Sunday, March 23, 2014

Generasi AQUA

Label Aqua (dok. pribadi)
Generasi AQUA, itulah generasi anak sekarang. AQUA di sini tidak hanya merujuk pada satu merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) melainkan sudah menjadi merek generik untuk AMDK. Sebagian besar generasi kelahiran tahun 2000-an sudah sangat familier dengan AQUA dan sebagian besar tidak mengenal dan mengalami jika dulu air minum yang diminum sehari-hari adalah air sumur yang dimasak sampai mendidih.

Aku ingat ketika kecil sampai akhir dekade 90-an, Ibu selalu memasak air untuk keperluan air minum. Tak terkecuali jika kami pengen air minum dingin, air hasil rebusan dimasukkan ke dalam botol bekas orson (sirup ABC rasa orange yang encer). Atau kalau tidak ingin air dingin ya air rebusan ditunggu sampai adem baru dimasukkan ke teko, yang seringkali timbul kerak kapur di pinggir-pinggir mulut teko.

Kalau tidak salah mulai dekade 2000-an kebiasaan merebus air mentah kami tinggalkan, begitu pula fenomena-fenomena yang terjadi di sebagian besar masyarakat kita. Dulu yang mana air kemasan tidak termasuk barang murah, sekarang menjadi lazim dan praktis untuk keperluan minum. Harga air kemasan Galon yang harganya cuma kisaran belasan ribu di Pulau Jawa menjadikannya pilihan praktis bagi masyarakat. Masyarakat yang semakin sibuk merasa sangat tidak efisien lagi jika harus merebus air, waktu yang terbuang begitu banyak, boros bahan bakar untuk merebusnya, belum lagi kualitas air tanah yang semakin buruk dari tahun ke tahun menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya.

AMDK sekarang sudah menjadi semacam bahan pokok. Merek AQUA merupakan penguasa pangsa pasar saat ini. AQUA sudah cukup lama dikenal masyarakat kita, dan terjamin kualitasnya. Maka tak heran beberapa tahun terakhir ini sering terjadi kelangkaan pasokan AQUA, terutama AQUA Galon, biasanya paling sering terjadi ketika pasca lebaran. Fenomena yang tidak pernah kita bayangkan beberapa dekade yang lalu.

Merek AQUA bersumber dari mata air pegunungan berbeda dengan merek lain yang kebanyakan dari air sumur bor yang disterilisasi dan diolah sedemikian rupa. Dengan permintaan AQUA dari tahun ke tahuin yang semakin besar, tentu saja perusahaan AQUA akan mencari sumber mata air pegunungan yang baru guna mengakomodir permintaan yangh sangat tinggi, dengan catatan AQUA konsisten dengan penggunaan mata air pegunungan sebagai sumber bahan baku produknya. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi AQUA jika ingin terus tumbuh dengan meminimalisir konflik dengan masyarakat sekitar sumber mata air yang pasti merasa khawatir kawasan mereka akan mengalami kesulitan air bersih jika mata airnya dieksploitasi secara masif oleh AQUA.

Kembali lagi ke budaya merebus air yang semakin jarang dilakukan oleh masyarakat kita. Kehadiran dispenser yang dengan praktisnya menediakan pilhan air panas atau dingin semakin menggerus kebiasaan merebus air. Mau buat teh, kopi, atau minuman hangat lainnya tinggal pencet dari dispenser. Tentunya AMDK Galon sebagai air pengisi dispenser itu.

Aku pun sendiri sejak mahasiswa hampir selalu minum AQUA galon untuk keperluan minum sehari-hari. Merebus air cuma kulakukan sesekali jika 'terpaksa' kehabisan AQUA. Kebiasaan itu pun terbawa sampai sekarang. Rasanya kurang afdol jika tidak minum AQUA. Apalagi sekarang aku tinggal di Balikpapan yang air sumurnya kebanyakan keruh dan kurang layak dikonsumsi sekalipun direbus. Parahnya harga AQUA galon disini sekitar 2 kali lipat dari harga di Jawa. Mau tak mau aku harus membelinya, daripada membeli AQUA botol ukuran 1,5 liter seharga 5000 rupiah per botolnya.

Semakin buruknya kualitas air tanah dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebersihan air minum, memicu konsumsi AMDK semakin besar dari tahun ke tahun. Pertanyaannya sekarang adalah apakah suplai bahan baku air untuk AMDK akan terjamin sepanjang masa di Bumi Indonesia ini?

Memang Indonesia dikaruniai air tawar yang melimpah, namun jika tidak diimbangi kesadaran masyarakatnya akan mengkonservasi ataupun menjaga dan memertahankan sumber-sumber air yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami krisis air bersih, jika hal itu terjadi tentunya harga AMDK akan semakin mahal karena sumber bahan baku yang sulit tersedia ataupun bahan baku yang kualitasnya buruk sehingga memperlukan usaha yang lebih rumit untuk menjadikannya layak konsumsi (menjadi AMDK) yang pada akhirnya harga AMDK pun melambung, padahal air minum adalah kebutuhan utama, tidak bisa disubstitusi layaknya BBM. Harga AMDK terutama AQUA yang semakin mendekati harga BBM bukan tak mungkin suatu hari nanti harganya bisa melebihi harga BBM jika bahan bakuinya semakin langka. Akankah AQUA akan kembali semahal ketika pertama kali diluncurkan pada dekade 70-an yang mana harganya hampir 2 kali lipat harga bensin saat itu? Bisa Jadi!

No comments:

Post a Comment