Sunday, March 23, 2014

Generasi AQUA

Label Aqua (dok. pribadi)
Generasi AQUA, itulah generasi anak sekarang. AQUA di sini tidak hanya merujuk pada satu merek Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) melainkan sudah menjadi merek generik untuk AMDK. Sebagian besar generasi kelahiran tahun 2000-an sudah sangat familier dengan AQUA dan sebagian besar tidak mengenal dan mengalami jika dulu air minum yang diminum sehari-hari adalah air sumur yang dimasak sampai mendidih.

Aku ingat ketika kecil sampai akhir dekade 90-an, Ibu selalu memasak air untuk keperluan air minum. Tak terkecuali jika kami pengen air minum dingin, air hasil rebusan dimasukkan ke dalam botol bekas orson (sirup ABC rasa orange yang encer). Atau kalau tidak ingin air dingin ya air rebusan ditunggu sampai adem baru dimasukkan ke teko, yang seringkali timbul kerak kapur di pinggir-pinggir mulut teko.

Kalau tidak salah mulai dekade 2000-an kebiasaan merebus air mentah kami tinggalkan, begitu pula fenomena-fenomena yang terjadi di sebagian besar masyarakat kita. Dulu yang mana air kemasan tidak termasuk barang murah, sekarang menjadi lazim dan praktis untuk keperluan minum. Harga air kemasan Galon yang harganya cuma kisaran belasan ribu di Pulau Jawa menjadikannya pilihan praktis bagi masyarakat. Masyarakat yang semakin sibuk merasa sangat tidak efisien lagi jika harus merebus air, waktu yang terbuang begitu banyak, boros bahan bakar untuk merebusnya, belum lagi kualitas air tanah yang semakin buruk dari tahun ke tahun menjadikan kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat untuk mengkonsumsinya.

AMDK sekarang sudah menjadi semacam bahan pokok. Merek AQUA merupakan penguasa pangsa pasar saat ini. AQUA sudah cukup lama dikenal masyarakat kita, dan terjamin kualitasnya. Maka tak heran beberapa tahun terakhir ini sering terjadi kelangkaan pasokan AQUA, terutama AQUA Galon, biasanya paling sering terjadi ketika pasca lebaran. Fenomena yang tidak pernah kita bayangkan beberapa dekade yang lalu.

Merek AQUA bersumber dari mata air pegunungan berbeda dengan merek lain yang kebanyakan dari air sumur bor yang disterilisasi dan diolah sedemikian rupa. Dengan permintaan AQUA dari tahun ke tahuin yang semakin besar, tentu saja perusahaan AQUA akan mencari sumber mata air pegunungan yang baru guna mengakomodir permintaan yangh sangat tinggi, dengan catatan AQUA konsisten dengan penggunaan mata air pegunungan sebagai sumber bahan baku produknya. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi AQUA jika ingin terus tumbuh dengan meminimalisir konflik dengan masyarakat sekitar sumber mata air yang pasti merasa khawatir kawasan mereka akan mengalami kesulitan air bersih jika mata airnya dieksploitasi secara masif oleh AQUA.

Kembali lagi ke budaya merebus air yang semakin jarang dilakukan oleh masyarakat kita. Kehadiran dispenser yang dengan praktisnya menediakan pilhan air panas atau dingin semakin menggerus kebiasaan merebus air. Mau buat teh, kopi, atau minuman hangat lainnya tinggal pencet dari dispenser. Tentunya AMDK Galon sebagai air pengisi dispenser itu.

Aku pun sendiri sejak mahasiswa hampir selalu minum AQUA galon untuk keperluan minum sehari-hari. Merebus air cuma kulakukan sesekali jika 'terpaksa' kehabisan AQUA. Kebiasaan itu pun terbawa sampai sekarang. Rasanya kurang afdol jika tidak minum AQUA. Apalagi sekarang aku tinggal di Balikpapan yang air sumurnya kebanyakan keruh dan kurang layak dikonsumsi sekalipun direbus. Parahnya harga AQUA galon disini sekitar 2 kali lipat dari harga di Jawa. Mau tak mau aku harus membelinya, daripada membeli AQUA botol ukuran 1,5 liter seharga 5000 rupiah per botolnya.

Semakin buruknya kualitas air tanah dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan kebersihan air minum, memicu konsumsi AMDK semakin besar dari tahun ke tahun. Pertanyaannya sekarang adalah apakah suplai bahan baku air untuk AMDK akan terjamin sepanjang masa di Bumi Indonesia ini?

