Sunday, August 25, 2013

Konser Metallica di Jakarta

Screenshot di Metro TV (dok. pribadi)

Metallica, grup musik cadas asal negeri Paman Sam itu datang lagi ke Indonesia untuk konser malam ini di Gelora Bung Karno setelah 20 tahun yang lalu. Penggemarnya dari berbagai daerah di Indonesia menyerbu GBK sore ini.

Media online maupun televisi antusias memberitakan segala hal tentang konser Metallica di Indonesia. Terlebih lagi Jokowi, Sang Gubernur Ibukota yang sangat populer dan sangat dicintai media berencana ikut nonton konser Metallica.

Panitia menyediakan sebanyak 60ribu tiket dengan banderol harga dari yang terendah seharga 440ribu sampai dengan yang paling mahal seharga Rp1.650.000,-

Luar biasa pesona dari sebuah grup musik luar negeri yang sudah melegenda selama puluhan tahun itu. Di televisi tadi terlihat seorang ibu beranak empat dari Semarang, yang rela jauh-jauh datang ke Jakarta hanya untuk menonton konser Metallica, konser yang 20 tahun lalu pernah ia saksikan di Stadion Lebakbulus Jakarta. Adapula seorang pemuda dari Jogja yang rela datang ke Jakarta dengan menguras tabungannya demi melihat konser Metallica. Masih banyak lagi, fans yang sudah beberapa hari terakhir di Jakarta datang dari berbagai daerah untuk melihat konser grup musik kesayangannya. WOW Luar biasa fanatisme penggemar musik cadas ini.

Jika anggap saja tiketnya seharga 500rb, dan semua tikewt sold out, maka Panitia akan mengeruk laba pendapatan kotor Rp30 Milyar. Luar Biasa!!! Katakanlah untuk bayar ongkos Manggung dan akomodasi Metallica 15 milyar, Ongkos Sewa GBK, Sound Sistem, dan Pengamanan sekitar 5 milyar, jadilah Panitia dalam hal ini Black Rock Entertainment mengantongi sekitar Rp10 milyar. Nilai yang fantastis untuk konser yang hanya berlangsung dalam beberapa jam saja.

Hal tersebut tentunya sebanding dengan panjang dan berbelitnya usaha untuk memboyong Group Musik Internasional agar mau manggung di Indonesia. Negosiasi, promosi, lobi-lobi perizinan tentunya menguras kocek yang tidak sedikit.

Simbol metal dengan Ibu jari, jari tengah, dan jari kelingking dengan menekuk jari tengah dan jari manis ke arah telapak tangan merupakan simbol yang sangat populer, yang sama dengan simbol dari PDIP pimpinan Megawati yang mengacungkan susunan jari serupa.

Segala sepak terjang Jokowi memang selalu mempunyai nilai jual di mata media. Sampai dengan hobinya akan musik cadas, termasuk rencananya nonton konser Metallica malam ini juga ramai diberitakan. Kontroversi akan kedatangannya dalam konser Metallica ini banyak mengundang cibiran dari beberapa orang, namun banyak pula yang mendukungnya. Diantara komentar nyinyir itu ada yang bilang Jokowi lebih pro terhadap musik metal daripada takbir keliling dan zikir lah, Jokowi lebih melegalkan pesta pora tahun baru daripada kegiatan keagamaan lah, dan aneka komentar negatif lainnya. Sedangkan yang pro Jokowi mendukungnya jika pemimpin sekelas jokowi sah-sah saja punya hobi dengan musik cadas, bukan berarti orang metal sikapnya urakan, buktinya Jokowi cukup sukses membawa Jakarta menuju perubahan yang positif. Adapula yang bilang Jokowi adalah orang yang tidal munafik, dan apa adanya.

Terlepas dari semua pro dan kontra yang ada akan musik metal. Setidaknya adanya konser musik ini tidak merugikan siapa pun, bahkan malah mempunyai efek domino yang luar biasa. Pajak hiburan yang dibayarkan panitia jelas tidak sedikit, banyak penjual kaos dan aksesoris grup musik metallica yang mendapat berkah dari adanya konser ini, pemerintah dapat bagi hasil uang sewa GBK, banyak orang dilibatkan untuk terselenggaranya konser ini dan mereka tentunya mendapat penghasilan yang lumayan, citra akan kondusifnya keamanan Indonesia juga akan semakin baik di mata internasional karena sukses menyelenggarakan konser berkelas dunia.

