Monday, July 27, 2015

Pengalaman Mudik Naik Embraer E-Jets 190/195 Kalstar

Safety Guide Kalstar E 190/195 (dok. pribadi)
Lebaran tahun ini adalah mudik ketiga kalinya aku dari Pulau Kalimantan. Berbeda dengan dua kali mudik sebelumnya yang mana aku mudik dari Balikpapan, tahun ini aku mudik dari Pontianak. Tujuanku pertama jelas ke Tulungagung, Jawa Timur, dan bandara yang terdekat adalah Juanda Surabaya.

Mudik kali ini aku terbang dengan pesawat Kalstar Aviation Pontianak - Surabaya, karena hanya Kalstar-lah satu-satunya maskapai yang melayani rute tersebut secara langsung. harga yang kutebus untuk penerbangan pp Pontianak Surabaya adalah sebesar Rp3 jutaan, lumayan juga sih, tapi ya mau nggak mau harus kubeli.

Ini bukan penerbangan pertamaku menggunakan Kalstar ke Surabaya dari Pontianak, mudik ini penerbangan yang kedua. Yang pertama sekitar bulan Mei kemarin, pesawat yang digunakan jenis boeing yang agak jadul, agak ketar-ketir juga kala itu naik Kalstar.

Tanggal 16 Juli 2015 atau H-1 habis subuh aku dan teman kantor berangkat ke Bandara Supadio, Saat check in aku sengaja request ke petugas counter check in Kalstar untuk duduk di samping jendela pintu darurat. Diberikanlah aku nomor 15A. Usai Check in aku langsung menuju ruang tunggu di lantai 2 terminal Supadio yang baru. Dari ruang tunggu yang yang berdindingkan kaca lebar menghadap ke landas pacu, terlihat jelas kabut asap yang agak pekat. Aku sudah was-was, jangan-jangan penerbanganku delay, tapi Alhamdulillah jarak pandang masih memungkinkan untuk take off. sekitar pukul setengah 8.

Saat boarding masuk pesawat, aku agak sedikit kaget karena ternyata pesawatnya bukan pesawat yang dulu aku naiki ke Surabaya, melainkan pesawat yang lebih kecil dengan formasi tempat duduk 2-2 seperti pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dipakai Garuda Indonesia. Duduklah aku di seat 15A samping jendela pesawat persis di pintu darurat. Setelah duduk kubaca safety guide yang ada di kantong kursi di depanku, barulah aku tahu kalau pesawat yang digunakan adalah jenis Embraer E190/195. Pesawat ini kemungkinan besar yang tipe E190 soalnya di lembar safety guide-nya di bold di angka 190.

Pesawat buatan Brazil ini menurutku lebih lapang dan lebih tinggi ruang kabinnya dibandingkan pesaingnya yaitu pesawat Bombardier CRJ 1000 yang dipakai oleh Garuda Indonesia. Duduk di kursi samping pintu darurat jelas ruang kakinya lebar dan memang itulah yang kucari karena aku termasuk si panjang kaki, hehe....

Sepanjang perjalanan kurang lebih selama 1,5 jam si pramugari menyajikan kotak snack berisikan satu roti sosis keju dan satu aqua gelas. Cukup sederhana, tapi lumayanlah....

Perjalanan 1,5 jam ke Surabaya nggak terasa karena kebetulan asik ngobrol dengan penumpang sebelah yang sama-sama mau mudik ke Jawa Timur. Pendaratan cukup mulus dan stabil, menurutku malah lebih stabil embraer 190 daripada si Bombardier CRJ 1000.

Hari Minggu kemarin balik ke Pontianak, lagi-lagi aku naik Kalstar dengan pesawat tipe yang sama. Aku minta ke petugas counter seat di pintu darurat lagi dekat jendela, dikasihlah nomor 14A. Lumayan On Time, boardingnya, dan take off pukul 19.45 WIB mundur 15 menit dari jadwal semula. Masuk ke pesawat ternyata seat 14A bukan berada di pintu darurat, melainkan di depannya. Wah payah, aku lupa kalau yang di pintu darurat itu 15A. Mungkin si petugas counter check in salah lihat di monitornya. Ya sudahlah....

