Tuesday, March 31, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Garuda Indonesia

Pesawat Garuda Indonesia ATR 72-600
(dok. pribadi)
Aku nggak bakal main ke Pontianak kalau nggak tugas.... ternyata bukan sekedar surat tugas, melainkan SK (Surat Keputusan) aku harus pindah ke Pontianak. Jumat minggu lalu, untuk pertama kalinya aku menempuh perjalanan Balikpapan - Pontianak. Bukan dengan pesawat jet semacam Airbus dan Boeing, melainkan memakai pesawat propeler alias baling-baling (nggak pakai bambu) yang tak lain adalah pesawat Jenis ATR 72 - 600.

Garuda Indonesia mempunyai 8 armada untuk pesawat jenis ini. Beberapa diantaranya digunakan untuk menghubungkan kota-kota di Kalimantan, dari Timur ke Barat bahkan sampai masuk ke pedalaman. Iya benar, dari Balikpapan ke Palangkaraya, Palangkaraya ke Pontianak, dan Pontianak ke Puttusibau.

Pengalaman pertama naik ATR kurang mengenakkan, diawali dengan delay sekitar satu jam. Kami pun diberikan snack ringan untuk keterlambatan.Sekitar pukul 09.30 kami pun boarding, dan Voila..... ternyata ini to pesawat ATR yang populer itu! Pesawatnya relatif kecil dengan dua baling-baling di sayap kanan kirinya. Yang unik dari pesawat ini, pintu masuk penumpang melalui pintu belakang, sedangkan pintu depan dipakai sebagai tempat penyimpanan bagasi.

Tempat duduk penumpangnya ada 70 kursi, 2 kursi awak kabin, dan dua kursi di kokpit. Susunan kursinya 2 - 2, alias dua di kanan dan dua di kiri. Kebetulan aku menaiki kursi 21K, yang kupikir ditengah ternyata paling depan di samping jendela darurat, yang pasti ruang kaki lebih besar.

Toiletnya cukup bersih, nyaman meskipun sangat sempit tapi cukup efisien dan efektif. Dilengkapi dengan wastafel kecil, sabun cuci tangan, pegangan di dinding toilet untuk orang tua, closet duduk dengan flush dari bahan stainless steel. Bersih lah pokoknya, nggak seperti toilet kereta api eksekutif yang masih saja jorok, apalagi dibandingkan dengan toilet bus malam, aduh jauh bangetttt.....

Untuk take off dan landingnya tidal memakan waktu yang lama seperti pesawat jet. Kebisingan mesin pesawat di dalam kabin pun masih dalam batas yang wajar. Lumayan anteng pesawatnya, nggak terkesan limbung. Overall bagus lah untuk pesawat sekecil ini. Pesawat-pesawat model ATR 72 ini memang lebih efisien untuk menempuh jarak yang relatif dekat, misal dalam satu pulau. Lagi pula tidak perlu landasan pacu yang panjang.

Oiya sepanjang perjalanan Balikpapan, aku mendapatkan 2 kotak snack dan minuman by request semacam jus, susu, the, kopi, air mineral, susu, soda. Sayang nggak ada makan besarnya.....

Waktu tempuhnya tergolong lama bila dibandingkan pesawat jet. Dari Balikpapan sekitar pukul 09.30 WITA sampai di Pontianak sekitar pukul 11.30 WIB dengan transit di Palangkaraya kurang lebih 20 menit. Plus minus 3 jam lah, padahal kalau ke jakarta dari Balikpapan yang jaraknya lebih jauh cuma 1 jam 50 menit.

Sekedar Tips: Sebaiknya jika naik ATR 72 pilihlah kursi yang dekat jendela karena bisa menikmati pemandangan bawah yang bagus, dikarenakan pesawat jenis ini tidak bisa terbang setinggi pesawat jet. Kalau pesawat jet yang nampak kan hanya awan putih saja, kecuali saat mau landing atau take off.

Selamat mencoba ATR 72-600!

Baca juga: Pengalaman Naik CRJ 1000 Bombardier Garuda Indonesia


Sunday, March 29, 2015

Kuliner Balikpapan: Sop Kikil 'Mbah Dul"

Semangkuk Sop Kikil dan pelengkapnya (dok. pribadi)
Saat awal-awal aku di Balikpapan sekitar Bulan Oktober 2012, aku diajak senior di kantorku makan di warung Mbah Dul alias Warung Surabaya. Tepatnya di Jalan Gadjah Mada Balikpapan. Kalau dari arah Pasar Damai menuju ke arah kota. Sesampainya di depan Pasific Buliding (Panin Bank / Aston) kita belok menuju seberang jalan ada gang masuk. Nah kira-kira 20 meter masuk gang kita belok ke kiri. Kita lurus saja, kira-kira 100 meter ketemu warung sederhana bernama warung Surabaya, ditandai dengan pagar kayu dan cat dinding rumah berwarna hijau. Kalau dari arah Gang samping Gedung Keuangan Negara (GKN) terus saja lurus ke timur, nanti kira-kira 500 meter di kiri jalan ada warung surabaya. Warungnya sederhana banget, dan merupakan bagian lantai 1 dari rumah Mbah Dul.

Warung Pojok Surabaya "Mbah Dul" (dok. pribadi)
Pemiliknya aku nggak tahu nama persisnya, yang kukenal ya beliau dipanggil Mbah Dul, konon katanya karena beliau sering memanggil para pelanggannya Dul - Dul, maka akhirnya Beliau pun disebut pelanggannya Mbah Dul. Beliau sudah sepuh sekali, umurnya lebih dari 80 tahun. Berjalannya pun sudah ketimik-ketimik, membuatku khawatir kalau-kalau Beliau terjatuh.

Nah, kembali lagi ke soal menu. Saat pertama kali aku kesana, dipesankanlah aku semangkok sop Kikil. "Wow, rasanya mantap sekali! Makyuss tenan pokokke!", teriakku dalam hati.

Seringkali weekend pas aku main ke Plaza Balikpapan untuk nonton atau ke Gramedia, kusempatkan mampir ke warung Mbah Dul. Rasa kikilnya itu lho.....ngangeni banget.....! Tapi seringkali saat aku kesana sedang tidak ada sop kikil ataupun sudah habis. Jadilah menu alternatif lainnya yaitu rawon yang tak kalah enaknya. Adapulan menu lain, ada kepiting yang tentunya murah meriah, pepes patin, soto babat, dan masih banyak lagi. Tapi sekedar catatan, tidak semua menu itu tersedia setiap hari.
Aku bersama Mbah Dul dan putrinya (dok. pribaadi)

Semangkuk Sop Kikil plus nasi putih dan tumis-tumisan/pelengkap lainnya dihargai Rp13.000, dan Es The Manis Rp3.000,- Jadi biasanya aku makan di situ cuma habis Rp16.000,- Worth it banget lah pokokknya, apalagi ramah di kantong! Soal rasa nggak usah ditanya lagi, apalagi kalau disajikan panas-panas. Oiya, tipsnya sebaiknya jika mau makan menu sop kikil, datang ke warung Mbah Dul sebelum istirahat siang, soalnya sering kehabisan. Atau telpon dulu Mbah Dul, masak kikil nggak hari ini, karena aku beberapa kali kecele kesana Beliau nggak masak kikil karena nggak ada stok kikil di pasar.

Hari Kamis 26 Maret 2015 kemarin kusempatkan terakhir kalinya aku ke Mbah Dul sebelum pindah tugas ke Pontianak dan sekaligus pamitan dan mohon pangestu dari Beliau.

Sop Kikil Mbah Dul! Nggak ada duanya, uennakkkk tenannnn!

Baca juga:
Kuliner Balikpapan: Tahu Telor Blora Terenak se-Balikpapan

Saturday, March 28, 2015

Kuliner Pontianak: PENGKANG


Pengkang (dok. pribadi)
Puas Jalan-jalan ke Singkawang dan sekitarnya, tibalah saat kami pulang. Berangkat setelah sunset dari Pantai Batu Payung atau yang lebih beken disebut dengan Pantai MiMiLand, kami melaju langsung ke arah Pontianak. Sesampainya di Jalan Raya antara Mempawah dan Pontianak, karena sudah waktunya makan malam mampirlah kami ke suatu rumah makan yang lumayan rame, lebih tepatnya Pondok Pengkang Peniti, berlokasi di Jl. Raya Peniti Luar Km. 30. Kata driver kami, masakan seafood di rumah makan ini segar-segar dengan satu menu istimewanya.

Pondok Pengkang Peniti ini salah satu rumah makan tertua di kawasan ini. Menu Khasnya adalah ketan yang membalut udang dan dibungkus dengan daun pisang, dijepit dengan bambu dan dibakar. Mirip-mirip lemper, namun ini lebih besar dan isinya adalah udang.

Disajikan dengan sambal Kepah, semacam kerang menambah nikmat pengkang yang disajikan hangat-hangat setelah dibakar. Setiap japit bambu berisikan dua buah pengkang berbentuk segitiga. Cara memakannya pun cukup sederhana, yaitu dengan mencocol pengkang dengan sambal kepah yang rasanya enak menurutku.

Nah, ini bagian yang sensitif, yaitu soal harga. harga yang tertera di daftar menu adalah Rp7000/jepit pengkang (isi 2) dan Rp25000 untuk satu porsi sambal Kepahnya. Lho kok malah jauh lebih mahal sambalnya??? Mungkin Kepahnya kali yang mahal, atau lagi sulit dicari, entahlah.....

Sambal Kepah (dok. pribadi)
Untuk menu makanan lain yang disajikan di rumah makan ini menurutku relatif mahal. Kebetulan aku pesan nasi goreng kepah, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Kepahnya ternyata digoreng tersendiri, tidak dicampur langsung saat menggoreng nasi, rasanya pun kurang terasa kalau itu kerang plus agak alot jadinya karena digoreng. Beda banget dengan kepah yang dibuat sambal. Untuk menu-menu ikan segarnya mungkin patut dicoba, tapi ya itu tadi tergolong kurang ramah kantong sih untuk orang sepertiku yang masih termasuk kalangan price sensitive.

Jadi untuk menyantap hidangan di Pondok Pengkang Peniti, aku cuma merekomendasikan Pengkang dan sambal kepahnya. Itu hidangan otentik/khas dari rumah makan ini.

Friday, March 27, 2015

Perjalanan Ke Pontianak (Part 1)

Semalam aku cuma tidur kurang lebih empat jam. Kusetel alarm HP pukul 04.24 agar aku bisa melanjutkan packing yang rasanya kok nggak kelar-kelar juga. Akhirnya jam setengah enam pagi selesai sudah packingku dengan satu kardus besar berisikan berbagai macam barnag, satu koper berisikan full pakaian, 3 buah tas punggung berisikan 2 laptop dan entah barang-barang apa lagi yang membuat seluruh tasku overcapacity.