Antusiasme akan konser Metallica baik oleh fansnya maupun media massa membuktikan bahwa masyarakat Indonesia haus akan hiburan. Kebosanan akan berita di televisi tentang korupsi ataupun tipu daya perpolitikan di Indonesia, seolah membuat jengah masyarakat dan perlu mendapat hiburan yang berkualitas.

Aku bukan penikmat musik metal, namun setidaknya ku tak perlu menjustifikasi bahwa pecinta metal itu orang yang cenderung liar, buktinya Gubernur Jakarta saat ini yang seorang penikmat musik cadas sejati.

Hobi Berkebun

Kebun Mini usia 1 bulan (dok. pribadi)

Bermula dari keinginan untuk ada aktivitas di waktu-waktu luangku yang sangat banyak di Balikpapan, aku mencoba mengeksplor hobi yang kira-kira bisa kubangkitkan segera di Pulau seberang ini.

Di Balikpapan aku kos di dekat kantor. Seringkali akhir pekan aku hanya menghabiskan waktuku untuk bersih-bersih kamar, mencuci, menyetrika, dan tentunya nonton TV seharian. Mau jalan-jalan atau nonton TV hanya jika ada teman yang ngajak pakai motornya.

Hobi Ngeblog termasuk artikel ini, semakin intensif kulakukan karena banyak waktu luang. Aku punya hobi lain, yaitu berkebun. Aku paling suka dengan tanaman. Sejak kecil aku juga sudah diajari Ibu untuk bercocok tanam sayur-sayuran yang mudah ditanam seperti bayam dan tomat, dan sampai sekarang pun hobi tanam-menanam sudah mendarah daging di jiwaku.

Bibit Sawi usia 3 hari (dok. pribadi)
Kebetulan kosku masih banyak ruang kosong dan sangat terasa panas dan gersang jika terik matahari Balikpapan bersinar seharian. Namun, kendalanya ruang kosong itu disemen dan di keramik jadi tidak bisa ditanami. Kondisi tersebut bukan masalah bagiku. Ruang kosong itu bisa kumanfaatkan untuk menanam sayur-sayuran walaupun tidak bisa kutanami pohon, yang penting masih tercurah sinar matahari yang sangat diperlukan tanaman untuk berfoto sintesis.

Akhirnya aku berencana untuk berkebun dengan menggunakan polybag. Mencari info dimana dijual polybag di Balikpapan ternyata tidaklah gampang, untungnya ada account twitter pehobi berkebun di balikpapan dengan akun @Bpnberkebun. jadilah aku minta tolong temanku untuk bertanya kepada @Bpnberkebun dimana tempat jual benih tanaman, polybag dan tetek bengek keperluan berkebun di Balikpapan. Akhirnya kami pun dikasih tahu ada toko pertanian di dekat perempatan Rapak, di ruko-ruko seberang Polsek, sekitar 50 meter dari perempatan.

Kubeli polybag, benih kangkung dan sawi, serta pupuk cair. Sedangkan untuk media tanamnya aku membeli media organik siap tanam di deretan penjual tanaman hias di Jl. Ruhui Rahayu (Ring Road).

Kucoba menanam kangkung cabut dan sawi dalam polybag-polybag ukuran sedang. Seumur-umur aku baru tahu kalau biji kangkung dan sawi ternyata bentuknya tidak seperti yang kubayangkan sebelumnya. Biji kangkung kira-kira dua puluh kali lebih besar dari biji sawi. Biji sawi sangatlah kecil, berbentuk bulat dan berwarna kelabu kecoklatan. Sedangkan biji kangkung kira besarnya seperlima dari biji kedelai.

Sehari biji-biji yang kusemai kusiram dua kali, pagi dan sore hari. Biji sawi lebih cepat berkecambah, dalam waktu satu hari sudah mulai berkecambah. Sedangkan biji kangkung pada hari ketiga baru muai berkecambah. Sebenarnya untuk mempercepat perkecambahan, biji kangkung harusnya kurendam semalaman, tapi biasalah karena alasan praktisnya (padahal malas), bijinya langsung kutebar di media tanam.

Bibit Sawi Usia 10 hari (dok. pribadi)
Senang rasanya punya 'sedikit' kesibukan untuk merawat tanaman. Rasanya segar sekali pandangan mata ini setiap kali melihat hijaunya daun kangkung ataupun sawi yang tumbuh subur. Melihat pertumbuhannya dari hari ke hari, satu satu lembar daun kecil, membesar dan bertambah tinggi batangnya terus semakin rimbun daunnya menjadikan kita lebih bersyukur akan karunia-Nya dan lebih menghargai cucuran keringat para petani yang bekerja keras memproduksi bahan pangan bagi kita.