Sambil menunggu take off kuamati tempat nomor tempat duduknya, ternyata tidak ada nomor 13. "Oalah ternyata percaya angka keramat juga to Kalstar ini, nggak hanya lantai gedung atau nomor rumah saja yang nggak pakai nomor 13, ini seat pesawat juga.... !", pikirku.

Begitu take off, aku rasakan tekanan udara yang kurang nyaman di kabin, puncaknya saat pesawat mulai turun dari ketinggian bersiap landing, telinga bagian kananku sakit banget. Kok ini rasanya beda banget ya sama pesawat yang kutumpangi saat berangkat mudik. Atau mungkin ada yang nggak beres dengan telingaku, kok penumpang lainnya kayaknya nggak segelisah diriku. Pesawat pun landing dengan sempurna di Supadio sekitar pukul 21.05 WIB, lebih cepat 10 menit dari perkiraan semula. Alhamdulillah sampai dengan selamat.

Overall pelayanan Kalstar sudah semakin bagus dengan peremajaan armadanya dan ketepatan waktunya. Oiya aku belum nyoba toiletnya yang ada dua buah di ujung depan dan paling belakang, mungkin lain kali aja....

Friday, July 10, 2015

Mengapa Aku Memilih iPad

Tanpa kusengaja ternyata sekarang ini aku menjadi seorang Fanboy, sebutan bagi penggila gadget-gadget keluaran Apple Inc. Ya sejak kubeli iPod Nano 2nd Generation Tahun 2006 lalu, sejak saat itulah aku percaya pada kualitas produk-produk perusahaan berlogo buah apel keroak itu.

Nah, sejak diluncurkannya iPad generasi pertama sekitar tahun 2010 aku mulai kepincut dengannya. Kubayangkan iPhone dalam bentuk besar yang mana pastinya akan puas banget berselancar di dunia maya dengan layar 9,7 inch. Tapi kuurungkan niatku saat itu untuk membelinya karena alasan ketiadaan kamera, dan aku masih kurang puas dengan spesifikasi generasi pertama iPad itu. Biasanya generasi pertama produk Apple itu untuk menguji respon pasar, dan ternyata saat itu meskipun pasar merespon cukup baik, tapi masih banyak yang kurang puas, bukan karena performanya, melainkan kurangnya fitur-fitur standar yang ada.

Tahun 2011, munculah iPad 2. Ada banyak peningkatan signifikan dari iPad generasi pertama, disamping prosesor yang lebih cepat, ada penambahan kamera belakang dan kamera depan untuk video call. Kubelilah satu unit iPad 2 saat itu di eStore Ratu Plaza yang seri 16GB Wifi+3G berwarna hitam, seharga kalau gk salah 5,9jt. Saat itu aku merasa beruntung mendapatkannya, karena ternyata aku membeli stok terakhir ipad yang Wifi+3G, yang ternyata lebih laris dari seri Wifi only karena bisa lebih mobile terkoneksi dengan internet dimana saja. Aku membelinya tidak lama setelah launching iPad 2 di Indonesia, dan beberapa minggu kemudian harganya melonjak signifikan karena habisnya stok iPad 2 terutama yang seri Wifi+3G di reseller-reseller produk Apple semacam iBox, eStore, Emax, Infinity, dll.

iPad 2 ini sengaja kubelikan untuk ibuku, dan ternyata sampai sekarang sudah 4 tahun performanya masih mumpuni dan masih bisa diupdate dengan sistem operasi terakhir iOS 8.4 dan nanti jika iOS 9 muncul juga masih bisa di-update. Coba bayangkan kalau aku dulu membeli Samsung Galaxy Tab yang bersistem operasi android, pasti sekarang sudah sangat ketinggalan zaman baik dari sisi hardware maupun software karena rata-rata produk android update firmware-nya tidak didukung berkelanjutan seperti Apple, paling hanya satu atau dua tahun saja, setelah itu ya sudah nggak bisa di-update lagi. (NB: Sebelum membeli iPad 2 aku pernah mengantre mau beli Samsung Galaxy Tab di Pasific Place, dan ternyata kehabisan. Tapi justru aku malah beruntung kehabisan Galaxy Tab saat itu).

