kalaupun ada yang buka, pengunjungnya bejubel. Kami pun berhenti di warung sate yang aku sendiri sudah tahu bahwa kualitas dan rasanya kurang enak. Dagingnya keras dan membakarnya terlalu gosong, dan lebih mahal dari sate kambing langgananku di 'Moro Lego'. Tapi karena adik iparku sangat pengen sekali sate kambing, jadilah kami kesitu.

Sesampainya di rumah, manggala sudah disambut tante-tantenya yang berebutan menggendong Manggala. Tragisnya, salah satu kelinci yang kami bawa ternyata terbujur kaku meregang nyawa, padahal setiap kami berhenti selalu jendela mobilnya kami buka sebagian.

Sabtu, 10 Agustus 2013
Pukul 10 pagi kami menghadiri acara reuni keluarga dari Eyang kakungnya Manggala (bapak mertuaku) di Restoran Batavia dekat dengan rumah mertuaku. Manggala pada acara itu memakai beskap jawa dengan blangkon khas pantura yang ada 'kliwirnya'. Dalam acara itu manggala tidak begitu ceria karena dia terlihat ngantuk. Para kerabat yang datang pun bergantian menggendong dan berfoto bersama Manggala.

Sesampainya di rumah usai reuni, Manggala malah kembali lincah dan asik bermain kesana kemari sambil sesekali berjoget ala reog ponorogo. Kontan saja aksinya mengundang gelak tawa para kerabat yang mampir ke rumah.

Sore harinya, kami makan mie godog dan nasi goreng Pak Latip yang terkenal antre lama. Namun untungnya pas kami kesana masih sepi karena usai Maghrib kami langsung berangkat. Di situ manggala naik kereta putar dengan lampu warna warni yang kebetulan ngetem di seberang warung pak Latip.

Minggu, 11 Agustus 2013
Pukul 6 pagi aku berangkat menuju terminal. Untungnya manggala sudah bangun jadi bisa kupamiti. Naik Bus patas harapan Jaya menuju Surabaya. Aku berangkat pagi dengan asumsi jika terjadi kemacetan di daerah Jombang, kira-kira masih bisa nggak telat untuk penerbangan Garuda pukul 14.15 WIB.

Sampai di Bandara sekitar pukul 12 siang. Sholat ke Mushola langsung cek in, naik ke lantai dua, membeli majalah Natinal Geographic, dan kulanjutkan beristirahat sambil makan siang di Blue Sky Lounge (mumpung gratis, hix).

Sekitar pukul 17.00 WITA aku mendarat di Sepinggan. Naik ojek ke kosku di Jl. MT Haryono Dalam cuma Rp20ribu, namun kukasih Rp25ribu, itung-itung buat ongkos parkir si ojek di bandara yang kulihat si tukang ojek abis 4000 perak buat parkir saja.

Demikian cerita mudikku di tahun 2013 ini.




No comments:

Post a Comment