Setengah 7 pagi saatnya kumeninggalkan kos Hj. Lilis di MT Haryono Dalam yang telah menaungiku selama 2,5 tahun di Balikpapan. Kebetulan aku diantar Mas Totok Satpam Kantor dan ditemani teman kosku si Rahmat ke Bandara Sepinggan.

Sesampainya di Bandara, kulangsung Check In, dan tibalah saat menimbang bagasi.

"Mas, ini over 26 kg ya!", ujar si mbak petugas di counter check in

"Per kilonya berapa mbak?", sahutku.

"Ke Pontianak sekilonya ke charge Rp38ribu. Memang paling mahal Pontianak Mas, ke Jakarta aja cuma Rp33rb.", ujar mbaknya santai.

"Hah, gila tau gitu kuposkan aja bagasi ini. masak hampir 1juta sendiri bayar bagasi, masak hampir sama dengan harga tiketnya!", ujarku dalam hati.

"Gini aja mas, mas saya bantu 600 ribu di sini.", kata si mbak yang membuatku tambah bingung.

"Lha terus sisanya saya harus bayar kemana?, tanyaku balik setengah kebingungan.

"Maksud saya, mas cuma bayar 600rb saja."

"Oh gitu.....nggak ada diskon lagi nih?", pintaku sambil memendam rasa penasaran.

Langsung saja kubayar tunai 600 ribu di tempat, dan si mbak menyuruhku meninggalkan bagasiku yang kardus gede di situ aja, padahal sebelumnya si mbak menyuruhku membawa bagasi kardus ke x-ray khusus bagasi kardus.

Aku masih penasaran, kenapa kok bisa ada diskon over bagasi, dan prasangka burukku pun mulai bekerja! jangan-jangan...... Ah entahlah, yang penting aku nggak perlu repot-repot membawa kardus segede gaban itu sendiri!

Buru-buru kumenuju pintu pemeriksaan, dan masih kubawa tas punggung dua buah, tas kamera, dan tas kecil lainnya. Ku langsung menuju Blue Sky untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan..... Jam delapan kumeninggalkan lounge menuju ke ruang tunggu. Betapa terkejutnya aku, ternyata sesamainya di Gate 4, boarding yang seharusnya jam 08.10 ditunda, dan diinformasikan pesawat akan diberangkatkan jam 09.20! Buset dah, delay 50 menit. padahal penerbangan pagi, kok ada delay segala, mungkin masalah teknis mesin. Kami pun diberikan snack dari pihak maskapai. "Huh Garuda kok ikut-ikutan delay!", gerutuku dalam hati.

Kurang dari jam sepuluh pesawat pun diberangkatkan. Ternyata pesawat yang digunakan adalah ATR 200! Oh no....pakai pesawat baling-baling bambu! pantesan jadwalnya lama banget, pakai ATR to!  jadi rute pesawat ini memang untuk menghubungkan kota-kota di Kalimantan. Dari Balikpapan, ke Palangkaraya, kemudian ke Pontianak, dan lanjut ke Puttusibau pedalaman Kalimantan Barat.

Aku duduk dibangku paling depan di kursi nomor 21K dekat jendela sebelah kanan dan pas di pintu darurat. Lumayan lega pastinya, dan sepanjang perjalanan pun kumanfaatkan untuk motret sana sini plus mengambil video pemandangan saat landing dan take off dari pesawat.

Kurang dari satu jam perjalanan, pesawat pun mendarat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan berhenti sekitar 20 menit untuk menaik turunkan penumpang dan bagasi. Aku pun tetap berdiam di dalam pesawat. Saat perjalanan dari Baliaakpapan ke Palangkaraya tempat duduk di sebelahku kosong jadi aku lebih bisa leluasa, namun setelah dari Palangkaraya tempat duduk sebelahku terisi oleh Bapak-Bapak berwajah oriental.

Selama di pesawat yang sedemikian lamanya perjalanan melebihi lama penerbangan Balikpapan-Jakarta, penumpang hanya diberi dua kali snak saja, nggak ada makanan berat. Saat dari Balikpapan - Palangkaraya hanya diberi snack berisikan risoles daging, roti kacang, dan aqua gelas mini. Hampir sama, rute Pangkaraya-Pontianak yang ditempuh selama 1 jam 20 menit hanya mendapatkan snack berupa arem-arem, roti, dan aqua botol kecil, plus minuman yang bisa kita request mau jus, kopi, teh, soda, ataupun susu.

Sekitar pukul setengah 12 WIB kami pun mendarat di Bandara Supadio Pontianak. Aku di jemput sama temanku satu angkatanku Bang Yudha dan driver kantor Mas Barqie. 

I'm Coming Pontianak!!!...... (bersambung)

Note: Artikel ini kutulis di kos baruku di dekat kantor menjelang tengah malam.


Tuesday, March 24, 2015

Perjalanan Ke Candi Penampihan Tulungagung

Minggu 22 Maret 2015 Kebetulan aku masih di Tulungagung, melepas rindu dengan anak istri di kampung sebelum aku pindah tugas ke Pontianak Jumat ini. Minggu pagi setelah dari pasar mengantar istri belanja, dan mengajak Manggala jalan-jalan ke Alun-alun kota, kami sekeluarga besar mertuaku berencana berwisata ke lereng Gunung Wilis, tepatnya di Candi Penampihan.

Gunung Wilis dari Tulungagung berada di Barat Laut. Sebelum ke Candi Penampihan kami mampir di Pesanggrahan Gunung Wilis. Di Pesanggrahan Gunung Wilis yang terletak di Kecamatan Sendang,  tersedia bungalow, taman bermain anak-anak, dan adapula gua pertapaan. Manggala senang sekali bermain jungkat-jungkit dengan Pak Dhe-nya. Dia senang sekali naik turun tangga bangunan yang mirip punden berundak yang kondisinya kurang terawat dan tidak aman untuk anak sekecil Manggala. Jadi yang membawa balita perlu diperhatikan terus karena juga terdapat jurang yang lumayan dalam di tepi taman.

Banyak buah-buahan di taman itu, ada pohon durian yang sangat menggoda buahnya, adapula pohon manggis yang baru berbuah, kebetulan mobil kami di parkir di bawah pohon manggis. Seumur-umur baru kali itu aku melihat langsung pohon manggis yang sedang berbuah, biasanya cuma pohonnya atau bibitnya saja. Hawa udara di taman kurang begitu sejuk, dengan pengunjung yang relatif sedikit. Mobil hanya ditarik parkir Rp5000 saja, dan tidak ada tiket masuk, seperti dikelola seadanya.

Setelah sekitar setengah jam puas menikmati suasana taman sambil berfoto bersama plus selfie-selfie pakai tongsis adik ipar, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Candi Penampihan. Dari Pesanggrahan Gunung Wilis masih sekitar 30 menit perjalanan dengan medan yang relatif menanjak dan jalan yang semakin menyempit.

Setelah berbelok ke arah kanan dari jalan utama, jalanan berganti dengan medan yang lebih berat dengan aspal yang sudah terkelupas berubah menjadi jalan makadam yang terjal. setelah sekitar 10 menit menyusuri jalan terjal kami pun sampai di pelataran parkir Candi Penampihan dengan perjuangan bertanya kesana kesini dengan orang yang kebetulan berpapasan di jalan.

Ternyata kami satu-satunya pengunjung Candi yang memakai mobil, yang lainnya mayoritas anak-anak muda yang mengendarai sepeda motor. Ya maklum saja medannya yang relatif berat untuk wisata, jadinya sepi pengunjung terutama kalangan keluarga.

Udara segar dan sejuk menyeruak menyambut kami ketika pintu mobil dibuka. "Ah segarnya....!" ujarku sambil menghirup dalam-dalam udara pegunungan yang sejuk dan segar. Di situ terlihat Kebun Teh Mini yang luasnya paling hanya beberapa ratus meter persegi, tapi entahlah kalau dibalik bukit masih ada kebun the lagi. "Dimana ya letak candinya?", pikirku sambil tengok kanan kiri. Ternyata candinya ada di bawah pohon besar.

Kami pun bergegas menuju kompleks Candi yang kebetulan saat itu ditutup pintu pagarnya, namun Ibu penjaganya dengan ramah membukakan pintunya sehingga kami pun bisa masuk dengan leluasa. Manggala senang sekali berlari kesana-kemari, dan naik turun tangga candi yang hanya tersisa reruntuhannya saja seperti punden berundak dan sebuah prasasti di dekat pintu masuk yang kutak tahu apa artinya, mungkin ditulis dengan huruf Palawa berbahasa Sanskerta.

Candi Penampihan adalah Candi Hindu, bisa dilihat dengan adanya simbol siwa berupa Lingga yang berada sebelum pintu masuk yang sekarang tinggal replikanya saja, yang asli mungkin sudah diamankan di museum.

Asik berfoto ria di kompleks Candi dan mengabadikan momen-momen dengan video, kami pun beranjak ke spot lainnya, yaitu sumber air TIRTA AMERTA. Sumber air ini sangat jernih, segar, dan dingin. kubasuh muka dan tanganku, tak lupa juga kuminum langsung airnya tiga teguk meskipun belum dimasak. Manggala pun tak mau kalah, dia mandi di sumber air yang dingin itu dan tentunya menggigil kedinginan.

Tak komplit jika belum berfoto ria dengan background sumber air yang setingnya mirip seperti suasana di Bali itu, karena ada semacam patung yang disarungi atau dikeramatkan. Puas berfoto ria dengan background sumber air, kami pun menuju parkiran untuk bergegas pulang. Namun, sebelum kami pulang, tak lupa berfoto ria lagi di tengah-tengah kebun teh. Haha....serasa di Puncak Pass!

Ternyata Tulungagung selain mempunyai wisata Pantai yang menarik, juga mempunyai objek wisata di Lereng Gunung Wilis yang potensial untuk dikembangkan.

Monday, March 23, 2015

Biaya Perubahan Jadwal Citilink

Pesawat Citilink di Apron Bandara Juanda (Dok. pribadi)
Ketika kita sudah jauh-jauh hari merencanakan jadwal penerbangan, tentunya kita berharap tidak ada perubahan jadwal di kemudian hari. Pesan tiket jauh-jauh hari umum dilakukan oleh para penumpang pesawat karena iming-iming harga murah yang cukup lumayan. Apalagi tiket yang sudah murah itu ditambah lagi dengan promo diskon dari merchant tertentu semacam traveloka atau tiket.com.