Bibit Kangkung Usia 10 Hari (dok. pribadi)

Hari Jumat kemarin aku pun mencoba menanam kangkung di sepetak tanah di pojok kantor, mungkin satu bulan kemudian baru bisa kulihat hasilnya.

Sawi Usia 1 Bulan (dok. pribadi)
Tadi pagi saat aku merebus mie instan, kutambahkan sawi usia 1 bulan hasil dari kebun miniku. Saat kucabut sawinya, tidak tega rasanya. Akhirnya kucabut satu batang sawi dan kucampurkan ke dalam mie rebusku. Rasanya sih sebnarnya biasa saja, tapi karena hasil menanam sendiri menjadi lebih lahap dan nikmat saat menyantapnya. hmmm..... sedap....

Kangkung Usia 1 Bulan (dok. pribadi)
Aku selalu berkeinginan di sekitar rumahku dikelilingi pohon-pohon dan tanaman sayuran yang menyejukkan mata dan menyediakan udara segar bagi keluargaku. Kuingin suatu saat berkebun sayu-sayuran di lahan yang lebih luas, atau aku harus menunggu sampai masa pensiunku tiba? Jawabannya tentu TIDAK

Ayo berkebun!






Saturday, August 24, 2013

Review (Sisi Lain) Elysium

Beberapa hari yang lalu kulihat sebuah review film baru yang dibintangi oleh Matt Damon. Elysium, itulah judulnya yang menurut Wikipedia adalah konsep surga dalam mitos Yunani Kuno. Namun Elysium dalam film ini berupa modul ruang angkasa raksasa yang berisikan alam artifisial yang mirip kehidupan di bumi yang berisikan manusia yang tinggal dengan sangat nyaman, dengan keindahan alam dan udara yang bersih dan fasilitas kesehatan yang menakjubkan dan bisa mengobati segala penyakit bahkan mampu merekonstruksi bagian tubuh yang rusak terkena bom ataupun semacamnya.

Berseting di Tahun 2154 dimana bumi dipenuhi dengan penyakit dan kekacauan. Orang-orang kelas atas tidak terpengaruh oleh kondisi tersebut karena mereka tinggal di Elysium yang berada puluhan ribu kilometer mengangkasa dari Bumi. Mereka yang tinggal di Elysium bagai tinggal di surga. Fasilitas kesehatan sangat menakjubkan, kematian yang disebabkan oleh penyakit pun bisa dinihilkan, bahkan manusia bisa senantiasa awet muda.

Bermula dari seorang penduduk Bumi bernama Max yang terkena radiasi di pabrik tempat dia bekerja ingin pergi ke Elysium untuk menghindarkan dirinya dari kematian. Penduduk Bumi tidak bisa mengakses ke Elysium kecuali dengan penerbangan illegal dengan taruhan nyawa tentunya.

Untuk bisa masuk ke Elysium Max berusaha untuk meretas data yang ada di otak salah satu warga Elysium yang kebetulan berbisnis di bumi. Dia pun berhasil dan ternyata data yang di dapatnya berupa data terpenting tentang pemograman sistem inti dari Elysium.

Akhirnya dia bisa memprogram ulang sistem Elysium sehingga penduduk bumi pun bisa mengakses manfaat dari teknologi Elysiun terutama teknologi kesehatannya.

Yang menari dari film ini adalah, secara tidak langsung film ini menyindir kondisi sosial masyarakat kita dewasa ini. Akses kesehatan masyarakat dunia saat ini sangatlah mahal dan sebagian besar masyarakat hanya mampu mengakses kesehatan dasar yang elatif masih terjangkau. Kondisi itu mirip dengan gambaran di film Elysium, dimana penyakit seganas apapun dapat disembukan di Elysium yang hanya dapat diakses oleh warganya yang super kaya.

Yang unik lagi dalam film ini bahwa perpindahan data, tidak hanya dilakukan antar media penyimpan data misalnya dari komputer ke flash disk, melainkan bisa dari otak manusia yang satu ke otak manusia yang lain, ataupun dari otak manusia ke komputer dan sebaliknya. Mungkin konsep itu bisa saja menjadi suatu kenyataan pada masa mendatang.

Elysium merupakan film bergenre Sci-Fi yang menyentil kondisi sosial masyarakat sekarang ini. Meskipun rating IMDB-nya hanya 7,1 namun sebagai penonton aku puas terutama dengan ide ceritanya yang menurutku orisinil.