Memang Indonesia dikaruniai air tawar yang melimpah, namun jika tidak diimbangi kesadaran masyarakatnya akan mengkonservasi ataupun menjaga dan memertahankan sumber-sumber air yang ada, bukan tidak mungkin Indonesia akan mengalami krisis air bersih, jika hal itu terjadi tentunya harga AMDK akan semakin mahal karena sumber bahan baku yang sulit tersedia ataupun bahan baku yang kualitasnya buruk sehingga memperlukan usaha yang lebih rumit untuk menjadikannya layak konsumsi (menjadi AMDK) yang pada akhirnya harga AMDK pun melambung, padahal air minum adalah kebutuhan utama, tidak bisa disubstitusi layaknya BBM. Harga AMDK terutama AQUA yang semakin mendekati harga BBM bukan tak mungkin suatu hari nanti harganya bisa melebihi harga BBM jika bahan bakuinya semakin langka. Akankah AQUA akan kembali semahal ketika pertama kali diluncurkan pada dekade 70-an yang mana harganya hampir 2 kali lipat harga bensin saat itu? Bisa Jadi!

Tuesday, March 11, 2014

Jakarta ....! Tunggu Aku Kembali

Jakarta! Mendengar kata itu sebagian besar masyarakat kita pasti langsung berasumsi tentang kemacetan, banjir, polusi, sungai kotor, pemukiman kumuh, kriminalitas sampai dengan biaya hidup tinggi. Stigma-stigma negatif itu lebih melekat daripada citra positif yang dimiliki Jakarta itu sendiri.

Namun bagiku, Jakarta itu menggairahkan, banyak tantangan, dinamis dan tentunya aku ingin segera kembali bertugas di sana. Nah, jika aku nanti mutasi ke Jakarta, ada beberapa hal yang kuinginkan:

1. Menata rumah yang sudah lama tidak kutinggali. Rasanya mau kukeluarin barang-barang gede yang dibeli kakak yang selama ini tinggal di rumahku, terutama alat fitnes-nya yang memenuhi ruang tamu. Sudah tahu rumah itu hanya bertipe 39, eh dikasih barang segede gaban, ntar begitu rumahnya jadi aku harus berhasil memaksanya mentransfer alat fitnesnya itu ke rumah barunya.

2. Menata taman dan halaman sekitar rumah. Pohon bambu Jepang yang sudah kutanam hampir dua tahun yang lalu akan kutata dan kubentuk menjadi pagar hidup yang rapi. Aku juga pengen menanam beberapa anggrek yang akan kutempel di tembok luar rumah. Menanam kangkung, sawi, tomat, cabe di polybag sepertinya juga mengasyikan biar tambah ijo royo-royo.

3. Beli Smart TV LG. Sudah lama kuingin benda ini, yang tentunya harus langganan speedy atau fastnet agar bisa optimal memakainya.

4. Langganan National Geographic Indonesia dan NG Traveler. Selama ini aku sering kelewatan beli beberapa edisi, soalnya di Balikpapan kalau mau langganan nambah ongkir yang lumayan. Maklum aku masih termasuk kaum Price Sensitive.

5. Beli cermin besar buat ngaca full body, ha ha..... Biar nggak dikritik lagi sama mahasiswaku hanya gara-gara penampilan yang acak-acakan!

6. Kayaknya perlu beli kendaraan juga nih, mosok udah kerja sekian lama masih pakai motor nyokap, hu..... Pengennya punya Vespa Primavera yang mau rilis dalam waktu dekat ini, tapi harganya itu lho, 30-an jt bo....! Hix... Nggak perlu mobil dulu lah toh di Jakarta macet banget, cukup satu saja dulu sementara ini biar di pakai Nining dan Manggala saja di kampung.

7. Pijat sepuasnya di Ken Hermawan, maklum lama banget nggak pijat

8. Memasak sesukaku! Sudah lama sejak pindah ke Balikpapan nggak masak sendiri, paling cuma masak air dan indomie, biasa nasib anak kos....

9. Dan yang pasti aku pengen tidur sepuasnya di kasur empuk dengan kamar yang dingin. Balas dendam karena di sini cuma tidur beralaskan lampit (tikar rotan) dengan suhu Balikpapan yang so HOT meski pada malam hari sekalipun.

