Saturday, August 30, 2014

Apa sih yang menarik dari menulis di blog?

Salah satu keasikan membaca artikel di berita online adalah membaca komentar-komentar dari pembacanya. Terkadang komentar itu bikin geli atau malah membuat kita jengkel. Begitu pula kalau kita membaca suatu blog, kadang ada komentar yang menyerang si empunya blog ataupun berterima kasih karena artikelnya memberikan informasi yang bermanfaat ataupun menambahkan informasi terhadap artikel yang ditulis si pemilik blog.

Nah, komentar-komentar itulah yang membuat sebuah blog semakin hidup. Banyak interaksi pemikiran di dalamnya, meskipun tidak bertemu secara fisik. Layaknya jika seseorang menulis sebuah status di facebook, twitter, etc yang sebagian besar lebih senang jika statusnya dikomentari, berarti banyak teman yang 'care' terhadapnya. Begitu pula jika tulisan kita di blog dikomentari, berarti banyak pembaca yang tertarik dengan tulisan kita entah itu positif maupun negatif.

Dulu aku tidak pernah mempedulikan apakah artikelku dikomentari atau tidak. Namun, akhir-akhir ini aku merasa senang kalau artikelku dikomentari. Banyak komentar yang datang berupa pertanyaan mengenai isi artikelku. Saat aku menulis tentang kosku dulu ada yang nanya dimana alamat lokasinya, ketika menulis tentang pengalaman memancing ada yang nanya dimana lokasinya karena ingin sekali memancing di sana, ada yang nanya tentang proses kpr, dan yang paling iseng menurutku saat aku menulis review BB Z3 ada yang berniat ingin membelinya.

Selain pertanyaan-pertanyaan adapula yang berkomentar menunjukkan sikap setuju sepemikiran dengan artikelku. Paling banyak komentar jenis ini pada salah satu artikelku tentang Parung Panjang. Hampir semua komentator sependapat kalau kondisi jalan menuju Parung Panjang rusak parah, adapula yang menumpahkan kekesalannya terhadap pemerintah setempat yang seolah tutup mata dengan kondisi jalan rusak.

Di kolom komentar ternyata ada yang tidak menuliskan komentar melainkan hanya mencantumkan link pribadinya agar siapa tahu ada yang penasarannya ingin meng-klik-nya. Jelas hal ini tidak aku suka, semata ingin cara instan dan gratis untuk mempopulerkan website, blog, ataupun link pribadinya.

Komentar-komentar itu semakin membuatku bersemangat untuk semakin banyak menulis. Kadang apa yang kita anggap pengalaman biasa saja, namun setelah kita tuangkan dalam bentuk tulisan ternyata bermanfaat bagi orang lain yang membacanya. Seseorang tentunya bisa belajar atau mengambil manfaat dari pengalaman orang lain, ditambah lagi saat ini menyebarluaskan pengalaman itu menjadi semakin mudah dengan adanya blog dan internet.

Ada sedikit tips, jika ingin mendapat komentar yang banyak mending buka account blog di kompasiana yang sudah sangat populer untuk kalangan blogger di Indonesia, karena blog kroyokan terpopuler di Indonesia ini memiliki jutaan pembaca setia yang siap berkomentar kritis, cerdas, bahkan kadang menjengkelkan ataupun menggelikan.

Ketika ada komentar yang bernada negatif sebaiknya kita tidak perlu resisten. Komentar negatif pun bisa menjadi pemacu semangat untuk membuat artikel yang lebih bagus, atau sebagai kontrol akan diri kita sendiri yang terkadang sudah merasa sempurna.

Dikomentari itulah yang menurutku salah satu menariknya menulis di Blog. Berinteraksi melalui komentar dengan orang lain yang tidak kita kenal itu mengasyikkan dan tanpa ewuh pakewuh tentunya.

Manusia memang makhluk sosial. Kita tidak bisa hidup sendiri. Kita ingin selalu diperhatikan salah satunya dengan komentar dari orang lain. Berkomentarlah dengan santun meskipun itu hanya di dunia maya.

