Sunday, April 8, 2012

Warna Warni Hidup

3 hari libur kulalui tanpa kebersamaan istri tercinta. Berkecamuk rasa rindu ini di hati, tapi apa daya ku tak sanggup datang ke pelukannya.

3 hari ini aku berpikir keras sekali, selalu kubertanya pada diriku sendiri. Mengapa aku seringkali merasa cemas, merasa takut, merasa minder akan segala sesuatu yang tak seharusnya kutakutkan.

Aku sesungguhnya adalah orang yang sangat beruntung sekali jika aku bisa mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepadaku selama ini. Aku punya keluarga yang menyayangiku sejak aku kecil sampai saat ini, kupunya istri yang sabar, disiplin, pintar, berbakat dan solehah. Kupunya daya tarik fisik yang tidak mengecewakan (he he...Ge eR).

Mungkin aku belum pandai bersyukur.... Masih saja aku merasa kurang atas apa yang aku punya, aku merasa hampa di dunia ini. Seringkali aku melamun tanpa melakukan hal-hal produktif.

Aku seorang pemuda berusia 27 tahun yang sebentar lagi menjadi seorang Bapak, merasa masih Galau menghadapi kehidupan di dunia ini. Aku merasa belum punya visi dan misi yang jelas di dunia ini. Seringkali aku mengajar soft skill tapi aku sendiri belum mengimplementasikannya secara benar dan dalam benakku aku merasa sangat malu akan hal itu.

Perasaan Suka Duka, Optimis dan Pesimis, Percaya Diri ataupun Minder adalah pengaruh dari Mind Set kita sendiri. Seringkali aku gembar-gemborkan kalimat itu, namun aku sendiri jika dihadapkan pada situasi yang menuntutku merubah mind set-ku, ku merasa kesulitan.

                                                                            *********

Tadi siang aku sempatkan maen ke Gramedia Gandaria City. Maksud hati untuk mencari majalah atau buku yang sekiranya menarik, bukannya buku atau majalah yang menarik perhatianku kala itu melainkan Kaos Hitam yang dipakai para pelayan toko yang kira-kira kalimat yang tertera di kaos itu adalah begini " Lebih dari 90 % buku yang dibeli tidak tuntas dibaca 100%." Kalimat itu sepertinya menohokku, karena memang benar-benar mencerminkan diriku. Aku seringkali gila belanja buku apalagi jika ada diskon besar-besaran di Gramedia, namun buku-buku yang kubeli banyak yang belum kubaca tuntas, bahkan masih ada beberapa buku yang masih tersegel plastik belum kubuka sama sekali.

Seringkali istriku mewanti-wanti aku jika aku berniat ke Gramedia. Dia minta agar aku tidak membeli buku karena masih banyak buku yang belum kubaca. Nah, untungnya tadi tidak ada buku yang mengundang minatku untuk membelinya (ini pasti karena doa istriku, ha ha....).

                                                                           ********

Malam ini setelah nonton Mario Teguh, kembali kubuka Biografi Steve Jobs setebal 742 halaman yang baru kubaca kira-kira dua pertiganya. Aku selalu tertarik dengan hal-hal yang berbau Apple, sebuah produk teknologi yang kugemari karena desain, teknologi, dan kualitasnya. Mulai dari iPod Nano, iPhone 3GS, sampai denga iPad 2 sudah kubeli dan kupuas akan performanya. Aku pun selalu antusias menceritakan pengalamanku akan produk Apple ke teman-temanku. Nah, aku pun tertarik dengan Steve Jobs, Sang pendiri Apple dengan segala lika-liku kehidupannya.

Karakter Jobs yang perfeksionis dalam Biografi itu sedikit banyak kemiripannya denganku. Aku lebih tertarik pada keindahan-keindahan desain suatu barang, dan memperhatikan detail-detail yang kecil demi sebuah kesempurnaan. Membaca biografinya membuat gairah semangat dan optimisme dalam diriku kembali bangkit. Aku menjadi bersemangat untuk menjadi seorang yang kreatif dan inovatif, seorang yang berpikir beda, dan melihat masa depan dengan penuh optimisme.

                                                                           *******

Hidup memang penuh dengan warna-warni. Jika kita suka mewarnai hidup kita dengan hal-hal yang positif dan penuh optimisme, kita pun dapat mewujudkannya, aku tidak mau berpikir sebaliknya. Good Night!












Friday, April 6, 2012

Nggak Sabar Pindah Rumah

"Kapan bisa pindah rumah ya???"

Kata itulah yang seringkali terngiang-ngiang di benakku satu bulan terakhir ini. Akad kredit pun belum terlaksana, apalagi serah terima kunci rumah. DP sekitar 30% sudah kulunasi, BPHTB sebesar 5% pun sudah kulunasi pula. Aku pun sudah membuka rekening di BTN untuk memperlancar administrasi KPR dan angsuranya kelak. Tapi kok nggak kunjung-kunjung tiba ya akad KPR-nya.

Memang progress rumah indenku saat kulunasi DP dan BPHTB masih sekitar 80%, namun sekarang sudah sekitar 95% tinggal pemasangan kloset, kran-kran air, dan instalasi listrik. Tapi kok sampai sekarang aku belum dihubungi pihak pengembang untuk akad kredit. Ternyata BTN mensyaratkan akad kredit bisa dilakukan jika rumah sudah jadi 100% dan diappraisal oleh pihak BTN. Hal ini dilakukan untuk mencegah kecurangan dari pengembang agar tidak mengulur-ngulur waktu pembangunan rumah ataupun meninggalkannya setelah plafon kredit dari Bank turun. Tentunya kebijakan ini akan menguntungkan si konsumen juga agar tidak dipermainkan pengembang.

Tadi pagi aku bersama kakakku menengok progress pembangunan calon rumahku. Ternyata sudah hampir jadi, dan perkiraanku April ini sudah bisa akad kredit dan serah terima kunci rumah. Aku sudah tidak sabar untuk pindah ke rumah mungilku. Aku sudah berencana untuk menanami berbagai macam pohon di sisa tanah di pinggir rumah, kutanam bambu jepang sepanjang pagar agar terkesan rimbun, dan apotik hidup dan sayuran tropis yang mudah dibudidayakan di pekarangan.

Dalam angan-anganku juga terbersit untuk membangun sebuah gazebo di belakang rumah yang dibawahnya ada kolam ikannya yang bisa menjadi tempat bersantai dan bercengkerama dengan istri dan anak tercinta, serta menjadi mushola kecil. Anggrek-anggrek kan kupajang di dinding-dinding luar rumah dan pohon-pohon. Gemericik air kolam yang menenangkan kan membuatku nyaman berada di rumah walaupun tanahnya hanya seluas 135 m. persegi.

Dengan kondisi kamar kosku di kawasan Kebon Jeruk yang hanya seluas kuang lebih 10 m persegi serasa sudah sesak sekali. Barang-barang, kardus-kardus, pakaian yang semakin bertambah sejak aku kos di kosku sekarang ini lebih dari 3 tahun yang lalu semakin membuatku tidak nyaman. Kamarku yang sering terlihat bagai kapal pecah, sudah tidak kondusif lagi untuk menyimpan barang-barangku yang dari hari ke hari semakin banyak. Biaya sewa kos yang sekitar tujuh ratus ribu per bulan juga terasa amat besar jika harus ditambah dengan kewajibanku mengangsur rumah nantinya.
Semoga bulan ini aku sudah bisa menempati rumah baruku. Amin!