Monday, October 12, 2020

Cara Mudah Menanam Matoa dari Biji

Matoa dengan nama laitin Pometia pinnata yang kita kenal berasal dari daerah Papua sangat mudah untuk dibudidayakan. Buah yang rasanya manis legit wangi perpaduan rasa antara buah rambutan, kelengkeng, dan durian ini merupakan tanaman tropis yang membutuhkan banyak sinar matahari dan air yang cukup. Dengan berbagai kelebihannya, banyak masyarakat yang ingin menanamnya langsung di pekarangan, mengingat tanaman ini pada usia 3-4 tahun sudah mampu berbuah meskipun tanpa perawatan intensif.

Selain kita bisa beli bibit matoa siap tanam secara langsung di toko tanaman, kita juga bisa dengan mudah membudidayakannya sendiri, saah satunya dengan perbanyakan melalui biji. Yang perlu kita siapkan di sini adalah buah matoa yang matang dan media tanam dalam polybag atapun wadah persemaian.

  1. Pertama kita siapkan media tanam berupa tanah.
  2. Buah matoa setelah kita makan daging buahnya, bijinya langsung kita tancapkan ke tanah dengan bagian yang berwarna coklat masuk ke dalam tanah, dan yang berwarna putih berada di atasnya.
  3. Kita tidak perlu menimbunnya, melainkanbiarkan bagian sisi biji yang berwarna putih dan menghadap ke atas kelihatan.
  4. Siram setiap hari, sampai berkecambah dan mengeluarkan daun beberapa hari kemudian.
  5. Setelah Muncul beberapa helai daun yang sudah relatif besar dengan ketinggian bibnit sekitar 25 cm, bibit sudah siap dipindahkan ke tanah.


Matoa tidak memerlukan perawatan khusus, tapi kalau dirawat lebih intensif seperti pemupukan secara rutin, tentu hasilnya akan lebih baik. Syarat tumbuh matoa yang utama adalah cukup air dan kena banyak sinar matahari, tidak boleh ternaung, sehingga pertumbuhannya optimal. Jika cocok dengan habitat tempat tumbuhnya tentu hanya dalam kisaran 3-4 tahun matoa sudah mulai berbunga dan berbuah.

Selamat mencoba....

Mengajar Secara Online Dengan Youtube LIVE dan OBS

Dalam pembelajaran jarak jauh seperti sekarang ini kita dituntut untuk menggunakan teknologi informasi secara masif. Bagaimana kita ‘dipaksa’ untuk meninggalkan cara-cara pembelajaran konvensional yang mengharuskan kita bertatap muka langsung dengan peserta didik secara offline dalam suatu ruangan tertentu. Pandemi covid 19 yang sudah berlangsung lebih dari setengah tahun yang lalu itu mempercepat transformasi pembelajaran dari offline menjadi online.

 

Saya sendiri sebagai pendidik, mau tidak mau dalam waktu singkat harus belajar menggunakan berbagai macam tools untuk mendukung pembelajaran secara online. Pada awalnya saya menggunakan platform Google Class Room (GCR) yang sudah saya dengar beberapa tahun lalu, tapi saya baru mencobanya saat ini dan ternyata sangat membantu dalam pembelajaran online, bagaimana kita bisa share materi pembelajaran, bagaimana memberikan tugas ataupun kuis, sampai dengan memantau presensi mahasiswa.

 

Dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh GCR dengan berbagai fiturnya yang user friendly, saya masih merasa ada sesuatu yang kurang. Komunikasi yang lebih real time baik suara ataupun dengan video conference. Selama ini yang sudah umum digunakan oleh kawan-kawan adalah fasilitas ZOOM ataupun Google Meet (Gmeet). Sampai saat ini zoom masih merupakan platform video conference yang sering banyak digunakan oleh berbagai kalangan karena penggunaannya yang simpel dan ternyata memerlukan koneksi internet yang lebih ringan dibandingkan Gmeet. Skype yang sudah lebih dari satu dekade keberadaannya pun seakan-akan terlupakan. Microsoft juga meluncurkan microsoft teams yang ternyata belum mampu menyaingi kesuksesan Zoom ataupun Google Class Room.

 

Dengan berbagai kelebihan yang zoom ataupun Gmeet tawarkan ternyata ada beberapa kelemahan, yaitu bagi kami pendidik ataupun bagi pelajar/mahasiswa, zoom memerlukan penggunaan data internet yang lumayan besar, dan hal ini menjadi problem tersendiri. Jika siswa atau pengajar yang bersangkutan tidak berlangganan internet unlimited tentunya akan menjadi masalah tersendiri, perlu kuota yang besar untuk ikut pembelajaran melalui zoom.

 

Nah, berangkat dari permasalahan tersebut, saya pribadi tidak memilih zoom ataupun gmeet untuk media pembelajaran online secara syncronus, melainkan menggunakan platform Youtube LIVE ketika mengajar secara online. Jadi saya live streaming menggunakan youtube yang dapat mudah diakses oleh siswa di gadget mereka masing-masing dengan kuota data yang lebih rendah daripada memakai zoom ataupun gmeet. Kekurangannya memang siswa tidak bisa bertanya secara langsung dengan suara melainkan bisa bertanya melalui Live Chat. Namun, uniknya sebagian besar siswa malah lebih nyaman bertanya melalui fitur chat, karena seringkali mereka malu jika bertanya jika harus bertutur secara langsung. Sebenarnya jika mau ada fitur interaksi menggunakan suara secara dua arah bisa menggunakan aplikasi discord yang tidak terlalu menggunakan banyak data.

 

Streaming youtube untuk pembelajaran online perlu menggunakan software OBS untuk bisa menampilkan materi semacam powerpoint, video, dan audio. Jadi kita bisa berganti-ganti menampilkan media yang akan kita tampilkan hanya dengan menekan tombol-tombol shortcut yang bisa kita atur sebelumnya. Jadi sangat mudah jika kita mau berganti dari satu tampilan ke tampilan lainnya, misalkan tampilan layar komputer, video capture dari muka kita, ataupun video audio dengan mudah. Software OBS (Open Broadcasting System) ini gratis lho.....

 

Keunggulan lainnya menggunakan Youtube Live ini, setelah sesi streaming berakhir, otomatis videonya tersimpan di youtube channel kita, sehingga siswa dengan mudah mengaksesnya kembali di kemudian hari. Kita tidak perlu repot-repot untuk merekamnya dan menguploadnya ke youtube, simpel banget kan..... Oiya, jangan lupa streaming youtube-nya di setting “UNLISTED” tidak “PUBLIC” sehingga hanya siswa yang kita beri link yang bisa melihat video kita. 

 

Selamat Mencoba.....!