Review (Sisi Lain) The Conjuring

Malam Jumat biasanya terkenal dengan serem-seremnya. Nah, kebetulan aku dan teman2 kantor ingin nonton malam jumat itu, dan agar lebih afdol maka kami nonton film horor. Pilihan film yang kami tonton jatuh pada The Conjuring, sebuah film horor Hollywood yang telah dirilis sekitar 3 minggu lalu.

Sebelum nonton sebuah film, aku punya kebiasaan untuk melihat ratingnya di IMDB sebuah portal yang menjadi acuan untuk melihat review dan rating sebuah film, dan aku kira cukup valid. Setelah kucek rating film ini 7,8 yang merupakan angka yang cukup tinggi dan hampir dapat dipastikan dari segi kualitas film ini cukup bagus. Semakin mantaplah kami nonton film horor ini.

Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata sepasang suami istri pengusir hantu yang menolong satu keluarga yang baru pindah rumah. Seting film ini ada di rumah tua di pinggiran kota dan tidak mempunyai tetangga satu pun. Seting waktunya terjadi pada awal dekade 70-an.

Film ini ceritanya cukup sederhana dan klasik, sebuah rumah tua berhantu bekas lokasi pembunuhan. Dan penghuni baru diganggu oleh hantu-hantu yang bergentayangan.

Kisahnya yang biasa namun dengan pengemasan dan alur cerita yang pas ditambah dengan efek suara yang sering membuat kaget penonton, menjadikan film ini layak tonton untuk pecinta fim horor.

Kali ini saya tidak akan mereview tentang jalannya cerita atau kualitas dari fim ini melainkan sisi lain dari film ini yang secara tidak langsung dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Mari kita lihat satu per satu:

1. Dikisahkan satu keluarga dengan 5 anak yang semuanya perempuan dengan anak tertuanya yang kira-kira sudah seusia anak SMA, dan anak terkecil yang kira-kira baru berumur 4 tahun. Mereka baru pindah rumah (memiliki rumah sendiri) setelah anak-anak mereka beranjak dewasa. Ternyata kesulitan mempunyai sebuah rumah yang representatif tidak hanya dialami keluarga di Indonesia. Warga Amerika yang notabene lebih makmur juga tidak sedikit yang mempunyai kendala dalam memiliki rumah. Di Indonesia banyak keluarga yang sampai usia pensiun pun tetap tidak memiliki rumah sendiri, hanya mampu mengontrak rumah karena penghasilan yang habis untuk keperluan sehari-hari.

2. Rumah tua berhantu yang menjadi seting film itu, dikisahkan dibeli dengan harga yang relatif miring saat lelang oleh bank. Pada masyarakat kita banyak yang tidak mampu membeli rumah baru, kalau pun mampu mungkin hanya cukup untuk membeli rumah baru bertipe kecil dengan lokasi yang tidak strategis. Rumah second biasanya bisa jauh lebih murah dan kalau beruntung kita malah dapat rumah second yang masih bagus dan cukup luas dengan harga yang miring. Rumah second masih menjadi pilihan hingga saat ini, dimana harga rumah-rumah baru meningkat tajam tak terkendali.

Keberadaan rumah second dengan harga yang sangat miring apalagi di lokasi strategis tentunya mengundang tanda tanya. Biasanya di masyarakat kita senang mengkaitkannya dengan hal-hal berbau mistis. Misalnya rumah itu bekas lokasi pembunuhan atau banyak hantunya.

Berarti pesan tersirat dalam film ini, kita perlu berhati-hati dalam membeli rumah second terutama yang sangat miring harganya. Jangan sampai karena tergoda harga miring, namun setelah dihuni banyak hantuinya, hiii....

3. Keluarga yang dikisahkan dalam rumah ini mempunyai 5 orang anak perempuan (belum kenal KB kali ya, haha....). Banyaknya anggota keluarga tentunya menjadi beban keluarga itu semakin besar sehingga penghasilan terkuras untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak mampu membeli rumah ketika masih awal-awal berumah tangga sekali pun mencicilnya. Terlebih lagi jika yang bekerja hanya sang suami seperti halnya dalam film itu, sang suami yang hanya bekerja sebagai sopir antar kota, pastinya akan semakin berat untuk mempunyai rumah sendiri. Berarti salah satu pesan dalam film ini, sebuah rumah tangga perlu KB? Ha ha.... Kalau keluarga kaya raya mungkin tidak masalah dengan anak banyak, namun jika sebaliknya, perlu juga mempertimbangkan untuk mengikuti program KB.