Wednesday, August 27, 2014

Wisata Kuliner Balikpapan (part 2) : Tahu Telor Blora

Tahu Telor Blora dengan alas daun pisang (Sumber: Foto Pribadi)
Balikpapan yang baru-baru ini di Survei suatu lembaga dinobatkan sebagai kota ternyaman untuk tinggal di Indonesia (tapi kayaknya bukan menurutku, he he....) ternyata banyak kulinernya yang mampu menggoyang lidah. Bukan asli masakan setempat, melainkan 'impor' dari Pulau Jawa, tepatnya dari Kabupaten Blora, Jawa Tengah apalagi kalau bukan Tahu Telor Blora.

Lokasi tepatnya berada di kawasan Jl. Ruhui Rahayu (Ring Road) Balikapapan, di depan ruko-ruko samping gerbang Perumahan Rengganis. Bukan warung permanen, melainkan warung tenda layaknya warung-warung penyetan Lamongan.

Sebenarnya sajian masakan di warung ini tidak hanya tahu telor, melainkan ada nasi goreng ataupun mie goreng. Namun, yang otentik dari warung ini adalah Tahu Telornya yang maknyus...!

Kalau di Jawa khususnya di pantura timur Jawa Tengah, masakan tahu telor ini disebut juga tahu campur. Rasanya juga mirip-mirip dengan masakan kupat tahu magelang. Meskipun sama-sama menggunakan bumbu dominan kacang, tapi jelas berbeda dengan pecel.

Tahu Telor Blora ini berkuah, dengan toping bumbu kacang uleg kasar, seledri, jeruk nipis, taoge rebus, irisan kol, tahu yang digoreng bersama telor dadar, serta lontong sebagai pengganti nasi. Tentunya masih banyak bumbu rahasia sang penjual yang tidak kuketahui.

Istimewanya tahu telor Blora di Ring Road ini adalah dibuat satu per satu sesuai pesanan, bisa pesan pedas ataupun sedang. Nah, karena dibuat satu per satu dan langsung diracik ketika dipesan maka tahu telor yang tersaji sangatlah fresh dan konsistensi rasanya tetap terjaga.

Rasa tahu telor ini menurutku sangat pas baik itu rasa kacangnya, jeruk nipisnya, tahu dan telornya, pedasnya sungguh seimbang, tidak berlebihan ataupun hambar. Saya akui, si Ibu peracik memang spesialis tahu telor Blora.

Warung tahu telor ini mulai buka kira-kira selepas maghrib. Warungnya buka tiap hari tapi terkadang di hari-hari tertentu siap+siap saja kecewa karena tutup (tidak ada jadwal pasti tutupnya). O iya mengenai harga cukup murah untuk standar harga makanan di kota minyak ini. Satu porsi Tahu Telor pakai lontong atau nasi dibanderol Rp12rb, cukup ramah di kantong bagi anak kos-kosan sepertiku, he he...

Sunday, August 17, 2014

Etiskah Investasi Rumah ?

Kompleks Grand Serpong 2 Residence Tangerang Selatan (Sumber: Foto Pribadi)
Memangnya apa hubungan rumah sama investasi? Rumah kan semata kebutuhan pokok setiap manusia!

Rumah bukan lagi sekedar kebutuhan pokok melainkan saat ini sudah menjadi instrumen investasi. Perlu kita bahas, etiskah menjadikan rumah sebagai instrumen investasi?

3 tahun terakhir harga rumah naik gila-gilaan, tidak hanya di Jabodetabek melainkan di berbagai kota besar di Indonesia. Selisih cuma satu dua bulan, harga rumah sudah naik puluhan juta. Situasi inilah yang menjadikan orang-orang yang belum punya rumah semakin panik dan buru-buru membeli rumah. Tak mau kalah, orang-orang yang kelebihan duit juga berlomba membeli rumah baru tergiur dengan iming-iming harga rumah yang semakin menggila dalam tempo yang singkat, menjanjikan sebuah gain yang luar biasa.