Nggak sabar nih mewujudkan keinginan-keinginan duniawi itu, kapan aku mutasi ya??? Ha ha ha..... Nikmati dulu Balikpapan lah.... Ntar juga tiba saat itu!

Sunday, March 9, 2014

Bandara Cengkareng Out of Date?

Indonesia sedang marak dengan 'persaingan' antar bandara di sejumlah kota besar. Mulai dari Bandara Ngurah Rai yang baru di Bali, Kuala Namu di Sumatra Utara, dan terakhir Sepinggan di Balikpapan yang akan diresmikan akhir Maret nanti sebagai Bandara terbesar di Indonesia Timur atau lebih tepatnya di Kalimantan dengan dilengkapi Mal di dalam terminalnya serta gedung parkir 5 lantai yang mampu memuat ribuan mobil.

Ramai dibicarakan di forum-forum kalau Bandara satu paling hebat dan megah dibandingkan dengan bandara lainnya. Mereka saling beradu argumentasi jika bandara di daerahnya yang paling moderen dan megah. Bagaimana dengan Bandara Cengkareng? Mayoritas forumer sepakat nggak memasukkan Cengkareng di bursa perasaingan bandara di Indonesia? Why?? Karena mereka menganggap Cengkareng sudah out of date!

Ada yang menganggap Bandara Kuala Namu yang menggantikan Bandara Polonia sebagai bandara yang paling megah, canggih, dan terintegrasi dengan moda kereta api sampai ke kota Medan serta runway-nya bisa didarati pesawat jumbo jet. Adapula yang menyebut Bandara Ngurah Rai sebagai bandara yang paling canggih dan nyaman saat ini mengalahkan bandara-bandara lainnya di Indonesia. Tak mau kalah forumer dari Balikpapan yang mengganggap Terminal baru bandara Sepinggan adalah yang paling bagus desainnya, megah, dan satu-satunya yang punya mal di dalamnya.

Upgrade bandara lama ataupun pembangunan bandara-bandara baru di Indonesia yang dikelola oleh PT Angkasa Pura I dan II mulai marak dilakukan mulai tahun 2000-an seiring dengan mulai maraknya bisnis penerbangan murah yang dimotori maskapai Lion Air dan Adam Air. Sebelumnya praktis hanya Bandara Cengkareng yang layak disebut bandara internasional.

Apa benar Bandara Cengkareng sudah out of date? Memang ada benarnya juga karena Cengkareng sekarang sudah sangat padat sekali, apalagi pada musim liburan yangh suasananya sudah seperti di Terminal Bus antar kota. Akses ke Bandara yang susah diprediksi karena kemacetan di Tol ataupun banjir yang tidak terduga yang tidak diimbangi dengan alternatif moda transportasi kereta, selalu membuat dag dig dug jika terburu-buru ke Bandara. Antrean panjang saat check in menjadi hal lumrah. Laporan bagasi-bagasi yang dibobol seolah tidak ada habisnya. Tindak penipuan juga marak terutama terhadap TKW yang baru datang dari luar negeri.

Itu mengenai pelayanannya. Tapi mengenai desain bangunan dan landscape bandaranya menurutku tidak out of date melainkan cukup unik, tidak membosankan dan Indonesia banget. Terbukti pada dekade 90-an Bandara Cengkareng beserta landscape-nya mendapat Penghargaan Aga Khan Award for Architecture, penghargaan berkelas international untuk arsitektur.

Tidak seperti bandara-bandara baru yang dikembangkan saat ini yang konsepnya terlihat kurang jelas walaupun mengusung konsep bangunan moderen futuristik dengan bangunan yang didominasi baja dan kaca, Bandara Cengkareng mempunyai konsep Garden Airport dengan Arsitektur Jawa yang terlihat dominan dengan gaya Joglo atau Pendopo untuk ruang tunggunya di kelilingi dengan Taman di Kanan Kiri lorong menuju ruang tunggu yang hanya dibatasi dengan dinding kaca bening, sehingga pandangan kita bisa sejuk melihat taman yang hijau dan terawat rapi. Setelah kita di ruang tunggu pun, desainnya yang bergaya jawa terlihat sangat anggun, mungkin bangku-bangku-nya yang perlu diganti agar lebih manis dan nyaman. Untuk setiap Gate ruang tunggu dilengkapi dengan mushola dan toilet di lantai bawahnya. Bahkan di toilet pun kita masih bisa memandang taman di luar dari balik dinding kaca yang membatasi toilet dengan taman.

