Saturday, June 17, 2017

Pengalaman Menginap di Hotel Bukit Daun Kediri (part 2)

Liburan kemarin putraku Manggala pengen berlibur di hotel yang ada kolam renangnya seperti tahun kemarin. Nggak mau repot jauh-jauh ke Malang, aku memilih berlibur saja ke Kediri, menginap di Hotel Bukit Daun persis seperti tahun lalu.

Selain faktor keterjangkauan, kupilih Hotel Bukit Daun karena kompleks hotelnya yang cukup luas seperti resort gitu, ada kolam renang anak yang cukup representatif dan halaman yang cukup luas bisa untuk bersepeda si Manggala sepuasnya.

Kupesan jauh-jauh hari sebuah kamar standar room seharga sekitar Rp350 ribu yang ternyata sama persis tipenya dengan kamar yang kupesan tahun lalu dan bisa parkir mobil langsung di depan kamar.

Kebetulan hari saat kami sekeluarga menginap di sana adalah hari libur nasional bertepatan dengan hari kenaikan Isa Almasih jadi Hotelnya pun cukup ramai dengan peziarah umat nasrani yang berziarah di kompleks Gereja Puhsarang yang kebetulan berdekatan dengan Hotel Bukit Daun, hanya berjarak sekitar 5 km dari Hotel.

Sesampainya di hotel sekitar pukul 2 siang, kami pun langsung menuju resepsionis untuk check in. Kami diberi satu kunci kamar jenis kartu RFID, voucher makan pagi dan voucher berenang. Sesampainya di kamar, Manggala nggak sabar untuk berenang dan langsung minta ganti baju dengan pakaian renang. Aku juga sudah mempersiapkan celana renang yang minggu kemarin baru kubeli di Zalora dan kacamata renang yang sudah lama tidak kupakai khusus spesial kusiapkan untuk menemani Manggala berenang liburan kali ini.

Kebetulan kamar kami dekat dengan kolam renang jadi cuma berjalan kira2 30 meter sudah sampai kolam. Siang itu kolam sudah lumayan ramai dengan para remaja dan anak-anak yang sedang asik berenang. Sepertinya mereka kebanyakan bukan tamu hotel yang menginap melainkan pengunjung umum kolam renang yang membayar tiket masuk tersendiri.

Byurrr... langsung saja Manggala nyebut tanpa babibu. Matanya berbinar-binar melihat kolam yang nampak lumayan jernih itu dengan air mancur yang keluar dari mulut patung lumba-lumba di tepi kolam. Aku pun menemaninya sampai puas. Sesekali kuajari cara berenang tapi dia masih ngeyel dengan gayanya ngawurnya. Karena kebanyakan minum air, dia pun muntah, huek sorrr...... 

Usai berenang langsung saja kami kembali ke kamar, mandi. Acara selanjutnya adalah bersepeda di halaman belakang hotel yang cukup. Halaman belakang hotel ini sejak aku pertama kali menjamahnya lebih dari setahun yang lalu masih hampir sama keadaannya. Masih berupa lahan terbuka yang dipaving. Halaman seluas itu cocok kalau untuk acara konser, temu klub mobil sport, atau kegiatan outdoor lainnya. Pemandangannya cukup bagus karena langsung berhadapan dengan bukit hijau di belakangnya. Sayang kondisinya terkesan kurang termanfaatkan secara maksimal, tidak terlihat juga bekas-bekas suatu event pernah berlangsung di situ.

Masih di halaman belakang ada kandang besar berisikan beberapa ekor rusa. Pengunjung bisa mendekat ke kandang dan biasanya si rusa akan mendekati pengunjung berharap dapat makanan dari pengunjung, sayangnya tidak bisa memberikan makanan buat rusa karena pihak hotel nggak menyediakan ataupun menjual makanan khusus buat rusa. Aku pun berinisiatif mencabut rumput liar di sekitar kandang dan kuminta Manggala memberikannya ke rusa yang mendekatinya.

Puas berenang dan bermain sepeda, si Manggala merasa lapar banget begitu pula dengan kedua ortunya, haha.... Kami pun meluncur ke kota cari bebek goreng langganan kami yang maknyus fresh padahal harganya murah banget nggak sampai 20ribu per ekornya, puas lah pokoknya. Usai makan kami bergegas menuju Taman Tirtayasa yang terletak di samping Stadion Brawijaya Kediri untuk melihat pesta lampion. Ternyata pas sampai di sana selain ada berbagai macam bangunan lampion ada atraksi yang sangat menarik yaitu Dancing Fontain yang keren banget dipadu dengan permainan tata cahaya dan sorot proyektor yang memutar film pendek dengan air mancur sebagai backgroundnya.

Masih di Hotel Bukit Daun keesokan harinya Manggala mengajak berenang lagi. Sebenarnya males banget dingin-dingin harus nyebut nemenin Manggala berenang, tapi demi kegembiraan si anak lanang kesayangan, apa sih yang nggak kuberikan. Si Manggala di kolam renang malah sempat kenalan dan bermain dengan anak kecil perempuan yang mungkin usianya lebih dari 3 tahun di atasnya, namanya Erika. Dia memang gampang akrab dengan anak kecil yang baru dikenalnya apalagi kalau usianya yang lebih tua darinya.

Puas berenang kami pun balik ke kamar dan mandi. Tidak seperti pengalaman mandi sebelumnya yang air hangatnya lancar, kali itu air hangatnya tidak keluar sama sekali, payah.... males buat komplain toh sebentar lagi mau check out.

Tibalah saat sarapan. Kami pun menuju ruang makan yang berada di samping sungai. Pemandangannya cukup bagus dengan nuansa etnik interior ruangannya. Makanannya cukup biasa, kurang variatif dan agak lama top up persediaannya. Pihak manajemen Bukit Daun perlu belajar mengenai betapa sangat pentingnya kepuasan pengunjung terhadap menu breakfast akan membuat pengunjung terkesan dan bisa menjadi referensi positif jika mau menginap lagi di kemudian hari. Bisa belajar dari jaringan hotel kelas kakap semacam aston, mercure, ataupun lainnya. Fasilitas yang mungkin saja kurang memuaskan pengunjung bisa terabaikan dalam memori pengunjung jika menu sarapannya variatif, enak, dan memuaskan.

Secara umum aku memberikan poin 7,5 dari skala10 untuk pengalaman menginap di Bukit Daun. Pemandangan alamnya, kolam renang dan kondisi kamar cukup memuaskan. Minusnya cuma air hangat yang ngadat pada pagi hari saat itu dan menu sarapan yang kurang variatif. Semoga kedepan pelayanannya semakin lebih baik.