Karena aku percaya dengan kualitas hardware dan user experience menakjubkan dari software Apple, maka tahun lalu ketika mau membeli tablet untuk istriku kubelikanlah dia iPad Mini, dan bulan lalu aku juga membeli iPad Mini Retina Display.

Tablet-tablet android memang menawarkanspesifikasi hardware yang mumpuni dengan harga yang cukup terjangkau, beda jauh dengan iPad. Namun, meskipun hardware iPad tidak seheboh produk-ptoduk android, tapi kombinasi hardware dan software cukup ciamik sehingga menawarkan pengalaman pengguna yang luar biasa, tidak nge-lag, awet banget baterainya, tidak cepat panas, dan tentunya awet bertahun-tahun dan tersedia update firmware-nya sampai bertahun-tahun kemudian, jadi tidak lekas usang. Kombinasi terbaik antara hardware dan software itulah yang sulit disaingi produk-produk android.

Jadi sudah tahu kan mengapa aku memilih iPad....

NB: Ada satu yang kusayangkan pada produk iPad, yaitu ada beberapa aplikasi populer yang tidak di-supportnya seperti halnya Whataspp (kecuali kalau dijaibreak ataupun diakali dengan instalasi yang tidak direkomendasikan oleh Apple).


Mengabadikan Kenangan Melalui Blog

Setiap orang pasti punya kenangan, entah itu kenangan buruk ataupun kenangan indah. Namun seiring berlalunya waktu, kadangkala kenangan kita akan hal-hal yang tersebut seringkali terlupakan, atau jika masih ingat sudah tidak sedetail apa yang pernah terjadi. Lalu bagaimana dong agar kita kenangan, terutama yang indah-indah tidak terlupakan begitu saja? Jawabannya adalah menulis di Blog.

Manusia mempunyai batasan kemampuan dalam mengingat segala sesuatu yang terjadi. Masing-masing orang juga punya tingkat ingatan yang berbeda. Ada yang gampang melupakan peristiwa yang terjadi, adapula yang mampu menyimpan kenangan peristiwa dengan detail bertahun-tahun lamanya. Nah, karena kekurangan itu lah maka alangkah baiknya jika kita sesegera mungkin menuangkan kenangan-kenangan yang terjadi, yang sekiranya layak untuk diingat dannanti bisa diceritakan ke anak cucu melalui aktivitas menulis di Blog. Kita bisa menulisnya disertai foto-foto di blog gratisan semacam blogspot ataupun wordpress.

Apa sih keuntungan kita menulis di blog?

KEtika kita menulis kenangan di blog, kita bisa membacanya kembali kapan pun kita mau. entah itu seminggu kemudian, sebulan  kemudian, bahkan bertahun-tahun setelah kenangan itu kita tulis. Dengan membacanya menurut pengalamanku sendiri, aku merasa lebih hidup apalagi membaca kenangan indah yang sekiranya bisa membangkitkan motivasiku kembali.

Membaca kenangan-kenangan lama lama juga akan melatih otak kita untuk terus mengingat, sehingga berpotensi memperlamba bahkan memcegah proses kepikunan. Kita pun bisa membacakan kenangan-kenangan indah kita kepada anak cucu kita yang sekiranya bisa memotivasi ataupun memberikan inspirasi kepada generasi penerus kita. Coba bayangkan kalau kenangan yang mempunyai nilai positif untuk anak cucu kita, tidak kita tuangkan dlam bentuk tulisan, pastinya detail kenangan itu akan terlewatkan.

Menulis kenangan yang indah dan mempunyai nilai positif di blog juga bisa menginspirasi atau memberikan motivasi kepada orang lain dalam hal ini pembaca blog kita.

So, mumpung masih muda, rajin-rajinlah menuangkan apa saja itu ke bentuk tulisan di blog, entah itu pengalaman/kenangan berharga, ataupun hal-hal lain yang sekiranya bermanfaat bagi orang lain (pembaca). Toh, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.

Ayo Menulis!