Nah, kebetulan sekitar minggu ketiga februari kemarin aku memesan tiket citilink untuk terbang pada tanggal 2 April dan pulang tanggal 5 April, lumayan ada libur hari jumat yang berarti bertambah panjang libur akhir pekanku, “bisa pulang ke Jawa nih, nengok Manggala!”, pikirku saat itu. Apalagi saat itu sedang ada promo diskon Rp125.800 kerja sama antara tiket.com dengan BCA dalam rangka ulang tahun BCA ke-58. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, kubelilah tiket dengan total harga sekitar 1,3 jutaan. Untung banget rasanya saat itu.

Tanggal 6 Maret Sore ternyata ada kabar mendadak bahwa diriku harus mutasi ke Pontianak. Ahhh Tidakkkkk…….! Aku memang sebenarnya sudah feeling mau pindah, makanya saat aku beli tiket terakhir itu rasanya gojag-gajig, beli nggak beli nggak….! Akhirnya kumantapkan beli karena ‘bujuk rayu’ diskon menggiurkan, dan kalaupun ada mutasi ya mskipun tiketnya nggak terpakai ya itung-itung syukuran. Ternyata beneran mutasi……

Agar tiketnya nggak hangus begitu saja, maka kujadwalkan ulang tiket citilink dari tanggal 2 April menjadi 20 Maret, dan dari tanggal 5 April menjadi 23 Maret. Sejak awal aku sudah tahu kalau biaya reschedule tiket citilink lumayan mahal dibanding tiket low cost carrier (LCC) lainnya. Jika Lion berkisar di rentang 100 ribuan, kalau citilink ternyata biaya dasar perubahan jadwal per tiket adalah Rp200ribu plus selisih harga beli tiket kita dulu dengan harga tiket sekarang. jadilah kemarin aku total untuk tiket pp membayar hampir 500ribu untuk biaya perubahan jadwalnya. Nggak papa lah, yang penting bisa ketemu anak istri dulu di kampung sebelum pindah tugas ke Pontianak.

Jadi sebaiknya jika membeli tiket citilink bahkan tiket garuda yang promo sekalipun paling tidak sudah punya jadwal yang fix, biar tidak terkena biaya tambahan yang gede saat merubah jadwal terbang. Memang pepatah ‘ono rego ono rupo’ jarang salah! Harga tiket murah kok minta risikonya rendah, risiko biaya mahal perubahan jadwal ya sudah sewajarnya. Kalau nggak mau terkena biaya perubahan jadwal yang jangan merubah jadwal atau beli sekalian tiket yang setidaknya kelas Y untuk Garuda Indonesia yang harganya bisa 2 kali tiket promo.

Menikmati Legen di Blue Sky Lounge Juanda

Legen ditaruh di tabung bambu (dok. pribadi)
 Udah lama nggak minum Legen Asli alias air nira, air tetes sari dari bunga kelapa ataupun siwalan. Nah, kebetulan sebulan yang lalu saat kumampir di Blue Sky Lounge Juanda Surabaya dan hari ini aku mampir lagi ke Blue Sky Juanda ada sajian Air Legen.....! Asikkk.... bisa menikmati minuman asli Indonesia yang luar biasa rasanya ini. Legen yang disajikan di Blue Sky Juanda ini dari bunga SIwalan

Legen, yang berarti legi, manis dalam bahasa Jawa sebenarnya bahan baku gula jawa.  Kalau untuk menjadi gula jawa air nira harus direbus terus sampai mengental menjadi semacam karamel, untuk bisa dinikmati sebagai minuman, tidak perlu direbus, paling hanya disaring, kalau saja ada serpihan pelepah kelapa atau siwalan.

Pernah dengar arak atau tuak, air nira ini kalau disimpan lama akan mengandung alkohol yang tinggi, bahkan beberapa hari saja disimpan sudah mulai masam rasanya dan alkoholnya mulai keluar. Jadi kalau mau menikmati legen yang benar-benar fresh paling tidak setelah diambil dari pohon, bisa langsung dinikmati. Ditambah dengan es batu pasti akan lebih segar.....

Legen ini rasanya manis segar, ada sedikit sensasi kemrenyessnya layaknya soda, tapi kalau baru diambil dari pohon dan belum disimpan lebih dari satu hari itu rasa legen asli, nggak ada rasa masamnya, nggak ada kemrenyessnya, enak banget rasanya.....

Yang di Blue Sky ini menurutku udah lebih dari sehari, karena mungkin distribusinya dari bahan baku air niranya di daerah Pantura. Lain halnya Legen yang kunikmati dulu sewaktu kecil di rumah kakek di Bantul Jogja yang banyak pohon kelapa. Rasanya benar-benar legit manis dan segar, sekalipun tidak memakai es.

Banner yang menjelaskan Legen di Blue Sky (dok. pribadi)
Di Blue Sky ini, Legen disajikan dalam tabung bambu yang dilengkapi dengan kran seperti yang ada di dispenser, dan di angkringkan di sadel belakang sepeda unta. Diseting layaknya legen yang dijual di keliling kampung. Airnya berwarna putih bening, layaknya air kelapa. Khasiatnya mirip air kelapa sebagai cairan isotonik yang bisa memulihkan cairan tubuh yang hilang setelah berolahraga.

Legen plus es batu (dok. pribadi)

Bagi Anda yang kebetulan di Bandara Juanda dan belum pernah menikmati legen, mampirlah di Blue Sky Lounge. Lumayan terobati lah kerinduanku dengan Legen.

Baca juga: Bersantai di Blue Sky Lounge Balikpapan

Wednesday, March 18, 2015

Bersantai di Mandiri Lounge Soetta

Suasana di Mandiri Lounge Terminal 2F Soetta (Dok. Pribadi)
Seringkali kalau ke Cengkareng aku sudah berangkat dari rumah di Tangsel 3 jam sebelumnya, maklum meskipun lewat tol, kemacetan di jakarta sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya. So, aku nggak mau ambil risiko terlambat, lebih baik menunggu daripada ketinggalan pesawat atau ditolak cek in. Hal yang tidak pernah kulakukan jika terbang dari Balikpapan berhubung jarak kantor ataupun kosku yang relatif dekat dengan bandara Sepinggan, cuma 5-10 menit! Enak banget ya....

Nah, lantas kalau masih 2 atau 3 jam lagi waktu boardingnya, harus ngapain dong di bandara, bisa-bisa mati gaya menunggu lama di ruang tunggu. Ya modal dikit lah, mampir ke lounge gitu, kan lumayan bisa bersantai sambil menunggu boarding.

Tapi untungnya aku bisa gratisan di beberapa Lounge Bandara. Kebetulan saat artikel ini kutulis, aku sedang berada di Mandiri Executive Lounge, Terminal 2 Soetta. Kartu SKYZ -ku bisa kugunakan gratis di lounge ini. Sebanarnya aku lebih prefer ke Blue Sky Lounge seperti di Balikapapan ataupun Surabaya, tapi berhubung di Soetta Blue Sky berada di Terminal 1C jadi nggak memungkinkan.

Nah, untungnya ini nggak weekend jadi lumayan nggak terlalu rame. Untuk makanan yang disajikan tergolong biasa saja dibandingkan dengan Blue Sky. Makanan beratnya hanya satu macam, ada sup, ada roti tawar yang dilengkapi dengan toaster, minuman ada jus jeruk (lebih mirip orson), jus jambu yang encer banget (kayak jambu instan biasa), air mineral gelas (saat ini merek club bukan aqua) dan softdrink coca-cola ataupun sprite. Ada kopi teh juga. Gorengannya yang enak menurutku tempe mendoannya, meskipun kecil tapi terasa enak rasanya. Oiya resolesnya lumayan enak. Adapula roti-roti kecil yang cukup empuk dan enak juga rasanya.

Mengenai fasilitas lainnya, yang pasti ada akses free WiFi, mini library berisikan beberapa majalah, toilet yang cukup bersih, disediakan pula beberapa desktop yang terhubung dengan internet plus gratis pemandangan taman-taman hijau diluar yang bisa dilihat dari dinding kaca.

Lounge-nya cukup sempit. Dinginnya ruangan menurutku kurang begitu dingin, padahal selain sudah ada AC central juga terpasang beberapa standing AC. Namun, leherku masih terasa gerah.

Untuk menikmati lounge ini jika sekedar menggunakan gratisan fasilitas kartu kredit, masih worth it lah. Namun, jika bayar sendiri karena nggak punya kartu kredit, aku secara pribadi tidak merekomendasikan.

Baca juga: Menikmati Legen di Blue Sky Lounge Juanda Surabaya

Tuesday, March 17, 2015

Pengalaman Kelebihan Bagasi Garuda Indonesia

Salah satu hal yang menjengkelkan dari pindah tempat tugas adalah memindah barang-barang dari tempat tinggal lama ke tempat baru. Nah, Bulan Maret ini aku mendapat kabar yang sempat membuatku galau karena nggak sesuai prediksiku yang 'harusnya' pindah ke Jakarta, ternyata pindahnya masih dalam satu pulau, sekarang di Timur Bulan depan di Barat, alias sekarang masih di Balikpapan, Bulan depan pindah ke Pontianak, arghhh.......!

Tapi dinikmati saja lah, toh mumpung aku masih muda, biar banyak pengalaman. Nah, kembali lagi soal mindah-mindahin barang. Untungnya aku nggak bawa keluarga di Balikpapan jadinya barang-barang pribadiku sendiri yang kubawa pindah. Ya, besok pagi ada pelantikan di Jakarta, kemarin malam aku terbang ke Jakarta sekalian membawa sebagian barangku mau kutaruh di rumah Tangerang Selatan. Nah, berhubung kartu GFF-ku yang selama 3 tahun terakhir ini berwarna Silver yang dalam hal ini dapat tambahan bagasi 5 kg menjadi 25 kg, per Maret ini kartu GFF-ku downgrade berubah jadi biru, soalnya selama setahun kemarin aku hanya sembilan kali terbang dengan Garuda Indonesia di bawah batas minimum sepuluh kali terbang jika ingin tetap Silver kartunya.

OK, saatnya menimbang bagasi. Kebetulan kemarin aku membawa TV 19 inch, Tas rangsel kecil, Tas  rangsel besar (tas gunung), dan kardus dengan dimensi sekitar (35x35x35)cm. Yang kubawa ke kabin ya tas rangsel kecil plus TV yang kukemas dalam kardusnya. Praktis yang jumbo-jumbo nggak bisa kubawa ke kabin dan harus di bagasi. di timbangan ternyata berat keduanya 23,8 kg. Oh no..... melebihi batas maksimal 20 kg untuk penumpang ekonomi atau pemegang GFF Biru. "Wah bisa kena charge biaya lagi nih!", pikirku saat itu.