Memang harga rumah di Indonesia selama ini tidak pernah turun, bahkan kawasan yang sering terkena banjir sekali pun (misal: kelapa gading dan pluit), kecuali rumah yang terdampak lumpur Lapindo atau sekitarnya. Namun, baru baru beberapa tahun terakhir ini saja harga rumah meroket nggak terkira.

Di BSD saja beli rumah sudah seperti beli kacang goreng, laris manis! Bahkan diundi sampai beberapa kali karena begitu banyak peminatnya, padahal harganya 1 M keatas! Wow Luar Biasa! Kaya-kaya ya orang Indonesia!

Di Jakarta sangat sulit menemukan rumah baru yang dijual developer di bawah 1 M! Lha wong di Bintaro, BSD, Serpong, bahkan Tangerang, Depok, ataupun Bekasi yang nempel dengan Jakarta, rumah harga 300 - 400jt saja sudah sulit ditemukan, kalaupun ada lokasinya mblesek dan nggak worth it lah...

Nggak usah jauh-jauh, lha di lingkungan perumahanku saja saat aku beli tahun 2011 harganya masih ada yang 200-an, eh tahun 2013 kemarin harganya sudah 500-an, apa nggak gila tuh!

Aku jadi heran, apa sih yang sebenarnya mengakibatkan harga rumah kok naik gila-gilaan, padahal penghasilan masyarakat Indonesia tidak se-signifikan itu kenaikannya. Idealnya kan kenaikan harga rumah juga mengikuti pertumbuhan penghasilan masyarakatnya. Apa karena pengembang yang suka 'menggoreng' harga rumahnya atau dipicu banyak investor dadakan yang membeli rumah dengan dalih investasi karena tergiur iming-iming kenaikan harga rumah dalam waktu yang relatif singkat?

Pertengahan tahun 2013 kemarin saya jalan-jalan di sekitar BSD, Gading Serpong, Alam Sutra ternyata banyak ruko-ruko dan rumah-rumah mewah berharga milyaran yang masih kosong tak tercium aktivitas penghuninya. Bisa-bisa jadi kota hantu kayak properti-properti di Cina yang dibangun secara masif namun minim bahkan tak berpenghuni.

Itu kasus di perumahan-perumahan kelas atas. Kalau perumahan menengah ke bawah di kompleksku ternyata sampai empat tahun sejak rilis sekitar tahun 2010, sampai saat ini paling baru sekitar 60% yang dihuni oleh pembeli aslinya alias end user. Sisanya masih kosong, ditawarkan dijual, ataupun disewakan. Tentunya investor yang membeli rumah di kompleksku pada awal-awal masa penjualan 3-4 tahun yang lalu akan menikmati keuntungan yang luar biasa jika propertinya terjual saat ini, bahkan jika harganya sudah didiskon 20% dari harga pasar saat ini sekalipun. Kalau pun belum laku bisa mereka sewakan atau kalau yang cuek (karena kebanyakan uang) ya dibiarin kosong.

Kok bisa ya harga rumah senilai 300-500 juta laris manis bak kacang rebus? Coba kita sedikit analisis: misal harga rumah 400 juta, DP 20%, dengan tingkat bunga misalkan 10% dengan tenor pinjaman 15 tahun maka angsuran per bulannya kira-kira sebesar Rp3,5 jt. Penghasilan pemohon KPR minimal paling tidak 10jt per bulan atau kalau join income dengan pasangan ya minimal kalau digabung jumlahnya 10jt, dengan catatan tidak memiliki kredit lainnya di bank. Yah, masih bisa lah untuk pasangan muda yang punya pekerjaan 'mapan' di Jabodetabek. Namun persoalannya uang muka yang 20% atau sekitar 80jt itu darimana??? Apalagi kalau uang tabungan habis buat nikahan tambah bingung lah.