Thursday, July 9, 2015

Review: Spigen SlimBook Cover iPad Mini Retina Display

Sudah beli iPad Mini Retina Display, tibalah saatnya beli covernya agar si iPad terlindungi dari benturan. Apple sebenarnya menyediakan cover untuk iPad yang dijual terpisah, tapi harnganya muahal bok.... bisa sampai 1 jutaan untuk yang terbuat dari kulit asli, sayang banget rasanya untuk sebuah cover/casing.

Di pasaran banyak dijual  cover iPad, ada yang terbuat dari kulit sintetis, kulit asli, maupun bahan premium seperti polyurethane. Dari harga seratusan ribu sampai dengan lebih dari satu juta rupiah. Untuk yang harga seratusan ataupun dua ratusan nggak aku lirik sama sekali, soalnya pengalaman yang  lalu-lalu ketika aku membelikan cover ipad untuk ibuku, kualitasnya ternyata jelek dan cepat rusak, malah membuat si iPad tidak terlihat elegan lagi. Mosok produk premium, bajunya kelas KW, haha....

Nah, nggak mau tiap tahun ganti cover karena gampang rusak, setelah kuubek-ubek Blibli, Lazada, dan toko online lainnya, akhirnya pilihanku jatuh ke Spigen SlimBook yang khusus dibuat untuk iPad Mini Retina Dislay (bukan untuk ipad mini 1st gen). Kucoba lihat refiewnya si situs-situs asing maupun di Youtube, sepertinya sangat meyakinkan, kokoh, namun tetap elegan membalut body si mini.

Akhirnya kuputuskan untuk membelinya di Blibli.com, lagi-lagi karena gratis ongkir. Harga normalnya 500rb sama halnya yang dijual di Lazada, plus dapat diskon 50rb lagi. Kira-kira 5 hari setelah order, pesananku tiba, dan ternyata sesuai dengan ekspektasiku. Cover luarnya bagus, tidak licin, anti minyak, desainnya minimalis futuristik.

Bagian dalam dari cover ini dilapisi lapisan lembut microfiber yang akan menjaga body ipad maupun layarnya dari goresan. Covernya juga mempunya fungsi auto On/Off, begitu cover dibuka otomatis iPad akan hidup, sedangkan jika ditutup otomatis akan standby. Bodinya tipis sehingga tidak membuat iPad Mini terlihat gemuk, malahan terlihat ramping, pantas Spigen tipe ini diberi nama SlimBook. Cover ini juga bisa menjadi penyangga ipad dalam posisi landscape, untuk memudahkan dalam mengetik menggunakan keyboard wireless tambahan.

Overall aku merasa puas dengan cover merek Spigen ini, semoga awet! Ono Rego Ono Rupo

Kabut Asap Pontianak

Apa yang khas dari Kota Pontianak? Pasti ada yang menjawab Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, Pisang Pontianak, sampai dengan Kue Bingke-nya yang terkenal legit dan tentunya cuacanya yang panas. Namun ada satu lagi yang khas dan seolah menjadi rutinitas tahunan yaitu KABUT ASAP! Kalau di Sumatera ada Kota Pekanbaru yang hampir tiap tahun terkena kabut asap hasil kebakaran lahan, kalau di Kalimantan ada Kota Pontianak sebagai ikonnya.

Oh tidak.... akhirnya kabut asap yang tahun-tahun sebelumnya hanya bisa 'kunikmati' di tayangan berita terlevisi, akhirnya tahun ini aku 'berhasil' mencicipinya. Iya kira-kira sudah seminggu ini, kabut asap mengepung kota Pontianak dengan intensitas yang semakin pekat pada malam hari. Tentunya ini hal baru bagiku yang baru menghuni kota ini selama 3 bulan. Hal ini membuat problem yang cukup lumayan bagiku. Mengapa?

Tanya kenapa? Yang namanya asap ya sangat mengganggu lah, bagi semua orang, cuma kadar ketergangguannya yang berbeda-beda. Bagiku sangat mengganggu karena aku punya riwayat problem dengan sistem pernafasanku. Hidungku ini sangat peka sekali terhadap asap, begitu pula dengan paru-paruku.