Ternyata di luar dugaanku, si mbaknya nggak mengenakan charge untuk kelebihan bagasiku. Aku jadi ingat kejadian sekitar 10 tahun yang lalu ketika aku di Aceh membawa bagasi yang overload dengan pesawat Lion dan tidak dikenakan charge. Mungkin petugasnya saat itu kasihan dengan wajahku yang memelas dengan tubuh yang masih cungkring kala itu, apalagi saat itu aku memang sudah hampir kehabisan uang saku, hix!

Ah, Lega rasanya nggak jadi tambah bayar kelebihan bagasi. Diberilah aku dua tanda semacam karcis yang menunjukkan nomor bagasi yang ditempel ke boardingpass-ku. Ini yang namanya pelayanan dalam tingkat surprise dalam tangga kepuasan konsumen. o iya ternyata di sepinggan, untuk bagasi yang bentuknya kardus harus melewati x-ray tersendiri, aku belum tahu alasannya, kenapa yang tas nggak ya..???

Sesampainya di Cengkareng, usai membuang 'panggilan alam' langsung kumenuju conveyor belt untuk penerbangan GA 575 dari Balikpapan.Ternyata barang-barangku termasuk kloter pertama yang diturunkan. Kubawa ke troli sambil menuju keluar untuk mencari taksi. Tapi ada yang aneh, kok ini dari petugas Garuda kok nggak ada yang ngecek 'karcis' bagasi penumpangnya ya.... Sampai aku clingak-clinguk sepanjak jalan keluar, dan tak satupun petugas yang menghampiriku, padahal sudah kusiapkan 'karcis' bagasiku.

Wah nggak bener nih, bisa-bisa bagasi diambil bukan pemiliknya, wah ini koreksi besar untuk manajemen Garuda!

Monday, March 16, 2015

Bersantai di Blue Sky Lounge Sepinggan Balikpapan

Salah Satu Sudut Blue Sky Lounge Sepinggan Balikpapan (Dik. Pribadi)

Sambil boarding ya asiknya nunggu di Lounge. Kebetulan saat kutulis artikel ini aku sedang bersantai nunggu boarding pukul 19.25 WITA di Blue Sky Lounge, salah satu Lounge yang ada di Bandara Sepinggan.

Sok kaya banget sih aku setiap kali mau terbang mampir ke lounge dulu. Bukannya sok kaya, tapi memanfaatkan kesempatan mumpung gratis. Lho kok bisa gratis? Bisa dong kan pakai Mandiri SKYZ! xixixix..... Eh, pakai poin kartu halo juga bisa kok, atau kartu kredit lainnya yang menawarkan gratis Lounge ( Syarat dan Ketentuan Berlaku, hehe....)

Lumayan sepi sore ini, soalnya ini hari senin, nggak seperti jumat malam yang pengunjungnya membludak. Tapi aku malah seneng suasana seperti ini, nggak uyel-uyelan kayak di pasar!

Blue Sky Lounge Sepinggan terletak di pojok barat dari Terminal. Jadi jika kita telah melalui pos pemeriksaan, langsung belok kanan, lumayan cukup jauh berjalannya melewati dua travelator pendek. Nggak tahu kenapa ya, Blue Sky kok milih tempat yang mojok, nggak seperti BRI Lounge yang dekat dengan Gate 3, gate untuk penumpang Garuda ataupun Citilink Boarding. Padahal kebanyakan pengunjung Blue Sky itu penumpang Garuda, tapi nggak masalah lah itung-itung olahraga, dan yang penting Gratis Tis Tis Tis.....!

Sajian yang dihidangkan di Blue Sky Lounge ini sudah bisa kutebak. Sejak pindah ke terminal baru ini, menu-menu di Blue sky mudah ditebak. Mulai dari minuman ada 5 macam, air putih, jus jeruk, jus semangka, jus melon, dan Lemon Tea. Padahal dulu ada minuman bersoda lho, bahkan aku pernah bawa pulang minuman bersoda yang kaleng.

Untuk makan beratnya standar saja, kalau nggak ayam di opor, mie goreng, ya ikan goreng, nasi putih atau nasi goreng putih, dan standar lah, seringkali aku nggak nafsu dengan menu beratnya. Adapula mie ayam yang lumayan enak kuahnya yang jarang kulewatkan meskipun buru-buru.

Tak lupa gado-gado yang cukup enak pula rasa bumbu kacangnya, namun sayangnya sayurnya dingin karena kena hembusan AC. Ada pula kue-kue kecil disandingkan dengan jajanan pasar. Nah, yang ngangenin adalah aneka gorengannya terutama pisang goreng keju bertabur gula (bukan gula merah, tapi seperti gula coklat serbuk, lupa aku namanya).

Buah potong segar untuk dessert dipadukan dengan bumbu rujak manis. Cocok buat lidah pecinta rujak manis sepertiku.

Di Blue Sky Lounge juga dilengkapi dengan Mushola, Toilet yang bersih. Ada pula desktop yang dilengkapi dengan koneksi internet dan tentunya fasilitas WiFi gratis.

Tersedia komputer berjaringan internet (Dok. Pribadi)


Nggak terasa nulis artikel ini sudah mau waktunya boarding. Ntar kita sambung lagi kalau ada yang menarik tentang Blue Sky Lounge.

Baca juga: Bersantai di Mandiri Lounge Soetta

Sunday, March 15, 2015

Masalah di BB Z3 Pasca Update OS 10.3.1.1565

Senang akhirnya, BB Z3-ku bisa ku update dengan OS terbaru 10.3.1.1565. Fitur, performa, dan Tampilannya pun mengalami peningkatan yang signifikan dari OS 10.2 begitu pula tampilannya lebih elegan.

Nah awalnya semuanya memuaskan, baterai lebih awet, nggak lekas panas, dan banyak fitur baru terutama Blackberry Blend yang useful nggak sekedar pemanis saja. Beberapa hari setelah menikmati fitur-fitur, ada sesuatu yang mulai aneh. Ketika lagi asik-asiknya surfing dengan browser native Blackberry, tiba-tiba saja browser-nya menutup sendiri dan hilang semua laman yang sedang kita buka. Begitu kita buka kembali browsernya tidak autorecovery alias hilang semua tab yang sebelumnya kita buka. Sepertinya ini merupakan bug OS 10.3.1.1565 yang belum banyak dibahas di forum-forum Blackberry.

Sepertinya sih sepele, namun coba kalau kita lagi melakukan transaksi internet banking melalui browser blackberry tiba-tiba window-nya menutup sendiri, dan kita harus membukanya kembali serta memulainya lagi dari awal. Nggak asik juga kalau kita lagi buka website yang nggak tahu alamatnya karena hasil dari googling dan sedang konsen-konsennya baca artikelnya, eh tiba-tiba langsung hilang karena browsernya menutup sendiri, jadilah kita membuka lagi melalui history browser.

Biasanya kejadian browser menutup sendiri itu karena HP kita kekurangan memori, biasanya diatasi sementara dengan menghapus cache ataupun cookies. Tapi dalam kasusku ini, memori internal HP masih sekitar 3GB dan masalahnya nggak selesai ketika kubersihkan cache maupun cookiesnya.

Aku nggak tahu apa masalah ini hanya melanda BB Z3 yag sudah diupdate atau BB-BB jenis lain semacam Q10, Z10, Z30, atau Q5 juga mengalami hal serupa? Entahlah, aku belum punya solusinya, tapi untungnya kejadiannya nggak sering-sering amat kok.

Saturday, March 14, 2015

Akhirnya Aku Kecewa dengan Pelayanan BRI Syariah

Screenshot Homepage Internet Banking BRI Syariah (Dok. Pribadi)
Aku membuka tabungan di BRI Syariah tepatnya untuk produk Tabungan Faedah BRI Syariah IB salah satunya karena pertimbangan mendapatkan fasilitas transfer dan tarik tunai gratis melalui jaringan ATM Prima maupun Bersama. Maklum, setiap bulan banyak transfer ke berbagai macam rekening bank, buat bayar cicilan, hehe.... lumayan tuh bisa ngirit biaya transfer online sebersar Rp6500 kali berapa transaksi tuh.....

Senang dan merasa beruntung punya tabungan Faedah BRI Syariah IB, cuma minimal saldo 500 ribu sudah bisa transfer dan tarik tunai GRATIS! Satu bulan pertama transaksi lancar banget, mau transfer saja mudah banget dan yang paling penting GRATIS TIs Tis Tis......

Masuk Bulan kedua, ......saat mau transfer ke salah satu rekening, ternyata eror internet bankingnya, namun sudah bisa teratasi keesokan harinya, mulai normal internet bankingnya. KEtika aku iseng-iseng mencoba tarik tunai di ATM Bank Jabar Banten (BJB) di Ewalk Balikpapan, ternyata transaksi gagal, alias tidak keluar uangnya, tapi untungnya nggak kedebet rekeningku.

Nah, puncaknya adalah ketika Kamis malam kemari usai aku belanja di Matahari Balikpapan Baru kusempatkan untuk ke deretan mesin ATM di dekat pintu masuk. Pertama kucoba tarik tunai di ATM Bank Mandiri, ternyata gagal, transaksi tidak bisa diproses. Oke aku berpindah ke ATM lainnya yaitu ATM BNI dimana aku punya pengalaman buruk dengan ATM BNI (kartuku ATM BRI-ku pernah ketelan masuk dan ribet banget ngurusnya), hasilnya sama juga nol besar, kemudian kucoba di ATM terakhir di situ, ATM BII. Hasilnya sami mawon.... Mbelgedezzzz!

Putus asa, ku minta bantuan teman kosku untuk mengambilkan uang di ATM dan kujanji akan kutransfer ke rekeningnya sesampainya di kos pakai internet banking BRI Syariah. Sesampainya di kos langsung kubuka website BRI Syariah, kulogin ke fasilitas internet bankingnya, dan hasilnya.......Wow Luar Biasa!

"Bosokkkkk!", umpatku ketika itu.

Berkali-kali kucoba transaksi selalu saja ada status 'inquiry gagal' alias nggak bisa mengirim OTP ke ponselku untuk otorisasi transaksi, nggak terhitung berapa kali aku mencobanya. Keesokan harinya kucoba lagi, dan hasilnya sama. seharian di kantor juga kucoba berulang kali, hasilnya sami mawon...!

Sampai pagi ini saat kutulis artikel ini juga masih belum bisa. Ini gimana BRI Syariah mau memberikan pelayanan prima ke customernya. Boro-boro ke rekening Bank lain, kemarin kucoba transfer ke rekening BRI syariah temanku yang notabene satu jaringan internal sendiri saja tidak bisa. MEMALUKAN!