Toilet Cengkareng yang dulu terkenal jorok, sekarang terlihat bersih dan rapi. Bunga-bunga anggrek dan lainnya juga tersebar di penjuru bandara. Menjadikan bandara ini lebih bersih dan indah.

Konsep Terminal 1 dan 2 yang menurutku paling OK diantara bandara-bandara di Indonesia, tidak diterapkan pihak angkasa pura dalam pembangunan Terminal 3. Terminal 3 dengan gaya modern futuristiknya seperti kapsul luar angkasa di film-film fiksi ilmiah yang diklaim menerapkan konsep green building yang hemat energi. Penggunaan lampu yang diminimalisir dengan dominasi penggunaan kaca pada terminal ini ditambah dengak desain interior ruang tunggu yang cozy dan nyaman tidak seperti terminal 1 dan 2 yang konvensional membuat terminal 3 ini banyak mendapatkan acungan jempol. Dan sekarang Terminal 3 sedang dikembangkan jauh lebih besar untuk menambah kapasitas penumpang yang semakin membludak dari tahun ke tahun. Tapi, terus terang saya kurang sreg dengan desainnya, dan terkesan biasa dibandingkan bandara-bandara di luar negeri. Apalagi tidak dilengkapi dengan taman-taman yang bisa meneduhkan pandangan mata. Berbeda dengan terminal 1 dan 2 yang desainnya mencerminkan budaya Indonesia dengan beragam motif ukiran dari berbagai daerah di Indonesia yang terpampang apik di pilar-pilar maupun plafon terminal plus keberadaan taman bisa dinikmati penumpang yang akan berangkat ataupun yang baru datang.

Pihak Angkasa Pura II selaku operator Bandara Cengkareng dan pihaK PT KAI saat ini sedang membangun jaringan kereta Bandara yang akan menghubungkan dengan pusat kota Jakarta, walaupun dirasakan terlambat hal itu masih jauh lebih baik daripada tidak ada alternatif moda transportasi lain ke Bandara selain Mobil ataupun Bus.

Dari segi desain bangunan, Terminal 1 dan 2 harus tetap dipertahankan, namun dari segi interior-nya yang sebaiknya di desain ulang agar sejajar dengan bandara internasional di negara-negara lain bahkan lebih baik. Penambahan fasilitas ruang tunggu yang memberikan kenyamanan lebih bagi penumpang mutlak dilakukan dan yang pasti kapasitas bandara terbesar di Indonesia ini harus tetap ditingkatkan seiring pertumbuhan penumpang.

Jadi tidak tepat jika forumer menganggap Cengkareng out of date dari segi desain dan konsep terminalnya, justru Cengkareng yang berkode CGK dan bernama resmi Soekarno Hatta International Airport itu mempunyai desain dan konsep yang luar biasa yang sudah diakui dunia internasional. Hanya saja perlu upgrade dalam sisi pelayanan dan fasilitasnya. Kita tunggu saja awal tahun 2015 nanti dengan wajah Soekarno Hatta yang baru, apakah layak menjadi tolok ukur bandara-bandara lain di Indonesia? Dengan catatan proyeknya tidak molor, ha ha...

Saturday, March 8, 2014

Bangunan Ikonik dan Ramah Lingkungan : Gardens by The Bay Singapore


Melihat liputan dokumenter pembangunan Gardens by The Bay di TV membuatku berpikir, "Kapan ya Indonesia buat proyek semegah, sedetail, sekreatif, ataupun seramah lingkungannya seperti Gardens by The Bay di Singapura?"

Bagaimana tidak negeri sak uprit di antara Batam dan Johor Baru itu begitu banyak bangunan yang keren, megah, dan yang pasti ikonik. Setelah Singapore Flyer salah satu Bianglala terbesar dan tertinggi di dunia, Esplanade salah satu teater opera dengan bentuk yang tidak biasa terinspirasi dari buah durian, ataupun Marina Bay Sands yang monumental dengan tiga towernya yang dihubungkan dengan sky bridge di roof top-nya yang berbentuk seperti kapal atau malah lebih mirip dengan kereta peluru Shinkansen? Skybridge-nya dilengkapi dengan taman terbuka dan kolam renang yang mempunyai pemandangan luar biasa. Sekarang giliran Gardens by the Bay yang jadi perbincangan.

Gardens by the Bay sejatinya adalah taman buatan yang dibuat di lahan reklamasi di Teluk Marina Singapura. Taman ini dibuat dengan arsitektur dan masterplan yang luar biasa. Mengkombinasikan seni, lingkungan, dan kemegahan.