Sebelum kabut asap melanda Pontianak, kondisi tubuhku tidak begitu fit dan kadangkala batuk-batuk. Begitu kabut asap menghajar Pontianak, oh..... batukku semakin menjadi-jadi apalagi ditambah flu yang bikin kondisi tubuhku di bulan puasa ini ngedrop. Aku yang orang dewasa saja merasa terganggu dengan kabut asap ini, bagaimana dengan anak-anak dan balita di Kota ini ya? Tapi yang aku heran, meskipun kabut asap melanda Pontianak, warga di sini seolah cuek dengan kondisi ini alias sudah sangat terbiasa dan menganggap lumrah. Jalan-jalan tetap rame dengan sepeda motor, sampai-sampai aku pun sulit menyeberang jalan di Kota ini. Wow tangguh sekali ya kondisi tubuh warga sini. Sudah cuaca terik, sedang berpuasa, plus 'vitamin' kabut asap, warga sini tetap enjoy dan berlalu lalang di jalanan seolah tak ada aral yang menghalangi mereka.

Kabut asap di Pontianak bukan disebabkan oleh cuaca panas yang berlangsung hampir sebulan ini, melainkan lebih disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk membuka lahan gambut. Kenapa harus dibakar? Karena itu cara termurah, efektif, dan efisien untuk membuka lahan gambut. Nggak perlu banyak keluar ongkos untuk membayar orang membuka lahan, lebih cepat karena musim kemarau, plus dengan dibakar akan menambah pH tanah gambut yang terkenal asam sehingga lebih subur. Tapi dampaknya ke masyarakat luas itu lho.....

Mungkin batuk-batuk ini mekanisme alami tubuhku untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, haha..... 'Dinikmati' sajalah, mumpung belum pindah tugas dari Pontianak, kan bisa nambah pengalaman yang bisa diceritakan ke anak cucu. Kita juga bisa lebih bersyukur dengan kondisi ini, manakala ketika tinggal di Jawa selalu dimanjakan dengan kondisi alam yang subur, banyak air bersih, tanpa asap kebakaran hutan, di Pontianak aku diajarkan sesuatu yang beda mengenai Bumi Indonesia ini. Toh kalau ngomel-ngomel terus nggak merubah juga kondisi ini, malah bisa-bisa tambah sakit, haha....

Just enjoy it!

Tuesday, July 7, 2015

Pengalaman Membuat Nano SimCard untuk iPad Mini Retina Display

Akhirnya sampai juga pesanan iPad Mini Retina Display yang kupesan di Elevenia setelah lebih dari seminggu kunanti. Sudah di tangan, muncul lagi persoalan yang lain. Simcard yang digunakan di iPad Mini ataupun iPad Air sudah menggunakan standar Nano Simcard, seperti halnya yang digunakan mulai pada produk iPhone 5.

Nano Simcard jelas ukurannya lebih kecil dari Micro Simcard. Berbeda dengan Micro simcard yang sudah menjadi standard simcard untuk smartphone-smartphone ataupun tablet terbaru saat ini, terkecuali untuk produk-produk besutan Apple yang sudah meninggalkan Micro Simcard beralih ke Nano Simcard. Persoalannya, nano simcard ini tidak dijual bebas di toko-toko pulsa ataupun kartu perdana di pinggir jalan, melainkan hanya di gerai-gerai resmi operator seluler saja. Hampir semua operator seluler menyediakan nano simcard yang memang penggunanya terbatas pada Fanboy Apple.

Aku memilih kartu Tri untuk iPad-ku. Kebetulan sekarang aku berdomisili di Pontianak, dan meluncurlah aku ke 3Store Pontianak di Jalan Ahmad Yani samping BRI Syariah bermaksud untuk membeli kartu perdana jenis nano simcard. Setelah sekitar 30 menit mengantri, akhirnya tiba juga giliranku.

"Mas ada nano simcard untuk iPad?", tanyaku kepada salah satu customer service-nya.

"Maaf Mas, stok nano simcard disini sedang kosong, dan kalaupun mau memotong kartu biasa, pemotongnya kebetulan rusak", jawab si Mas-nya

"O, kartu standar bisa dipotong to? bukannya yang bisa dipotong hanya untuk menjadi micro simcard ya?', tanyaku lagi.