Aku memang belum menelpon customer care, harusnya tanpa aku menelpon pun pastinya banyak nasabah yang mengalami hal serupa sepertiku yang mungkin sudah banyak yang telpon customer care. Atau jangan-jangan semuanya sepertiku yang belum menelpon juga? nggak mungkin lah, kalau pun nggak ada yang menelpon kan harusnya sudah terdeteksi melalui sistem yang canggih!

Apakah cerita ini akan berlanjut, kita tunggu saja beberapa hari ke depan!

Wednesday, March 11, 2015

TIPS: Jenis Anggrek Yang Cocok di Dalam Ruangan

Mahkota Anggrek Dendrobium Sonia (dok. pribadi)
Pertengahan Bulan Januari kemarin, aku dan teman-teman satu seksi membeli bunga hidup untuk ditaruh di meja masing-masing agar memberikan suasana segar. Aktivitas kami yang selalu berhubungan dengan monitor komputer, membuat mata cepat lelah dan tak jarang menambah nilai minusnya, jadi kami berinisiatif untuk menaruh bunga hidup untuk penyejuk mata ketika lelah melihat komputer.

Nah, kami pun membeli bunga di salah satu deretan penjual bunga di dekat Dome Balikpapan. Niat awal aku pengen membeli Anggrek Bulan Putih, yang biasanya nampak elegan dipajang di hotel-hotel berbintang. Namun setelah tahun dari saran yang diberikan si penjual kalau Anggrek bulan itu spesies daerah gunung dan agak rewel perawatannya, maka kuurungkan niatku untuk membelinya. Akhirnya kupilih Anggrek Dendrobium yang masih kuncup bunganya, tepatnya Dendrobium Sonia dengan semburat warna ungu pekat yang sangat cantik. Teman-temanku ada yang memilih dendrobium berwarna coklat (aku kurang tahu namanya) dan anggrek 'harimau', atasanku sendiri memilih anggrek ungu kecil-kecil yang entah apa namanya. Sedangkan temanku yang perempuan ada yang memilih bambu hoki kecil-kecil, dan tanaman hias daun yang bentuknya mirip kemoceng.

Setiap dua hari sekali kami siram anggreknya. Senang sekali bunganya bermekaran satu persatu. Sampai sekarang anggrekku masih cukup segar dengan sembilan kuncup bunga yang sudah mekar semua. Cantik sekali warnanya, membuat mata ini kembali segar setiap kali memandangnya. Hal yang kurang beruntung menimpa tanaman milik teman. satu persatu anggrek coklat yang awalnya tampak segar sekali dan subur daunnya mulai membusuk batangnya (mblonyok) dan berguguran daunnya. Semua anggrek coklat akhirnya mati semua. Begitupula dengan bambu hoki yang milik temanku sudah hampir mati kondisinya saat ini. Yang masih gagah adalah tanaman 'kemoceng', anggrek 'harimau' yang belum berbunga, dan tentunya anggrek dendrobium sonia milikku. Dendrobium sonia milik salah satu temanku juga masih tampak segar, meskipun kuncup bunganya hanya sebagian yang berhasil mekar.

Anggrek di meja kerjaku (dok. pribadi)
Ternyata meskipun sama-sama jenis dendrobium, anggrek jenis dendrobium sonia adalah yang paling tahan jika ditaruh di dalam ruangan dalam waktu yang relatif lama. Terbukti, dendrobium sonia milikku bunganya sudah mekar hampir dua bulan sejak kuncup pertama mekar, dan masih bagus hingga sekarang. mungkin sebentar lagi mulai layu. Tidak salah dendrobium jenis ini banyak kita temui di hotel-hotel, bandara, ataupun perkantoran, karena daya tahannya yang tangguh meskipun tidak menempel di pohon.

Anggrek bulan memang elegan dan cantik, namun memerlukan perawatan khusus yang lebih ribet dari dendrobium. tapi kenapa di hotel-hotel itu bisa bagus anggrek bulannya? Itu karena mereka tidak merawat sendiri bunga itu, melainkan hanya menyewanya. Begitu bunganya layu segera akan diganti oleh partner penyedia anggrek bulan hidup.

Anggrek memang tidak boleh terkena banyak air, karena sebenarnya anggrek hanya butuh kelembaban, serta tidak boleh secara langsung terkena sinar matahari. Memelihara anggrek memang gampang-gampang susah. Ketika kita tempelkan di pohon dan jarang kita rawat malah seringkali tumbuh subur dan tidak pernah absen berbunga. Tapi giliran dirawat dengan telaten tapi ditaruh di dalam ruangan seringkali ngambek nggak mau berbunga, malahan bisa ngambek selamanya alias mati. Anggrek tidak ikut akan tren tanaman hias layaknya anturium beberapa tahun silam, melainkan kecantikan bunganya sudah lama diakui dan disukai hampir semua masyarakat global.

Tuesday, March 10, 2015

Family Gathering di Pantai Ambalat (Ambarawang Laut), Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Pantai Ambalat (dok. pribadi)
Namanya seperti Blok di perbatasan Kalimantan Utara dan Malaysia yang diklaim Malaysia sebagai wilayahnya karena potensi kandungan minyaknya yang besar. Namun, Pantai yang satu ini adalah singkatan dari nama Ambarawang Laut disingkat AMBALAT.

Letaknya sekitar satu jam perjalanan dari kota Balikpapan ke arah Timur, melewati objek wisata di Balikpapan yang sudah terkenal diantaranya Pantai Manggar Segarasari, Pantai Lamaru, Penangkaran Buaya di Teritip dan melewati Pondok Pesantren Hidayatulloh yang terkenal itu. Tepatnya di Kecamatan Semboja, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Kebetulan kami sekantor pada hari Minggu, 1 Maret 2015 kemarin mengadakan Kegiatan Capacity Building dan Family Gathering di Pantai Ambalat. Aku nebeng teman yang kebetulan bawa mobil. Aku sudah pernah sebelumnya ke Pantai Ambalat saat survei lokasi untuk kegiatan ini, namun agak lupa-lupa ingat. Yang kuingat hanya belokannya itu setelah Gerbang Perbatasan wilayah antara Balikpapan dan Kutai Kartanegara dan setelah kebun-kebun rambutan.

Nah, saat melewati gerbang perbatasan, tidak lama setelah itu, temanku yang berada di bangku deretan tengah bagian samping kanan, melihat plang spanduk Pantai Ambalat.

Papan Plang lusuh yang hampir ambruk penanda arah Pantai Ambalat (dok. pribadi)
Dia bilang ada telah lewat tulisan Pantai Ambalat, aku mulai ingat kalau belokan ke Ambalat itu jalan kecil dengan plang Penunjuk Pantai yang sudah lusuh. Temanku yang memberitahu tadi juga tidak yakin, karena plangnya yang sudah lusuh dan setengah ambruk. Aku meminta kawanku untuk putar balik, karena aku yakin lokasinya sudah lewat. eh, malahan teman satu mobil pada nggak percaya dan bilang masih jauh, padahal jalanan mulai menanjak dan berkelok, jalan yang nggak pernah kulalui saat pertama kali ke Ambalat sebelumnya. Aku meminta temanku berhenti sebentar agar aku bisa bertanya ke penduduk sekitar. Lokasi berhenti kami saat itu telah melewati Pemancingan Widuri, Ternyata dugaanku benar, Belokan ke Pantai Ambalat sudah terlewat. Kami pun putar balik. Sesampainya di belokan ke Pantai Ambalat dari Jalan Utama, kesempatkan memotret plang lusuh yang setengah ambruk penanda arah ke Pantai Ambalat. Rencananya memang mau kuposting di blog agar orang-orang yang mau berkunjung ke Pantai Ambalat tidak kebablasan.

Dalam perjalanan menuju pantai, kami pun sempat berhenti sebentar untuk membeli Cempedak yang dijajakan penduduk setempat dengan harga yang cukup murah tapi dengan aroma yang sudah wangi semerbak menandakan buah cempedak yang sudah matang. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai kira-kira 20 menit menyusuri jalan beton yang sudah cukup bagus dan relatif lebar untuk ukuran daerah setempat.

Gazebo di Tepi Pantai (dok. pribadi)
Sebelum memasuki daerah Pantai kami sebenarnya diharuskan membayar retribusi yang dikelola penduduk setempat, tapi berhubung kami rombongan entah berapa panitia membayarnya, aku lupa nanya. Pemda Kutai Kartanegara tidak mengelola Pantai ini, melainkan dikelola secara swadaya oleh desa setempat. Mungkin Pemda Kutai Kartanegara sudah terlalu kaya, dan mungkin jika dikelola biaya operasionalnya tidak sebanding dengan pemasukkannya ke Kas Daerah, ditambah lagi lokasinya yang sangat jauh dari Ibukota Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) di Tenggarong yang bisa mencapai lebih dari 100 km dari Ambalat. Wow luas banget ya wilayah Kukar, kayak provinsi sendiri.

Sesampainya di Pantai, mobil yang kutumpangi berbelok ke arah kanan dari portal masuk menuju suatu lokasi pemancingan yang kira-kira sekitar 500 meter dari pintu masuk. Suasanya cukup sejuk karena masih sekitar pukul 9 pagi kami sampai sana, dengan lahan parkir yang rindang dinaungi deretan pohon cemara udang yang membuat teduh suasana pantai. Di lokasi itu juga dilengkapi berbagai Gazebo untuk bersantai menikmati udara Pantai Ambalat yang sungguh segar tanpa bau amis sedikit pun.

Setelah semua rombongan hadir, segera kami kumpulkan semua peserta kegiatan di ruang terbuka sekitaran parkiran. Kami mulai dengan stretching Chicken Dance dan sedikit Brain Gym untuk Ice Breaking. Setelah itu kami gelar berbagai lomba mulai dari makan krupuk dengan kontestan Anak yang digendong bapaknya bersama-sama makan kerupuk yang digantung, lomba memindahkan kelereng dengan sendok secara estafet antara orang tua dan anaknya, lomba  memasukkan paku ke dalam botol, lomba lari bolak-balik dengan menggendong istri masing-masing, lomba hulahop, lomba goyang dumang, dan terakhir lomba tarik tambang yang membuat badanku pegal-pegal selama beberapa hari.

Setelah menyelesaikan berbagai lomba, segera kuarahkan para peserta untuk menuju pemancingan di belakang parkiran. Ada beberapa kolam pancing yang cukup luas namun tetap teduh karena di pinggirnya didominasi pohon cemara udang. Kami pun menggelar lomba pancing, dengan ketentuan siapa yang memperoleh ikan paling kecil dengan cara dipancing, itulah pemenangnya.