Ada dua bangunan di Taman ini yang menarik perhatianku yaitu Konservatori dan Supertree. Konservatorinya terdiri dari dua kubah kaca raksasa yang bersambungan dengan bentuk seperti cangkang kerang dara. Pembuatannya sangat detail dan rumit. Tujuan utama konservatori ini adalah untuk membuat taman bunga-bunga dari wilayah subtropis yang mustahil tumbuh dengan baik jika ditanam di luar ruang dengan iklim tropis Singapura yang begitu lembab dan panas.

Tantangan itulah yang coba dipecahkan oleh tim perancang. Mereka menggunakan kaca mahal yang diimpor langsung dari Cina yang mampu meneruskan cahaya dengan leluasa serta mampu meminimalisir panas yang signifikan dari cahaya matahari yang diteruskan ke dalam kubah. Tidak seperti rumah kaca konvensional yang memerangkap panas dari cahaya yang masuk, kubah konservatori ini justru harus mempunyai suhu yang lebih rendah dari lingkungan luarnya. Jelas ini sudah memutarbalikan konsep rumah kaca itu sendiri. Tapi justru itu tantangannya.

Tidak hanya dibalut dengan kaca anti panas, kubahnya juga dilengkapi dengan tirai raksasa yang diatur otomatis oleh komputer yang bisa membuka menutup sendiri tergantung cuacanya apakah mendung atau terik. Tidak cukup disitu, rekayasa penutup kubah belum sepenuhnya mampu menurunkan ke suhu yang diperlukan. Pendingin ruangan perlu digunakan untuk menurunkan suhu ke level yang ideal.

Pertanyaannya sekarang seberapa besar daya listrik yang diperlukan untuk menghidupkan alat pendingin yang mampu mendinginkan kubah raksasa itu? Jelas pemerintah Singapura tidak menginginkan boros energi untuk bangunan raksasa itu dan mengharuskan tim perancang memutar otak dengan membuat sistem pendingin yang hemat energi.

Jadilah dari mereka menggunakan suatu alat yang dilengkapi dengan bahan kimia yang mampu mengurangi kelembaban udara secara signifikan di dalam kubah yang memungkinkan penggunaan lebih sedikit energi untuk mendinginkan kubah raksasa itu. Ide itu berawal dari suatu produk semacam silica gel yang sering kita jumpai di kotak sepatu yang digunakan untuk mengurangi kelembaban di dalam kotak agar sepatu tidak mudah berjamur, apalagi di iklim tropis yang kelembaban udaranya sangat tinggi.

Belum berakhir sampai disitu, tim perancang menerapkan sumber energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk suplai energi seluruh kawasan Gardens by the Bay. Melihat begitu banyaknya pohon-pohon di Singapura baik itu di jalanan maupun taman kota yang ditebangi ranting ataupun dahannya setiap hari agar tetap terawat dan tidak membahayakan pengguna jalan, tim perancang menemukan ide untuk memanfaatkannya sebagai sumber energi.

Potongan-potongan dahan, ranting dan daun dipotong-potong menjadi ukuran yang lebih kecil dan dijadikan bahan bakar pembangkit listrik lokal untuk menghidupkan sistemkelistrikan di Gardens by The Bay. Luar Biasa.... Green Building dalam arti sesungguhnya, bukan hanya ijo royo-royo dengan tanaman tetapi menggunakan energi terbarukan untuk suplai energi listriknya. Benar-benar mengagumkan.
Nah, kreatifnya lagi tim perancang berhasil menyembunyikan cerobong dari sistem energi terbarukan dalam sebuah pohon raksasa yang disebut supertree. Supertree setinggi puluhan meter itu menjulang dengan bentuk layaknya pohon Baobab yang seperti pohon dengan akar terbalik berada di puncak puhon. Pohon buatan ini dibalut dengan vertical garden yang tersusun dar ratusan bahkan mungkin ribuan tanaman dalam pot-pot yang tersusun melingkari 'batang' pohon-nya plus dipercantik dengan lampu-lampu warna warni dan sistem pencahayaan yang mengagumkan sehingga bisa kemegahan supertree bisa dinikmati pelancong saat malam hari.