Itu baru untuk rumah seharga 300-500jt yang saat ini paling bertipe 40-an dengan luas tanah standar yang biasanya 72 m2. Mungil sekali, kalaupun mau renovasi nambah kamar ya solusinya renov vertikal nambah lantai. Nah kalau harganya minim 1 M dan luas bangunan lebih dari 70 m2 maka DP yang harus dibayar minimal 30% sesuai aturan BI yang terbaru maka DP saja 300 jt, dan utang yang di KPR-kan 700juta, dengan asumsi tenor pinjaman 15 tahun dan bunga 10% maka cicilan perbulannya sekitar Rp7,6jt maka agar permohonan KPR kita di-approve penghasilan kita minimal sebesar Rp22jt. Untuk pegawai biasa sepertinya angka tersebut sudah tidak masuk akal belum lagi dengan besarnya DP sebesar harga rumah sederhana di pinggiran Jakarta, kecuali baru dapat warisan haha....

Mungkin aku sendiri kalau 3 tahun yang lalu tidak segera membeli rumah, dengan harga rumahku saat ini yang mungkin sudah sekitar 700-an jt, aku tidak kuat membelinya, bahkan dengan kenaikan gaji dan tunjanganku beberapa tahun ini. Aku tidak bisa membayangkan harga rumah beberapa tahun mendatang mungkin harga 1 milyar menjadi harga yang wajar untuk rumah mungil tipe 41/72. Harus berapa lama melunasi cicilannya? 25 tahun? 30 tahun? Sampai pensiun? Atau baru berakhir sampai kita meninggalkan dunia ini? Sungguh mengerikan!

Nah, bagaimana dengan dengan masyarakat yang gajinya pas-pasan 2-3 juta per bulan, bahkan kurang dari itu? Memang pemerintah punya program rumah FLPP dengan bunga rendah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), namun lokasi perumahan ini semakin jauh dari ibukota padahal aktivitas masyarakat berpenghasilan rendah ini berada di ibukota, praktis biaya transport pun membengkak dan lama waktu yang dihabiskan di jalan juga bertambah lama. Maka dari itu banyak rumah murah yang lokasinya sangat-sangat jauh dari ibukota tidak laku. MBR lebih suka mengontrak rumah dekat tempat kerja, dengan risiko tidak punya rumah seumur hidupnya karena harga rumah yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Salah satu contohnya adalah perumahan murah yang dibangun pihak Perumnas di Parungpanjang Bogor dimana aksesibilasnya yang relatif baik hanya menggunakan moda transportasi KRL dari ibukota, sedangkan alternatif transportasi lainnya sangat jelek. Banyak rumah di Perumahan Bumi Parungpanjang itu yang dibiarkan kosong tak berpenghuni oleh pemiliknya bahkan sudah mulai ambruk terkoyak cuaca.

Kembali lagi ke Investasi Rumah. Investasi kebutuhan pokok yang satu ini memang tidak diharamkan oleh peraturan yang ada. Harga rumah yang terus meroket haruslah mendapat campur tangan oleh pemerintah dengan kebijakan yang tepat.

Berikut beberapa ide yang mungkin bisa menahan liarnya harga rumah saat ini:
1. Pemerintah sudah semestinya memperketat kepemilikan rumah kedua, ketiga dan seterusnya dengan pajak yang lebih besar secara progresif dengan nilai yang cukup signifikan ataupun dengan bunga KPR yang jauh lebih tinggi dari rumah pertama
2. Pemerintah harus mempunyai land bank yang cukup luas untuk menjamin ketersediaan rumah dengan harga yang realistis bagi masyarakat. Hal ini juga untuk mencegah kenaikan harga tanah yang menggila dan untuk penyeimbang bagi developer swasta agar bisa mengerem kenaikan harga rumah yang seringkali dinaikkan dengan seenaknya.
3. Pasangan suami istri harus dianggap satu entitas, maka ketika rumah pertama diatasnamakan suami, sedangkan pasangan tersebut membeli rumah lagi atas nama sang istri harus tetap dianggap sebagai rumah kedua, oleh karena itu seperti kendaraan bermotor dengan pajak progresifnya berdasarkan kartu keluarga dalam hal penentuan pajaknya.
4. Harus ada aturan yang lebih rigid dalam membatasi kepemilikan rumah lebih dari satu.
5. Pemerintah harus mematok pada harga rumah tertentu yang realistis dengan kondisi daerah setempat yang bisa mendapatkan benefit kebijakan khusus dari pemerintah tanpa merugikan pihak developer perumahan tersebut
6. Pemerintah bisa memberikan insentif pajak bagi developer yang membangun rumah murah.