Kolam Pancing paling depan (dok. pribadi)

Pemandangan Kolam Pancing dengan gubuk di penggirnya (dok. pribadi)
Teman-teman beserta keluarganya terlihat sangat gembira saat itu. anak-anak berlarian main kesana kemari, ada yang memecah kelapa muda sambil menikmatinya di bawah rindangnya pohon cemara, ada pasangan-pasangan muda pegawai yang hanya duduk-duduk santai berdua di bawah terpal biru yang sengaja kami pasang di bawah pohon cemara di tepi kolam pancing, karena keterbatasan jumlah gazebo. Ataupun aku yang memilih tiduran sejenak karena sakit semua badanku setelah ikut tarik tambang dan sempat jatuh bangun bahkan sampai suaraku habis karena harus teriak-teriak memberikan semangat kepada teman satu timku, padahal aku juga harus jadi MC acara itu, habislah suaraku.

Setelah agak mendingan, aku pun mencoba jalan-jalan menyusuri kolam pancing sambil memotret dan membuat video yang rencananya ku-upload di Youtube, hehee.... Saat kuberjalan-jalan menuju kolam pancing di belakang yang katanya banyak ikan yang besar-besar, kutertarik dengan dahan-dahan cemara udang yang sedang berbuah. kupetiklah beberapa buah cemara udang yang rencananya akan kusemai bijinya dan kutanam di kantor. Tak lupa kupotret juga buahnya.

Buah Cemara Udang (dok. pribadi)
Usai Makan siang, kami undi doorprize dan kami bagikan hadiah-hadiah bagi pemenang lomba-lomba sebelumnya. setelah itu, kami beralih ke tepi Pantai, aku pun tak menyia-nyiakan waktu di tepi pantai untuk memotret panorama Pantai 180 derajat dengan bantuan tripod. sedangkan teman-teman yang membawa anak-anak terlihat asik bermain dengan air pantai. Kondisi pantai saat itu masih surut namun berangsur-angsur beranjak pasang, dengan pasir pantai coklat yang cukup bersih.

Puas menikmati suasana Pantai, kami pun meninggalkan Pantai sekitar pukul setengah tiga siang, karena takutnya kalau kesorean akan terjebak macet di kawasan pantai Manggar yang sedang menyelenggarakan Pesta Laut.

Review: Aplikasi Blackberry Blend Menurutku

Tampilan Blackberry Blend di Desktop (dok. pribadi)
Blackberry Blend, salah satu fitur unggulan BB OS 10.3 yang memungkinkan para pengguna blackberry untuk menyinkronkan antara Blackberry dengan komputer. Kita bisa mengontrol menu Contact, SMS, Blackberry Hub, Email, Kalender, Manajer File, dan tentunya yang paling penting adalah Blackberry Message (BBM).

Bagaimana cara menggunakan Blackberry Blend? Sebelum menggunakan pastikan kita sudah mengunduk software Blackberry untuk desktop di website resmi blackberry. Software itu berisikan aplikasi Blackberry Blen, Blackberry Link, dan Device Manager. Nah, kita akan ulas yang Blackberry Blend.

Setelah kita menginstalnya, kita buka aplikasi Blackberry Blend di desktop. nanti ada pilihan menyambungkan pakai Kabel USB (kabel data), atau menggunakan koneksi WIFI. Jika menggunakan koneksi WIFI antara desktop dan handset Blackberry 10.3 harus terkoneksi pada jaringan yang sama. Aku sendiri lebih memilih koneksi dengan kabel USB lebih stabil dan praktis. Saat mengkoneksikan pertama kali antara BB dan desktop akan ada otorisasi berupa kode tertentu yang harus kita accept (klik/sentuh pilihan Ya) pada BB ataupun Komputer yang sama-sama menampilkan kode yang sama, dan Blackberry Blend pun sudah aktif.

Nah, asiknya ketika BB kita terhubung dengan komputer dan kita sedang melakukan aktifitas multitasking pada komputer kita, saat ada BBM atau email masuk kita bisa langsung bisa membukanya di komputer, sekaligus membalasnya dari komputer tidak perlu memegang BB, apalagi sampai membukanya. Jadi BBM -an bisa kita lakukan melalui komputer dengan sangat mudah dan lancar. Fitur lama yang baru-baru ini diadopsi kembali oleh Whatsapp dan dipopulerkan lagi oleh Telegram yang mengembalikan kejayaan chat melalui Komputer seperti saat zamannya MIRC, YM ataupun Gtalk.

Selain membalas emaail dan BBM, kita juga bisa mengontrol kontak ataupun kalender yang ada di handset BB. Manajer File-pun dapat mudah kita lakukan melalui dekstop dengan aplikasi ini. Keberadaan aplikasi Blackberry Blend ini sebenarnya bukan sesuatu yang benar-benar baru. Aplikasi ini mengupgrade fitur sinkronisasi dengan desktop menjadi lebih hidup melalui BBM dan Email yang 'LIVE' bisa terus digunakan langsung dari komputer. Saya akui BB cerdas mengusung membuat fresh fitur sinkronisasi yang selama ini sekedar pada fungsi manajer file.

Baca juga: Fitur, Performa, dan Tampilan BB Z3 Update OS 10.3.1.1565

Monday, March 9, 2015

Wisata Kuliner : Ayam Lodho Tulungagung

Ayam Lodho Tulungagung (Dok. Pribadi)
Menyambung tulisan saya sebelumnya tentang Perjalanan Asik Ke Pantai Prigi Trenggalek, di artikel ini saya akan sedit me-review sedikit pengalaman saya mencicip masakan asli Tulungagung yang terkenal yaitu Ayam Lodho.

Ayam Lodho apaan tuh? Ayam Lodho itu, dibuat dari ayam kampung yang dibakar kemudian disiram dengan kuah pedas semacam opor. Aku mencobanya pertama kali akhir tahun 2010 ketika berkunjung pertama kali ke rumah Camer (sekarang sudah jadi mertua) di Tulungagung. Sama calon istriku saat itu (sekarang sudah jadi istri) diajaklah kami ke Rumah Makan Ayam Lodho di Tulungagung. Aku lupa lokasinya, yang pasti di tepi jalan raya arah ke Kediri. Dan pengalamanku pertama kali dulu makan ayam Lodho kurang membuatku terkesan, alias kurang makyuss lah menurutku.

Nah, kemarin usai perjalanan dari Pantai Prigi, kami pun mampir ke Rumah Makan Lodho yang katanya enak di Kecamatan Bandung (baca: Mbandung) Tulungagung. Ini ketiga kalinya aku makan Ayam Lodho di Tulungagung. Yang kedua di sebuah warung makan pun kurang terlalu berkesan karena rasa pedasnya didominasi dengan lada, bukan cabe. Nah, yang ketiga ini aku mempunyai ekspektasi yang tinggi untuk segera menikmati masakan yang otentik.

Sekitar 5 menit setelah kami pesan setengah ekor ayam, datanglah semangkok besar ayam beserta kuah semacam opor dengan banyak taburan cabe utuh yang sudah bisa diprediksi rasanya pedas bingitttss! Dilengkapi dengan urapan sebagai pendamping dengan nasi uduk dalam sebuah ceting (wadah nasi). Tibalah saatnya kucoba ayamnya. Begitu kucowel ayamnya, kok agak susah ya, alias alot. memang sih ayam kampung punya tekstur yang jauh lebih ulet daripada ayam pedaging. Nah, gimana rasanya?
Urapan (dok. pribadi)

Eng-ing-eng...... ternyata pedas bingits!!! Manggala sudah pasti nggak mau melahapnya. Jadilah aku sama istri saja yang melahapnya. Namun ada yang kurang menurutku, ayamnya terlalu alot, sayang ayam kampung yang gurih nggak dimasak empuk, mungkin ayamnya terlalu tua, tapi hal itu seharusnya bukan alasan untuk menyajikan ayam kampung yang empuk tapi tetap gurih. Atau mungkin orang setempat lebih suka ayam kampung yang alot-alot gitu, nggak tahu deh...... Adalagi yang kurangyaitu kuahnya yang nggak hangat alias dingin jadi kesannya sudah dimasak sejak pagi nggak lagi fresh from the oven.

Ekspektasiku tentang Ayam Lodho tadi ternyata tak terpenuhi, jadinya aku kembali membandingkan dengan Ayam Lodho (pedas) yang dijual di sebuah rumah makan di Balikpapan, dekat kantorku. Ternyata jauh lebih enak yang di Balikpapan....... Bedanya yang di Balikpapan Ayam beserta kuahnya disajikan hangat, didampingi bukan dengan urapan melainkan lalapan daun ketela rebus plus irisan timun dengan nasi biasa, bukan nasi uduk. Dan ayamnya pun meskipun sama-sama dibakar tapi tetap empuk, gurih, dan tentunya maknyuss banget, cuma nggak cocok di kantongku, he he....

Tapi aku masih yakin, pasti di Tulungagung masih ada penjual Ayam Lodho yang benar-benar bisa membuat lidahku berdendang, besok lah kalau mudik lagi ke Tulungagung hunting Lodho yang Maknyuss!!! Ada saran?

Baca juga: Ayam Pedas Maknyuss!

Sunday, March 8, 2015

Perjalanan Asik ke Pantai Prigi, Trenggalek

Pemandangan Pantai Prigi (dok. pribadi)
Liburan Imlek bulan lalu aku pulang ke Tulungagung, Jawa Timur. Senang rasanya bisa ketemu lagi dengan Manggala dan Ibunya, sejak akhir tahun lalu. Libur Imlek hari Kamis, dan aku izin hari Jumatnya, jadi lumayan bisa 4 hari di Tulungagung. Bahagia, damai, tentram bisa berkumpul dengan anak istri tercinta di kampong. Kebersamaan yang jarang kami nikmat selamati ini, paling-paling setahun nggak nyampai 12 kali kami sekeluarga bisa berkumpul. Loh kok malah curhat…..

Oke, selama empat hari itu lebih banyak kuhabiskan di rumah bermain dengan Manggala. Nah, hari Sabtu, tanggal 21 Februari tiba-tiba saja aku kepikiran kepengen Ayam Lodho yang katanya cukup enak yang berada di Kecamatan Bandung (Baca: Mbandung) Tulungagung. Kami bertiga pun merencanakan untuk kesana mencicip kuliner asli Tulungagung ini.

Sekitar Pukul 10 pagi kami bertiga pun berangkat naik mobil menuju Mbandung. Sudah lama nggak nyetir mobil rasanya kaku semua tangan dan kaki ini. Sekitar setengah jam perjalanan dari rumah mertua di daerah Jepun Tulungagung, kami pun sampai di rumah makan yang terkenal dengan Ayam Lodho-nya itu. Tapi berhubung baru sekitar jam setengah sebelas kami sampai sana dan perutku masih terasa kenyang karena pagi harinya aku makan banyak sekali, maka kami pun melanjutkan perjalanan terus ke selatan menuju pantai Prigi, Trenggalek.