Indonesia kapan ya punya bangunan-bangunan ikonik seperti itu? Dulu saat zaman Presiden Sukarno banyak dibangun gedung-gedung ikonik yang sampai saat ini masih bisa kita nikmati keindahan dan kemegahannya. Beliau sering membuat sayembara desain gedung-gedung publik yang akan dibangun, sehingga nilai seni dan keindahan gedung-gedung tersebut tidak lekang oleh zaman. Contoh saja Gedung 'kura-kura' DPR MPR, Stadion Gelora Bung Karno, Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, sampai dengan Simpang Semanggi masih menjadi bangunan yang monumental sampai dengan sekarang.

Saat Orde baru, relatif lebih sedikit dibangun proyek monumental yang mempunyai desain mengagumkan. Menurut saya hanya Taman Mini Indonesia Indah yang lengkap dengan bangunan-bangunan adat masing-masing provinsi di Indonesia plus dilengkapi dengan bangunan teater IMAX berbentuk Keong Mas yang desainnya cukup bagus. Lebih tepatnya TMII ini bukan desainnya yang spektakuler dan menjadi perhatian dunia, melainkan konsepnya yang memang bagus.

Untuk Gedung Pencakar Langit di Indonesia yang menurut saya ikonik tapi belum menjadi pusat perhatian dunia di Indonesia pada masa menjelang berakhirnya orde baru adalah Gedung BNI 46 yang menjadi Gedung tertinggi pada masa itu dengan bentuk seperti ujung pena.

Sampai hampir 16 tahun pasca bergulirnya reformasi di Indonesia belum ada bangunan ikonik yang mampu mengguncang dunia. Menara Jakarta dulu yang digadang-gadang saat orde baru akan menjadi menara tertinggi di dunia, sampai saat ini pun tidak terwujud. Hanya Jembatan Suramadu yang lumayan bisa menjadi kebanggaan bangsa ini, meskipun cukup biasa di kawasan Asia Tenggara sekalipun, karena lebih banyak jembatan yang lebih panjang terdapat di Malaysia apalagi dibandingkan dengan Penang Second Bridge di Malaysia yang menjadi jembatan terpanjang di Asia Tenggara.

Malaysia dengan kebanggaannya Menara Kembar Petronas yang mampu bertahan sekitar lebih dari 6 tahun sebagai bangunan tertinggi di dunia sebelum dikalahkan Taipei 101 di Taiwan pada tahun 2004. Sekarang Burj Khalifa di Dubai yang menjadi bangunan tertinggi di dunia sejak tahun 2010 sebelum nanti akan dikalahkan lagi oleh Kingdom Tower di Jeddah yang masih dalam tahap konstruksi.

Terlepas dari perlombaan bangunan tertinggi di dunia yang tidak ada habisnya, sebenarnya untuk mempunyai bangunan ikonik yang membuat mata dunia terbelalak tidak harus menjadi bangunan tertinggi di dunia melainkan lebih pada desain bangunan itu sendiri yang unik dan spektakuler, seperti halnya bangunan-bangunan ikonik di Singapore.

Suatu hari nanti ingin rasanya melihat para arsitek dunia pandangannya tertuju pada keindahan bangunan-bangunan di Indonesia, seperti halnya dulu saat zaman Mataram Kuno dengan bangunan monumentalnya Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang bertahan ribuan tahun sampai dengan sekarang masih dapat kita nikmati keindahan dan kemegahannya.

Mata Dunia sekarang tertuju ke Dubai. Keindahan dan spektakulernya bangunan-bangunan maupun megaproyek di sana mampu menarik kunjungan wisatawan yang luar biasa. Pandangan visioner pemimpinnya yang mendambakan Dubai sebagai pusat bisnis dunia terutama di kawasan Timur Tengah sekaligus sebagai pusat destinasi baru wisata dunia. Negeri kaya minyak itu sudah melakukan terobosan luar biasa dan mempunyai rencana yang sangat matang, jika suatu saat nanti cadangan minyak mereka habis, mereka sudah mempunyai cadangan sumber pedapatan lainnya yang lebih sustainable yaitu pariwisata.

Mulai dari Burj Dubai, hotel bintang 7 pertama di dunia berbentuk seperti layar terkembang, Palm Jumeirah, The World, sampai dengan Gedung Tertinggi di Dunia, Burj Khalifa menarik rasa penasaran pelancong dunia untuk mengunjunginya, bahkan film-film Hollywood mulai menjadikan Dubai sebagai lokasi syutingnya seperti halnya film Mission Impossible yang dibintangi Tom Cruise mengambil syuting di Burj Khalifa. Perusahaan-perusahaan kelas dunia juga merasa kurang afdol jika belum membuka kantor perwakilan utama khususnya kawasan Timur Tengah di Dubai. Sekarang Dubai sukses sebagai Pusat Bisnis kelas dunia sekaligus destinasi wisata terpopuler di Timur Tengah.