Ketidakmampuan masyarakat dalam membeli rumah seringkali disebabkan oleh besarnya DP dan bunga KPR, untuk mensiasatinya maka perlu:
1. Pemerintah memberikan kelonggaran bahkan meniadakan uang muka pembelian rumah dengan sistem KPR bagi pasangan suami istri yang belum memiliki rumah sama sekali dengan syarat harga rumah masih realistis dengan profil finansial pasangan tersebut (realistis plafon cicilannya). Kesulitan DP lah yang seringkali menjadikan masyarakat untuk menunda memiliki rumah sehingga dimanfaatkan oleh para 'investor' rumah untuk membeli rumah sehingga harga semakin terkerek dan masyarakat yang sebenarnya membutuhkan rumah semakin tidak mampu membayar DP yang semakin meningkat karena harga rumah yang semakin tinggi.
2. Pemerintah tidak boleh tutup mata melihat disparitas antara BI rate dengan bunga KPR saat ini yang rata-rata di atas 5%. Oleh karenanya agar masyarakat yang belum punya rumah semakin mudah memiliki rumah maka perlu kebijakan bunga rendah bagi calon pemilik rumah pertama.
3. Pembangunan memperbanyak rusun murah bagi MBR di pusat kota.

Saat ini pemerintah menerapkan DP 30% untuk rumah dengan luas bangunan di atas 70 m2. Namun, banyak developer yang mengakali kebijakan tersebut dengan me-mark up harga rumah saat pengajuan kredit di bank sehingga DP bisa diminimalkan dari yang seharusnya. Kebijakan ini dirasakan tidak efektif.

Beli rumah untuk investasi, mengapa selama ini pemerintah terkesan cuek dengan fenomena ini? Padahal rumah itu kebutuhan pokok bukan sarana investasi. Praktek ini seperti halnya membeli banyak kebutuhan pokok misal beras, gula, minyak goreng, bahkan BBM alias menimbunnya dan memicu kelangkaan suplai di pasaran sehingga harganya naik dan akhirnya si penimbun menjual timbunannya dengan harga yang tinggi. Nah, apakah kalau beli banyak rumah dengan keinginan mendapatkan gain yang tinggi pada masa datang yang secara tidak langsung kita turut berperan dalam meroketnya harga rumah disamping peran developer yang gemar manaikkan rumah dengan seenaknya. Apakah tidak merasa bersalahkah kita ketika banyak teman, tetangga, ataupun masyarakat yang tidak 'sekaya' kita kesulitan untuk mempunyai rumah sendiri dan menjadi 'kontraktor' seumur hidupnya.

Berbeda halnya jika kita investasi terhadap barang-barang non pokok, semisal emas. Kalaupun kita mampu membeli banyak emas bahkan menimbunnya, berhubung emas bukan kebutuhan pokok maka itu tidak masalah. Lain halnya jika kita menimbun kebutuhan pokok yang pada akhirnya memberikan kesulitan bagi masyarakat lainnya, tindakan kita tersebut adalah kriminal dan agama pun mengharamkannya.

Wednesday, August 13, 2014

Pengalaman 7 Tahun Bersama Nokia E61


Nokia E61 (dok. pribadi)
"Hari gini masih pakai Nokia?" Mungkin itu yang sering kali kita dengar jika bicara tentang gadget-gadget terbaru dengan teman-teman kita. Pada umumnya sekarang mereka menenteng Samsung yang sudah jadi HP sejuta umat saat ini.