Sekitar 15 menit dari Mbandung jalanan mulai menanjak, Jalanan berkelak-kelok naik turun gunung dengan tingkungan curam dan tanjakan tajam mengiringi perjalanan wisata dadakan kami siang itu. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan khas perbukitan dengan banyak pohon durian yang berbuah lebat dan siap  panen. Benar, di sepanjang tepi jalan, banyak pedagang Durian yang menggelar lapak seadaanya. “Wah pasti murah-murah nih Duriannya, nanti pulangnya kita mampir ya cinta…”, pintaku mesra ke istri, haha….

“Iya sayang ntar pulangnya aja…. Manggis juga banyak tuh, sayang mau?”, balas istriku tak kalah mesra membuatku seolah menjadi pria tertampan di dunia, wkwkwkwkwk…

Jalan yang kami lalui tergolong mulus beraspalkan hotmix dengan lebar yang lumayan untuk jalan di perbukitan. Jalanan pun agak sepi, tapi aku heran kok ada spanduk artis Arumi Bachsin dan suaminya yang anak mantan wakil menteri PU itu si Dardak-dardak siapa tu namanya, lupa….. Sekitar pukul 11 kami pun sampai di Pantai Prigi. Di portal retribusi obyek wisata, kami ditarik karcis 15 ribu untuk dua orang dewasa, balita nggak dihitung, dan 5 ribu rupoiah untuk parker. Kami pun tak kesulitan mencari parkiran tepat di pinggir pantai di bawah keteduhan pohon waru. Kebetulan kondisi saat itu pantainya sedang sepi.

Bermain Air Bersama Manggala (dok. Pribadi)
Kami pun segera keluar dari mobil, si Manggala nampaknya nggak sabar mau bermain di pantai. Aku pun tak lupa membawa kamera dan tripod. Cukup bersih pantai dengan hamparan pasir coklat dengan jalanan di sepanjang pantai beretepikan pepohonan yang membuat teduh di tengah teriknya sinar matahari. Berderet pula penjaja makanan dan penjual kelapa muda disebelah sisi jalan yang lain, memberikan kesan lumayan rapi dan tertata. Pantai Prigi memang terletak di sebuah teluk yang diapit perbukitan hijau, sehingga ombaknya tidak besar, makanya terdapat sebuah bermaga perahu nelayan tradisional di sisi timurnya.

Kebetulan di dekat parkir mobil kami terdapat semacam gazebo. Kami pun duduk di situ sambil menaruh barang-barang bawaan. Kukeluarkan Tripod, kupasang kamera di atasnya kujeprat-jepret sekitar 180 derajat untuk membuat foto panorama. Tak lupa kupotret aksi manggala saat duduk-duduk di Gazebo. Kami pun berfoto bertiga dengan background Pantai Prigi yang bertepikan perbukitan hijau yang mengelilinginya.

Deretan Penjaja Makanan dan Souvenir (Dok. Pribadi)
Manggala nggak sabar untuk menjejak ke laut. Dicopotlah bajunya dan celananya hanya menggunakan singlet dan pampers, Manggala kugandeng menuju tepi pantai. Senang sekali dia bisa bermain air, apalagi sambil menunggu ombak mengguyurnya. Tapi aku tidak berani melepasnya, khawatir tiba-tiba ada ombak besar. Setiap kali ada ombak datang dia pengen menantangnya, begitu terguyur ombak di tertawa lebar menjerit gembira. Istriku kuminta memotret aksi kami berdua. Puas dengan bermain air, Manggala pun dibawa Ibunya ke Toilet untuk mandi. Sambil menunggu manggala mandi kunikmati Kelapa Muda yang dipesankan oleh istriku. Tenang, damai, bahagia rasanya bersama keluarga kecil kami berada di pantai yang udaranya segar ini. Sejenak kuberpikir, “Mengapa momen-momen kebersamaan seperti ini suatu hal yang sangat mahal dan langka bagi kami, kapan kami bisa bersatu dalam satu rumah…” Ah, sudahlah yang penting kami masih bisa bergembira bersama.

Manggala Makan Duren (Dok. Pribadi)
Nggak lama kami di Pantai Prigi siang itu. Kami pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah, tapi sebelumnya pengen mampir ke rumah makan Ayam Lodho dulu. Sebelum sampai ke rumah makan itu kami mampir membeli Durian dan manggir yang banyak dijajakan di pinggir jalan perbukitan. Cukup murah harganya….


Kami pun makan siang di rumah makan Ayam Lodho (baca: Wisata Kuliner Ayam Lodho). Kami pesan ayam setengah ekor, karena hanya boleh pesan ukuran setengah ekor atau satu ekor, nggak boleh milih per potong. Kenyang dengan ayam Lodho, kami pun langsung melanjutkan perjalanan pulang.  Sampai di rumah sekitar pukul 3, dan Durian yang kami beli pun kami pecah, dan Manggala pun tenyata suka sama Durian padahal baru 2,5 tahun. Sebenarnya durian kurang baik sih untuk anak sekecil Manggala, karena bisa menimbulkan panas di perut. Untungnya Manggala nggak makan banyak-banyak, dia agak jijik dengan jemeknya durian, tapi suka akan rasanya. Geli lihat manggala belepotan makan durian.

Update: Ternyata spanduk-spanduk bergambar Arumi Bachsin dan Suaminya (Emil Dardak) dalam rangka kedatangan Emil Dardak ke Festival Prigi keesokan harinya tanggal 22 Februari 2015. Si Emil Dardak rencananya mau maju sebagai calon Bupati Trenggalek (Tribunnews.com, 23-2-2015).

Pengalaman Lika-Liku Proses Approval Google Adsense

Menyambung artikel sebelumnya, akhir tahun 2014 keinginanku untuk mendapatkan akun google adsense lagi kembali membuncah, setelah blog ini ditolak berkali-kali sampai membuatku hampir putus asa, kucobalah cara pamungkas terakhir yaitu, BUAT BLOG BARU!

Ya blog baru dengan patform blogspot. Kubelikan TDL Siwalan.com. Nah, aku nggak mau lagi buat blog gado-gado seperti blog ini, udah cukup satu di polahku.com ini saja. Pada awalnya SIWALAN mau kuisi dengan topik Review Film, karena aku hobi nonton Bioskop tapi akhirnya kupilih tema Belanja Online plus (maksudnya tambah review gadget) soalnya aku sering banget belanja online dan dari dulu suka memgikuti perkembangan teknologi terutama mobile phone.

Kupilih platform blogspot, karena aku pengen praktisnya saja dan user friendly meski tampilannya nggak semenarik kalau pakai platform wordpress. Tapi kan tujuanku agar diterima google adsense yang notabene blogspot juga dimiliki oleh Google.

Aku punya rencana baru akan mendaftarkan SIWALAN ke layanan google adsense, seperti saran dari suhu-suhu adsense ataupun dari google itu sendiri. Konten yang kutulis benar-benar asli, bahkan gambarnya pun milikku sendiri semua. Aku nggak mau ditolak gara-gara hanya masalah copyright. Bahkan fobiaku akan gambar, meskipun gambarnya sudah kukasih sumbernya, aku merasa nggak afdol. Iya kalau yang mereview website kita saat apply karyawan google, mungkin nggak masalah, tapi kalau yang mereview itu mesin alias sistem dari google karena saking banyaknya yang apply google adsense, maka tidak mustahil gambar orang lain yang kita unduh dari internet dan sudah kita cantumkan sumber gambarnya dianggap pelanggaran hak cipta oleh google, soalnya setiap gambar digital terekam jejak digitalnya, dibuat dengan kamera apa, kapan, diuplod dimana saja, siapa yang pertama kali memilikinya, diedit pakai software apa, semuanya bisa ditelusuri. Mungkin itu hanya sekedar fobiaku, tapi toh lebih keren kalau pakai gambar sendiri.

Nah, tanggal 24 Februari kemarin ada seminar tentang internet, blogging, dan google adsense di kantor. Kebetulan pengisinya Pak Romi Satria Wahono, seorang mantan Peneliti LIPI yang punya segudang prestasi, founder dari ilmukomputer.com yang punya segudang kompetensi terutama mengenai software engineering. Nah, kutanya kepada beliau apa benar sebuah blog umurnya minimal berkisar 6 bulan baru bisa didaftarkan ke google adsense? Beliau menjawab Tidak, bahkan blog yang baru dibuat beberapa hari pun bisa saja di-approve google adsense. Kutanya lagi, bagaimana sih cara mengaktifkan kembali akun adsense yang di-banned google? Dia menyarankan untuk mengisi form banding ke google dan menjelaskan secara rinci, jelas, dan meyakinkan alasan kita kalau blog kita tidak layak di banned. Kalaupun tetap dinyatakan tidak layak, maka jalan satu-satunya adalah apply kembali dengan email baru dan nama baru.

"Hah harus pakai nama baru alias nama orang lain? pantesan berkali-kali aku gunain namaku sendiri berkali-kali pula ditolak oleh google!", pikirku saat itu. Beliau menjelaskan yang di-banned oleh google tidak hanya email kita yang daftarkan untuk adsense, bahkan nama kita juga.

Harapan baru pun seketika itu menyeruak dari tubuh ini, aku semakin bersemangat untuk apply google adsense. Nggak mau nunggu lama, keesokan harinya, kubuatlah account google yang baru dengan nama istriku, dengan harapan besar untuk diterima. Blog yang baru berumur 2 bulan itu nekad kudaftarkan, padahal rencanaku jika usianya sudah minimal 6 bulan. Dari segi jumlah artikel sudah mencapai hampir 30.

Beberapa saat setelah kudaftarkan ternyata aku lolos tahap pertama, dan diperbolehkan memasang script adsense di blog untuk peninjauan tahap kedua. Aku merasa yakin sekali akan diterima, nggak sabar menunggu. Selama peninjauan di blogku muncul ruang kosong, yang jika tahap kedua ini diterima maka akan muncul otomatis iklannya. Nah, kamis sore tanggal 26 Februari aku mendapat email 'cinta' dari google adsense. Kubuka denga perasaan deg-degan, dan akhirnya Voila....... Ditolak lagi Bokkk!

Lagi-lagi cintaku ditolak google adsense. Keesokan harinya akhirnya dengan 'nothing to lose' ku apply untuk kali kedua dengan email lawasku yang hampir 10 tahun nggak kupakai, untung masih ingat passwordnya. Ku-apply lah nekat dengan email itu dan aku menggunakan nama asliku sendiri bukan nama istriku lagi, saran Pak Romi untuk pakai nama orang lain (karena akun adsense-ku yang dulu sudah dinonaktifkan google) tidak kulaksanakan saat itu. Yah, untung-untunganlah, meskipun begitu aku masih berharap untuk diterima.