"Lisa kok Mas!", jawabnya singkat.

"Ya udah mas, saya beli perdana kartu standar saja, nanti coba saya potong sendiri.", sahutku.

Aku pun pulang dengan perasaan kurang puas, udah jauh-jauh kusamperin, panas-panas pula pakai motor, eh hasilnya nihil juga. Kalau cuma kartu standar seharga 5000 perak, di toko pinggir jalan dekat kantor pun ada. Huh...

Sesampainya di kantor, kusamperin toko penjual pulsa sekaligus kartu perdana di sebelah kantor, kali aja punya pemotong kartu. eh ternyata nggak punya. Nggak sabar mau nyobain kartu, aku berinisiatif untuk memotongnya sendiri.

Kalau googling tutorial memotong simcard standard menjadi nano simcard biasanya memakai pola standar nano simcard di kertas kemudian kita potong kartunya sesuai pola itu. Tapi hal itu tidak kulakukan. Kupotong sedikit demi sedikit sisi simcard menggunakan cutter kemudian kucoba kumasukkan ke tray (wadah) simcard iPad. Kupotong tanpa penggaris, sedikit demi sedikit terus coba kupaskan ke tray, kuulangi terus cara tersebut sampai akhirnya pas masuk di tray, dan Voila.... bisa nyambung internet juga akhirnya.

Sedikit tips kalau motong sedikit demi sedikit, jangan sampai terpotong bagian chipnya yang kuning. Tapi lebih baik kalau bisa membeli kartu nano yang asli dari operator malah lebih bagus daripada motong sendiri yang tentunya lebih ribet dan pasti ada risiko gagal.

Sunday, July 5, 2015

Kue Putu yang makin Langka

Kue Putu dikukus (dok.pribadi)
Kue yang satu ini memang menjadi bagian yang tak pernah kulupakan. Ketika aku kecil, aku selalu menanti penjual kue putu keliling yang menjajakan di kompleks asrama pada sore hari. Semenjak kecil aku gemar sekali makan kue ini. Kue yang cukup sederhana ini memang rasanya enak, legit, manis dan nggak eneg.

Kue ini mulai jarang kutemui ketika aku beranjak SMP, sampai suatu ketika saat aku sudah bekerja aku menemukan penjual kue putu di kawasan Bintaro, Tangsel. Bukan penjual keliling, melainkan mendompleng di semacam pusat jajanan. Harganya lumayan mahal, namun ukurannya gede dan lumayan bikin kenyang dan tentunya puas, dan sepertinya sekarang sudah tidak ada lagi penjualnya. Entah kurang laku atau berpindah tempat, entahlah.....

Setahun terakhir ini di Kompleks perumahanku di Tangsel, seringkali sore hari ada penjual kue putu keliling. Nggak mau menyia-nyiakan kesempatan biasanya aku langsung memesannya. Harganya Rp800/biji. Masih juga ada kue harganya nggak genap 500 atau kelipatannya. Tapi nggak masalah, yang penting rasanya joss....

Betul rasanya seperti ekspektasiku, seolah mengingatkanku ketika masih kecil. Kue sederhana yang terbuat dari tepung beras kasar (ditumbuk kasar) dengan atau tanpa pewarna hijau, yang dimasukkan ke bumbung kecil (bentuk silinder) dari bambu yang ditengahnya diberi parutan gula merah, dan dikukus di atas kukusan dengan lubang-lubang uap panas yang berbunyi nyaring seperti peluit yang menjadi khas penanda ada tukang putu lewat jika terdengar suara semacam peluit panjang tidak putus-putus, tanpa perlu si penjual berteriak-teriak menawarkan dagangannya. Oiya untuk menikmatinya, Kue putu biasanya ditaburi dengan parutan kelapa muda yang diberi sedikit garam.

Eh ternyata kegemaranku makan kue putu juga menular ke anakku Manggala. Manggala senang sekali makan kue putu. Jika ada penjual putu yang lewat depan rumah di Tulungagung, dia pasti minta untuk dibelikan dan lahap sekali makannya. Hmmmm......Like Father Like Son!