Kalau sekitar 4 tahun lalu masih ngehits dengan Blackberry atau bahkan satu dekade yang lalu dengan Nokia sebagai raja ponsel yang hampir tidak ada pesaing yang berarti, sekarang praktis hanya Apple yang head to head menguasai pasar ponsel global.

Nokia, sang Raja Ponsel masa silam yang terpuruk karena strategi ego-nya yang tidak peka terhadap pasar, sekarang mulai bangkit dengan jajaran Lumia dengan windows phone-nya. Namun ironisnya, Nokia bahkan sudah diakuisisi oleh Microsoft yang masih berambisi untuk menyaingi rival abadinya yaitu Apple Inc.

Kembali lagi ke statement di awal tulisan ini, siapa yang masih pakai Nokia saat ini? Jawabannya tegas, aku salah satunya. Bahkan artikel ini kutulis dengan Nokia E61 ku, HP Nokia QWERTY pertama yang berbentuk candybar. Aku cukup bangga masih memakai E61 yang sudah kumiliki lebih dari 7 tahun ini. HP yang cukup canggih di zamannya dan sering dipakai oleh para profesional muda. Keren lah pokoknya...!

Nokia seri E61 (dok. pribadi)
Umur pakai 7 tahun tentunya umur yang cukup tua untuk sebuah ponsel. Tentunya gerusan waktu tidak bisa dihindari oleh E61 sekalipun. HP-ku ini sekarang sudah ngedrop baterainya, tombol pengatur volume disamping kirinya pun sudah lapuk, mritili, dan pada akhirnya hilang tak berbekas. Tulisan Nokia di bagian atas juga telah terlepas. Casingnya pun, khususnya bagian belakang sudah sangat kusam dan catnya pun banyak yang mengelupas. Chargernya-pun sudah kuganti dengan yang baru kurang lebih setahun yang lalu. Namun anehnya bagian trackball yang sering di-review negatif karena paling cepat rusak, di E61-ku ini nggak bermasalah sampai saat ini. Dan yang paling mengagumkan adalah kualitas keypad-nya yang luar biasa bagusnya. Nyaris tak berubah sampai saat ini, padahal udah ribuan kali kugunakan untuk mengetik.

Nokia E61-ku ini juga termasuk HP yang bandel. Bagaimana tidak, sudah kecemplung di ember penuh air pun, tanpa ku 'opname' di service center, dia sembuh dengan sendirinya, cuma kujemur dan kumasukkan ke toples berisikan silica gel bekas dari kotak sepatu selama kurang lebih seminggu. Luar Biasa!

Menurut kabar yang ada di dunia maya, Nokia E61 dengan IMEI tertentu menunjukkan kalau E61 tersebut bukan buatan Cina melainkan buatan Perancis yang terkenal lebih bandel kualitasnya. Iseng-iseng ku-cek IMEI di HP-ku ini ternyata termasuk yang buatan Perancis dengan kode 00 pada digit ke 7 dan 8 dari 15 digit IMEI.

Nokia E61 ini telah menemaniku sejak masih mahasiswa sampai dengan sekarang. Dari liat informasi lowongan pekerjaan di internet melalui opera mini sampai dengan mengirim aplikasi lamaran ataupun melihat informasi kelulusan tes demi tes yang kulalui. Dari chatting dengan im+, nimbuzz, mig33, ebuddy dan aplikasi chat yang lainnya jauh sebelum era whatsapp dkk. Dari melihat informasi berita terkini dengan aplikasi Reuters mobile, Yahoo sampai dengan aplikasi push mail dari SEVEN. Entah berapa banyak aplikasi yang silih berganti ku-install dan ku-uninstall.