Aku pun tidak melengkapi blogku dengan sitemap, disclaimer, contact us, ataupun privacy policy yang sering disarankan sebelum apply di google adsense. Bukannya aku mengabaikan saran-saran yang bagus dan sering terbukti efektif itu, namun aku nggak sempat membuatnya alias males buatnya (ini salah satu penyakit kambuhanku). Aku hanya melengkapi menu About Me yang merupakan menu standar blogpot dengan informasi pribadi.

Jumat sore tanggal 27 Februari ku-apply ke google adsense. Nggak sabar nunggu berubah space iklan kosong di blog berubah jadi warna-warni iklan. Karena email yang sudah-sudah hanya berkisar satu hari sudah ada kepastian status permohonanku, tapi ini sampai sabtu sore kok belum ada tanda-tandanya diterima.

Hari demi hari, kucek emailku belum ada pemberitahuan mengenai status permohonanku. Sambil menunggu terus kupload artikel. Aku juga iseng-iseng memonetize akun yotube-ku dengan google adsense dengan email yang sama dengan yang kugunakan untuk apply google adsense blog. Kalau memonetize youtube sih hampir dipastikan 100% di-approve asalkan konten video original milik kita sendiri atau belum pernah di upload di youtube atau media online lainnya. Kucek videoku di yotube sudah muncul iklannya. Hehe seneng banget, paling tidak kalau akun google adsense untuk blog-ku nggak diapprove, ya youtube-ku masih jalan terus.

Akhirnya Rabu 4 Maret postingan artikelku di blog mencapai 30 buah. Iseng-iseng kulihat tampilan blog-ku. "Lho-lho-lho kok ada yang beda ya dengan tampilan biasanya, ternyata space kosong-nya sudah berubah menjadi iklan. Oh gembiranya hati ini..... Kucek di akun google adsenseku, yang semula ada tanda merah jika akunku masih dalam review, sudah tidak ada lagi. Namun kucek diemail, tidak ada pemberitahuan apa-apa mengenai permohonanku yang disetujui.

Nggak penting lah ada pemberitahuan di email, yang penting akunku sudah full approve dan bisa kupasang script adsense di blogku yang lain, alias blog ini. Kutautkan polahku.com dengan akun adsense yang kugunakan di SIWALAN, dan munculah iklan dari google adsense untuk pertama kali di blog ini. Ahayy....

Setelah susah payah kudapatkan akun google adsense, ke bertekad harus rajin update blog ini, karena penyakit blogger amatiran kayak aku ini ya kontinyuitas posting artikel yang kadang semangat kadang pula berbulan-bulan blognya dianggurin. Aku nggak mau akun googleku saat ini bernasib sama dengan akun google adsense-ku dulu yang mana blogku kuanggurin bertahun-tahu, bahkan kena spam sampai akhirnya nggak sadar kalau akun dinonaktifkan oleh google.

Google adsense mainan baruku saat ini yang kuharapkan mampu memotivasiku untuk produktif menulis artikel dan menyemangatiku dalam bekerja, apalagi bulan depan aku sudah harus meninggalkan Balikpapan untuk pindah tugas ke Pontianak. Haha.... keliling Kalimantan dulu lah, sebelum kembali Ke Jakarta, tapi bentar aja ya, hix!

Baca juga: Pengalaman bersama Google Adsense, affiliate Lazada, dan IDblognetwork

Saturday, March 7, 2015

Pengalaman Bersama Google Adsense, Affiliate Lazada, dan Idblognetwork

Google Adsense, suatu topik yang menarik buat yang hobi ngeblog, bikin website, ataupun upload video di youtube jika pengen dapat tambahan uang 'jajan' dari google yang jumlahnya bisa bukan main kalau ditekuni.

Ketika itu pertengahan dekade 2000-an dimana aku masih kuliah, aku baru kenal apa yang namanya blog. Kubuatlah blog tentang mobile phone dalam Bahasa Inggris sekalian itung-itung belajar nulis dalam bahasa Inggris. Lumayan rame blogku saat itu. Dan karena saran dari teman kosku yang mahasiswa IT, kudaftarkan blogku itu program google adsense. Pada saat itu google adsense belum support untuk web/blog berbahasa Indonesia, jadilah blogku dengan sukses diterima dalam program google adsense.

Recehan sen demi sen masuk di account google adsenseku. Namun, saat itu aku cuma iseng saja, dan tidak bermaksud untuk mendapatkan penghasilan dari google adsense. Karena tidak ada yang menjadi sumber Motivasiku untuk menulis bahkan iming-iming dollar sekalipun dari adsense, blogku pun mulai jarang ku-update, apalagi setelah aku bekerja, lupa akan keberadaan blog itu, sampai akhirnya ketika aku teringat kembali akan google adsense, akunku sudah dinonaktifkan oleh google. Oh sayangnya.... Coba kalau dulu aku tekuni, udah lumayan tuh... Hehe... Mimpi kali yee...

Nah, pertengah tahun 2013 kubeli Top Level Domain (TDL) (dot) com seharga 60rb kalau gk salah untuk satu tahun. Karena sudah beli domain untuk blogku ini, jadilah ada semangat lagi untuk lebih produktif menulis. Sayang kan sudah beli domain nggak diupdate blognya.

Iseng-iseng kucek peringkat blogku di Alexa Rank, ternyata sudah lumayan peringkatnya. Aku pun teringat kembali dengan google adsense jadilah ku-apply kembali google adsense. Namun apa yang terjadi? Berkali-kali aku apply dengan berbagai alamat emailnya ditolak terus, entah sudah berapa banyak email balasan dari google berisi penolakan karena blogku melanggar ini itulah, nggak jelas bagian mana yang melanggar TOS Google Adsense, padahal tulisanku tidak ada satu pun yang copy paste, sebagian besar gambar dari dokumen pribadiku sendiri, kalaupun ada gambar lain yang tidak milikku kucantumkan lengkap sumbernya. Mungkin karena blogku temanya nggak jelas kali ya, alias blog gado-gado akhirnya google pun tidak meliriknya dalam artian kurang mempunyai nilai tambah.Tapi aku yakin meski blog gado-gado, blogku ini punya nilai tambah tersendiri, yaitu artikel kutulis dengan gaya bahasaku sendiri yang lebih menekankan penulisan jenis reportase ataupun opini. Ya sudahlah kalau ditolak google, yang pasti si Mbah Google nggak bakal mempan kujampi-jampi mantra dari dukun agar menerima 'cintaku'.

Kecewa ditolak melulu oleh google menjadikanku sangat menyesal dulu akun google adsense-ku kusia-siakan. Sekarang susah banget daftarnya. Jadilah aku mencari alternatif lain. Ternyata selain adsense yang sistemnya pay per click, adapula yang namanya affiliate. Kebetulan Lazada sedang getol-getolnya mencari mitra affiliate.

Sistem affiliate ini baru akan dibayarkan jika seorang pengunjung blog kita mengklik iklan affiliate dan kemudian melakukan transaksi sampai pembayaran berhasi. Jadi kalaupun pengunjung mengklik iklan tapi tidak jadi membeli produk iklan tersebut, kita sebagai publisher (pemilik blog) tidak akan dibayar.

Nah,karena aku sering belanja online di Lazada, maka aku akan mengklik iklan affiliate lazada di blogku dan kuselesaikan transaksinya, agar komisinya bisa masuk ke akunku. Nggak seperti google adsense yang melarang kita mengklik iklan kita sendiri, sistem affiliate yang terpenting terjadi deal pembelian barang produk si affiliate.

Rupiah demi rupiah terkumpul dari komisi affiliate, yang sebagian besar atau mungkin seluruhnya berasal dari transaksiku sendiri? Dan tiba-tiba di rekeningku dikreditkan sekitar Rp150 ribuan, jumlah yang relatif kecil, tapi cukup menghiburku. Seharusnya bisa lebih dari itu, karena sekitar separuh nominal yang te-record di akun affiliate lazada-ku tidak diperhitungkan.

Bulan-bulan Akhir tahun 2014 kemarin Lazada mengganti sistem affiliate-nya, jadinya akun lamaku hangus beserta nominal yang belum dibayarkan, padahal nilainya lumayan meski nggak sampai satu juta. Aku pun punya akun affiliate lazada yang baru. Akhir tahun kemarin Lazada diskon besar-besaran dan aku pun kalap belanja sampai hampir 10 juta, dan tentu kuklik lewat iklan affiliate lazada di blogku, agar komisinya masuk ke akunku, kan lumayan tuh.... Tapi apa yang terjadi, meski nominal transaksiku lumayan besar, tapi tak satu pun transaksiku yang di record sistem affiliate lazada yang baru alias Rp0 komisinya. Jengkel akan sistemnya yang nggak jelas, ku-remove lah semua script affiliate lazada di Blogku. PERCUMA! Lazada harus memperbaiki sistem affiliate-nya itu, bukannya tambah bagus, eh malahan jadi abal-abal! Lebih bagus sistem yang lama, lebih simpel dan praktis!

Kecewa dengan Affiliate Lazada, aku pun mencari PPC lokal yang terpercaya, IDblognetwork lah pilihanku. Perlu beberapa hari untuk di-approve sebagai mitra. Meskipun IDblognetwork ini sangat bisa dipercaya, tapi konten iklan yang muncul jumlah dan frekuensinya sangat sedikit. Kadang ada iklannya, kadang tidak. Lha wong yang selalu ada iklannya saja seperti google adsense saja belum tentu diklik oleh pengunjung, apalagi ini iklannya munculnya musiman. Tapi meskipun jarang ada iklan, aku masih percaya denga IDblognetwork. Sampai dengan akhir Februari kemarin aku masih sering bongkar pasang antara script iklan affiliate Lazada dan IDblognetwork. Aku masih berharap lazada memperhitungkan transaksiku dulu, tapi ternyata tidak dihitung sama sekali meskipun sudah lebih dari 2 bulan, akhirnya kucopot permanen script affiliate Lazada.

Nah, iseng-iseng kulihat berapa sih penghasilanku dari IDblognetwork ternyata hanya Rp500 dari iklan bentuk static banner dan Rp1500 dari flash banner. Per klik baik iklan jenis static banner ataupun flash banner dihargai Rp500,-. Akhirnya script IDblognetwork terpaksa harus kucopot dan kuganti dengan google adsense setelah apply-ku diterima oleh google, maaf ya idblognetwork..... (Bersambung....)

Baca: Pengalaman Lika-Liku Proses Approval Google Adsense