4. Dalam The Conjuring, anjing si pemilik rumah tidak mau masuk ke dalam rumah dan terus menggonggong sejak keluarga itu pindah ke rumah tua itu dikarenakan si anjing tahu kalau di rumah itu ada hantunya. Memang hewan seringkali bisa merasakan hal-hal yang tidak nampak atau tidak dapat dirasakan oleh manusia, seperti halnya tanda-tanda gunung akan meletus ataupun keberadaan hantu atau sejenisnya.... (berarti kalau anjing menggonggong tanpa sebab itu pertanda ada hantu dong???)

5. Melihat rumah tua di The Conjuring, membuat kita terpukau dengan ruang-ruang bawah tanahnya yang seperti labirin. Berbeda dengan rumah-rumah di Indonesia yang jarang sekali terdapat ruang bawah tanah. Di Amerika banyak terdapat rumah yang mempunyai ruang bawah tanah yang seringkali berfungsi sebagai gudang atau bungker.

6. Diceritakan pula si Ibu yang kesurupan dan berniat membunuh anaknya sendiri. Di kehidupan nyata sekitar kita, adakalanya digegerkan dengan berita seorang ibu kandung yang tega membunuh buah hatinya. Seringkali karena alasan ekonomi, marah dengan suami, stress/gila, ataupun alasan lain yang masih misterius.

Itulah sekelumit tentang sisi lain yang aku cermati dalam film The Conjuring.

Tuesday, August 20, 2013

Pengalaman Pertama Membayar PBB

Sudah setahun lebih aku memiliki sebuah rumah mungil di kawasan Tangsel. November 2011 aku mulai mencicil DP yang sekitar 30% dari harga rumah. Meskipun demikian, aku baru melakukan akad KPR dengan BTN awal Juni 2012, jadi terhitung resmi terjadi transaksi jual beli rumah sejak saat itu.

Nah, berkaitan dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk tahun 2012 masih merupakan kewajiban dari developer karena transaksi jual beli resmi baru terjadi saat akad KPR yaitu awal Juni, sehingga per 1 Januari 2012 objek rumah dan tanah yang kubeli masih merupakan milik developer beserta kewajiban-kewajiban pajak yang melekat.

Tahun 2012 sudah berlalu, dan sekarang kewajiban membayar PBB tahun 2013 sudah tiba. Sebelumnya aku nggak ngeh bahkan cenderung lupa dengan kewajiban membayar PBB. Pada umumnya membayar PBB paling lambat tanggal 31 Agustus, namun biasanya ada toleransi waktu pembayaran tergantung kebijakan Pemda setempat.

Nah, saat aku asik sedang surfing di internet, tak sengaja aku meng-klik artikel yang membahas tentang PBB. Seketika itu pula aku teringat akan kewajibanku untuk membayar PBB. Namun, saat itu aku bingung mau bayar kemana, soalnya aku belum mendapat SPPT PBB dari kelurahan bahkan aku belum tahun Nomor Objek Pajakku itu berapa.

Tak mau menunda-nunda langsung aku telpon bagian marketing developer menanyakan SPPT PBB tahun 2013. Ternyata pihak developer yang biasanya mengurusi SPPT PBB sedang cuti sampai tanggal 19 Agustus. Padahal aku sebenarnya cuma pengen tahu NOP-ku saja, toh besaran tagihannya nanti sudah tercantum jika melakukan pembayaran di ATM atau internet banking.

Tak kehabisan akal aku bertanya ke teman-temanku di DJP bahkan sampai dengan temanku di kantor pusat DJP Gatsu untuk mengusahakan mencari NOP-ku, syukur-syukur bisa dibukakan database-nya (bukan untuk melihat besaran pajaknya melainkan cuma nomor objek pajaknya), he he....

Ternyata, mulai tahun 2013 pengelolaan PBB sudah diserahkan ke masing-masing Pemda, tidak lagi oleh Kantor Pelayanan Pajak. Menurut teman-temanku, mereka sudah tidak bisa membuka data tentang PBB bahkan cuma NOP sekalipun.

Jadilah kutunggu sampai tanggal 19 Agustus. Tibalah hari itu, langsung kutelpon pihak developer menanyakan SPPT PBB-ku. Ternyata jawabannya kalau untuk rumah yang sudah diserahterimakan, SPPT PBB-nya biasanya langsung diserahkan Kelurahan ke RT, dan aku pun diminta menanyakannya ke pihak RT. Tapi aku bergeming, karena aku cuma pengen tahu NOP-ku saja, toh arsip SPPT PBB tahun 2012 yang digunakan developer untuk mengurus balik nama sertifikat pasti masih ada.