Bagaimana dengan Indonesia? Pembangunan gedung-gedung pasca reformasi tidak lebih bagus daripada orde-orde sebelumnya khususnya untuk gedung-gedung publik. Boro-boro soal desain yang ikonik, kualitas struktur bangunan seringkali menjadi bahan pertanyaan atau bahkan sampai meminta tumbal nyawa manusia.

Sistem Lelang pengadaan fasilitas pemerintah, bukannya menghasilkan gedung atau bangunan yang berkualitas, malahan tidak sedikit yang merugikan negara maupun rakyat. Banyaknya kongkalikong ataupun tindak korupsi pada pembangunan proyek pemerintah terjadi semakin menjadi-jadi, pada akhirnya kualitas bangunan pun diturunkan sebagai implikasi fee untuk pejabat korup.

Gedung-gedung yang dibangun pasca reformasi menurutku tidak ada yang ikonik, hanya Gedung Bakrie Tower yang agak 'nyeni' seperti tubuh orang yang berlenggak-lenggok. Namun belum cukup memukau. Baru-baru ini ada rencana pembangunan dari Signature Tower oleh Grup Arta Graha yang akan menjadi gedung tertinggi di Indonesia yang digadang-gadang akan menjadi bangunan ikonik kelas dunia, tapi entah kapan jadinya, atau nasibnya akan sama dengan Menara Jakarta? Pertamina juga sedang membangun Head Office-nya yang baru di kawasan Rasuna Said Kuningan, namun banyak mendapat review yang menggelikan dari forumer-forumer skyscrapper dengan mengganggap desainnya seperti dildo, hi....

Di kawasan Utara Jakarta tepatnya di kawasan Pantai Mutiara, kawasan elit untuk sebagian kecil masyarakat Jakarta ada suatu kompleks apartemen dengan tower-towernya yang desainnya seperti konsep kapal layar. Namun seharusnya seperti masterplan awalnya, akan dibangun hotel dengan desain yang luar biasa menurutku karena seperti bangunan-bangunan di film fiksi ilmiah dengan bentuk melengkung berlubang di tengahnya. Namun, yang terjadi pertanyaannya sekarang, kok bangunan hotelnya belum ada sampai sekarang ya, jangan-jangan dibatalkan??? Sayang sekali, gagal lagi punya bangunan ikonik yang spektakuler!

Indonesia harus bisa mencontoh Dubai ataupun Singapura yang menjadikan bangunan-bangunan ikonik kelas dunianya bisa menjadi sorotan mata dunia dan menjadi destinasi wisata dunia yang terkenal.

Tidak hanya ikonik, melainkan juga ramah lingkungan, itu baru luar biasa, seperti konsep yang diapikasikan di Gardens by the Bay Singapura. Indonesia pasti bisa dan bisa lebih daripada itu.

Tuesday, March 4, 2014

Pengalaman Naik Taksi Transcab

Taksi identik dengan mobil sedan dengan lampu kuning bertuliskan Taksi di kap mobilnya. Nah taksi yang satu ini tidak hanya lampunya yang kuning melainkan seluruh body taksinya juga berwarna Kuning.

Transcab, nama taksi itu. Seperti halnya warna taksi di New York, di Jakarta Transcab sangat mudah dikenali karena warnanya yang mencolok di jalanan. Transcab juga menawarkan fasilitas tontonan TV kabel di kabinnya, yang tentunya relatif menghibur di kala terjebak macet namun ada juga beberapa armadanya yang belum dilengkapi TV kabel.

Transcab hanya beroperasi di Jakarta dan sekitarnya, dan belum terdapat di kota-kota besar lainnya seperti halnya si 'Burung Biru'. Transcab menerapkan Tarif Bawah yang tentunya lebih murah daripada si 'Burung Biru'. Armadanya yang tidak sebanyak kompetitornya, membuat kita jarang melihatnya berseliweran di jalanan.