Aplikasi office yang sangat berguna di HP ini terutama untuk nge-blog dan adobe reader untuk membaca file-file PDF sungguh sangat membantuku. Aplikasi SMS Banking BTN juga cukup membantuku untuk menge-cek saldo di rekening BTN-ku, maklum jangan sampai kurang saat didebet untuk bayar cicilan KPR, ha ha....

Hanya satu yang kupikirkan tentang Nokia E61-ku ini, bukan cacat bodinya melainkan performa baterainya yang sudah jauh menurun, padahal dulu bisa sampai berhari-hari tidak perlu nge-charge. Sekarang kalau aku mau nelpon atau ditelpon harus buru-buru kusambung dengan kabel charger agar tidak terputus di tengah jalan. Aku mengetik artikel ini pun sambil kusambung dengan charger agar tulisanku ini tidak tiba-tiba lenyap saat aku asik mengetik.

Semoga saja segera kutemukan baterai original yang bisa memperpanjang usia E61 kesayanganku ini.

Pengalaman Beli Tiket Blitz Online dengan Kartu Kredit CIMB NIAGA


Antre Tiket di Bioskop? Jadi ingat dulu pernah antre tiket pengen nonton Film Laskar Pelangi di Amplaz Jogja sampai kurang lebih satu jam lamanya kaki ini menahan badan yang untungnya dulu masih kurus, he he.... Yang parahnya lagi sewaktu heboh rilis film 2012 tahun 2009 yang saat itu aku antre sampai hampir tengah malam di Pejaten Village, ternyata udah hampir sampai depan, eh abis tiketnya, sial!
Good Bye antrean keparat....! Sudah lama memang Bioskop jaringan 21/XXI punya program pembelian secara online dengan M-Tix-nya yang terkenal sangat ribet dan tidak user friendly. Blitz MEgaplex sebagai saingannya juga mengeluarkan Blitz Card yang bisa digunakan untuk membeli secara online ataupun di Blitz Machine. Si Blitz Card ini menurutku lebih simpel dari sistem M-Tix-nya Bioskop 21, namun menurutku belum efisien juga. Untungnya Blitz memberikan opsi lain untuk pengguna kartu kredit untuk membeli tiket secara online di website Blitz tentunya dengan biaya tambahan (aku lupa nominalnya) yang pasti di bawah Rp10.000,-. 

Ada lagi yang spesial dari Blitz ini, khusus pembelian dengan kartu kredit CIMB Niaga di halaman website CIMB Niaga khusus order tiket Blitz tidak dikenakan biaya tambahan sepeser pun, malahan jika kamu punya kartu kredit CIMB Niaga jenis Mastercard World / Platinum ataupun Visa Infinite / Platinum akan dapat diskon 25% dari harga normal.

Pertama kita masuk di websitenya, kita langsung disodori pilihan film, kemudian pilihan teater, tanggal dan jam. Setelah kita tekan tombol next ke halaman berikutnya, berisikan halaman sinopsis film dan pilihan tempat duduk. Dalam satu kali transaksi maksimal kita bisa membeli 4 tiket dan asiknya bisa memilih tempat duduk sesuka kita.

Pada halaman berikutnya kita diminta menulis alamat email kita ataupun Nomor HP (saya sarankan/ wajibkan untuk mengisi alamat email dengan benar dan seksama) untuk pengiriman kode booking dan passkey-nya. 

Setelah itu kita diarahkan untuk mengisi nomor kartu kredit CIMB Niaga kita, Masa berlaku kartu dan Nomor CVV (3 nomor paling belakang di balik kartu). Setelah semua data kita input, segera klik tombol Pay. Sistem pembayaran pun akan mulai bekerja. 

Jika data kartu kredit kita valid, akan segera dikirimi kode nomor verifikasi pembayaran ke HP kita yang terdaftar di sistem Bank CIMB Niaga yang akan kita masukkan ke website sebagai verifikasi validitas pembayaran kita melalui kartu kredit.