Transcab mempunyai sistem database pelanggan yang baik. Sekali kita terdaftar sebagai pelanggannya, dan nomor telpon yang kita gunakan menelpon hotline-nya terdaftar di database-nya, ketika kita menelpon untuk kedua kalinya dan selanjutnya, si operator sudah tahu identitas kita baik nama ataupun alamat rumah kita tinggal mengkonfirmasi mau dijempuit di rumah atau lokasi lain.

Sedikit pengalaman, ketika memesan Transcab untuk pagi buta saat aku masih tinggal di Jakarta agak susah. Seringkali menjelang waktu penjemputan armadanya tidak tersedia dan terpaksa harus memesan taksi lain. Mungkin saat ini armadanya sudah lebih banyak dan keluhan serupa bisa terminimalisir.

Lama tidak menggunakan Transcab, akhir tahun kemarin saya menggunakan Transcab lagi. Kebetulan rumah di Tangsel dekat pool Trancab di Jalan Aria Putra, Tangsel. Saat ke Ragunan bersama anak dan istriku, sengaja aku pesan Transcab, meskipun sangsi akan mendapatkan taksinya dengan cepat. Ternyata dugaanku salah, tidak sampai 10 menit Transcab sudah sampai depan rumah.

Kebetulan sopirnya saat itu berasal dari Jawa Tengah, kalau nggak salah dari Tegal atau sekitarnya. Si sopir kira-kira usianya tidak terpaut jauh denganku, paling-paling usianya 30-an. Nah, si Sopir ini sangat sopan, dan tutur bahasanya santun, dan enak diajak ngobrol. Aku pun meminta nomor HP-nya agar jika pesan lagi nantinya bisa sama si sopir ini. Si sopir ini, sebut saja namanya wanto, dia selama ini tinggal di pool transcab Aria Putra sedangkan istrinya tinggal di kampung karena sedang hamil besar.

"Mas, memang bener ya kalau pesan transcab malam hari untuk keesokan harinya itu susah banget dapatnya?", tanyaku dengan penasaran.

"Iya mas, memang begitu, soalnya operator ngasih order ke sopir keesokan harinya sekitar satu jam sebelum penjemputan, jadinya kalau mendadak begitu di pagi buta jarang ada sopir yang mau jemput.", jawabnya.

Mulai saat itu aku sering menggunakan jasa Mas Wanto. Pernah suatu ketika saat aku meminta mas wanto mengantarku ke Stasiun Gambir, ternyata dia sedang libur, tapi betapa jiwa pelayanannya yang sudah outstanding meskipun tidak pernah mengikuti pelatihan pelayanan prima, Mas Wanto mempraktekan dengan sangat bagus bagaimana memperlakukan seorang customer dengan prima. Betapa tidak, saat dia tidak bertugas, dia mencarikan teman sesama sopir Transcab untuk menjemputku, dan dia terus memantau dan mengkonfirmasi melalui sms bahkan telpon langsung kepadaku, demi memastikan temannya sudah datang atau belum di rumahku. Sampai-sampai saat temannya yang menggantikannya sudah sampai di depan rumahku, Mas Wanto langsung memberitahuku jika temannya sudah di depan rumah. Wow Luar Biasa.... Aku sebagai customer sangat surprise dengan pelayanan yang diberikan Mas Wanto.

Ketika dia mengantarku di Bandara pukul 3 pagi, dia bilang akan standby di depan rumahku setengah jam sebelumnya, namun aku memintanya jam 3 tepat saja agar dia tidak kelamaan nunggu. Setelah berada di dalam taksi, aku dipersilahkannya untuk tidur, karena dia tahu aku kelihatan kurang tidur. Aku pun merasa nyaman dan aman karena sudah mengenal Mas Wanto ini.

Minggu kemarin aku juga meminta Mas Wanto untuk mengantarkan ibuku ke Bandara Halim Perdanakusuma, lagi-lagi dia sedang libur. Lagi-lagi pula dia mencarikan temannya untuk menjemput Ibuku. Sungguh luar biasa. Sopir yang seperti ini nih yang dicari pelanggan dan tidak akan kekurangan pelanggan, karena pelanggan lah yang akan selalu mencarinya. Sungguh berkah....

Mulai saat itu aku jadi pelanggan tetap Mas Wanto. Selama Mas Wanto masih jadi sopir transcab, sebisa mungkin aku akan menggunakan jasanya dan tentunya aku lebih nyaman menghubungi langsung ke Mas Wanto daripada menelpon Hotline-nya, he he....

Baca juga: Nomor Telepon (Hotline) Terbaru Taksi Transcab