Setelah kode pembayaran kita masukkan dan di-approve oleh sistem pembayaran CIMB Niaga maka kita akan langsung mendapatkan Kode Booking dan Passkey yang juga dikirimkan ke alamat email ataupun Nomor HP kita (saat ini untuk pengiriman kode booking ke nomor HP selalu tidak ada, maka saya sangat menyarankan untuk mencantumkan alamat email dengan benar).

Nah, Kode Booking dan Passkey itulah yang akan kita inputkan ke Blitz Machine yang khusus untuk mencetak tiket dari pemesanan melalui kartu kredit.
Ada beberapa kendala yang sering muncul saat order online melalui website CIMB Niaga, diantaranya:
  1. Saat memilih Jam nonton tidak tertera waktu mana saja yang menampilkan film 2D ataupun 3D. Solusinya, sebelum kita order, sebaiknya kita lihat dulu jadwal filnya di website Blitz Megaplex untuk memastikan jam tayang mana yang menampilkan 2D atau 3D.
  2. Kadang koneksi internet terputus ataupun pembayaran gagal, maka kita seringkali mengulangi proses pembeliannya. Tapi tempat duduk yang kita pesan tadi statusnya not available dan tidak bisa kita pilih kembali. Namun, nggak perlu kecewa, ternyata itu hanya karena masih adanya bug di sitem ordernya. Kita tunggu saja 2 - 5 menit, kursi tersebut akan segera menjadi available.
  3. Seringkali konfirmasi kode booking dan passkey ke HP kita tidak ada. oleh karenanya, kita juga harus menginput email kita secara benar agar menerima konfirmasinya.
  4. Akhir-akhir ini setelah pembayaran di-approve oleh sistem, namun di halaman selanjutnya muncul keterangan terjadi kesalahan. Jangan terburu-buru menyimpulkan terjadi kesalahan, karena biasanya pembayaran yang sudah sukses otomatis mengirimkan kode booking dan passkey ke email kita. Ada jeda waktu kurang lebih 1-3 menit setelah pembayaran sukses, kita baru mendapatkan email konfirmasi dari Blitz Megaplex.
  5. Ada kejadian yang tidak pernah saya lupakan. Karena koneksi internet saya agak lemot saat itu, saat pembayaran saya sukses diterima oleh sistem, namun saya tidak mendapatkan email konfirmasi. Anehnya transaksinya di kartu kredit saya tetap tercatat sukses. Akhirnya saya komplain sampai 3 kali ke costumer care kartu kredit CIMB Niaga agar menghapus transaksi itu karena gagal. Solusinya saat koneksi internet kita lemot, sebaiknya kita tidak usah  order tiket online. Dan jika terjadi kejadian seperti saya itu, tidak perlu takut ataupun ragu untuk komplain ke Costumer care CIMB Niaga.
Beberapa kelebihan Order Online Tiket Blitz dengan Kartu Kredit CIMB Niaga:
1. Tidak perlu repot  registrasi kartu kredit kita.
2. Tidak terkena tambahan biaya, bahkan diskon untuk beberapa kartu tertentu.
3.  Tidak perlu Top Up (mengisi saldo seperti yang dilakukan pada Blitzcard ataupun M-Tix)

Saran saya untuk pengelola jaringan bioskop di Indonesia, jika ingin memenangkan persaingan di era mobile saat ini, salah satu caranya adalah semakin memperbanyak dan mempermudah alternatif pembelian tiket. Intinya mudah diakses dimana saja, tidak ribet, dan tentunya lebih efisien. Harus antre di loket bioskop sudah tidak zamannya lagi sekarang ini karena kesibukan masyarakat yang semakin tinggi dari tahun ke tahun. Sangat sayang menghabiskan waktu berlama-lama hanya untuk antre tiket. Aplikasi Mobile di Smartphone harus segera dibuat, tidak hanya sekedar menampilkan jadwal tetapi menyediakan metode pembelian tiket yang simpel dan efektif.

Baca juga: Review Kartu Kredit CIMB Niaga

Sumber Gambar: Screenshot halaman order Tiket Blitz di Situs CIMB Niaga (dok. pribadi)