Akhirnya aku mendapatkan nomor NOP PBB-ku. Langsung saja kubayar melalui internet banking, dan di situ tertera besaran PBB yang harus kubayar plus tambahan biaya administrasi yang ditarik oleh Bank Mandiri sebesar Rp2500,-. Kubayar total termasuk biaya administrasi sebesar Rp240ribuan, padahal untuk rumah orang tuaku di desa yang magrong-magrong dengan luas tanah hampir 1000 m2 dan bangunan lebih dari 300 m2 cuma membayar PBB sebesar Rp50ribuan. Memang bukan besar kecilnya bangunan atau tanah yang signifikan mempengaruhi besaran PBB, melainkan NJOP daerah setempat, semakin ke kota dan strategis tempatnya semakin tinggi pula NJOP-nya. Pantas saja ada kasus orang di daerah elit Menteng Jakpus yang harus membayar PBB jutaan rupiah padahal dia sudah tidak punya penghasilan tetap, akhirnya menjual rumahnya yang berharga puluhan milyar.

Membayar PBB kadang sering terlupakan oleh kita yang disibukkan oleh berbagai aktivitas. Oleh karena itu, pihak kelurahan sudah seharusnya pro aktif menyampaikan SPPT PBB ke masyarakat. Gimana mau bayar PBB tepat waktu, lha wong dikasih SPPT PBB aja mepet dengan jatuh tempo bahkan terlambat.

NB: Iseng-iseng kucoba membayar PBB melalui internet banking BCA ternyata cuma kena biaya administrasi Rp2000,- lebih murah lima ratus rupiah daripada IB Mandiri.

Sunday, August 18, 2013

LDR : Long Distance Relationship

Baru seminggu yang lalu aku meninggalkan keluarga kecilku di Tulungagung, namun rasa kangen akan tingkah polah lucu Manggala kian membuncah.

Akhir pekan ini Istri dan anakku bersama mertua dan saudara2 iparku satu keluarga pergi ke Jogja. Kemarin Manggala terlihat sangat senang sekali bermain di berbagai wahana Taman Pintar, sebuah wahana edukasi baru di Jogja yang berdiri di eks Shopping Center Jogja bersebelahan dengan kompleks Benteng Vredeburg, Taman Budaya, dan Pasar Beringharjo. Bahagia sekali melihat Manggala begitu ceria bermain. Namun ada rasa sedih yang kurasa karena tidak bisa menemaninya langsung, dan hanya kulihat tingkah polah menggemaskannya dari video yang dikirim istriku lewat whatsapp.

LDR memang menanggung banyak konsekuensi. Dari rasa sepi akan kasih sayang dari keluarga tercinta, sampai dengan rasa saling percaya dan setia dengan pasangan yang harus senantiasa dijaga dan dibina. Godaan yang tinggi dari lingkungan sekitar harus mampu kita saring demi mempertahankan LDR.

Banyak kasus, LDR menimbulkan banyak masalah. Jarak yang jauh seringkali membuat rasa curiga dan miskomunikasi berpotensi untuk sering terjadi. Pada akhirnya tidak jarang kita jumpai karena ego masing-masing terjadilah perceraian. Hanya karena ego, anak-anak lah yang menjadi korban. Bagaimana denganku? Semoga hal itu tidak terjadi padaku.

Lebaran kemarin aku pulang lagi ke Tulungagung setelah 1,5 bulan sebelumnya. Begitu Manggala melihatku di sampingnya saat terbabangun pada pagi hari, pandangannya mengisyaratkan ada orang asing di sampingnya, walaupun dia tidak mengatakan demikian. Saat kuingin menggendongnya dia tidak mau, dan ingin selalu menempel dengan ibunya, seolah aku ini orang asing yang tiba-tiba datang dari entah berantah. Sedih rasanya saat itu, aku merasa sangat bersalah tidak memberikan kasih sayang kepada Manggala setiap hari.

Sembilan hari aku bersama Manggala. Dalam seminggu itu dia mulai akrab denganku, sudah mau bermain denganku, dan mau pula kugendong. Manggala memang anak yang mudah bergaul dan tidak takut berinteraksi denan orang yang baru dia kenal meski dia baru berumur 13 bulan.

Miskomunikasi sering kualami saat berkomunikasi dengan istriku. Kami hanya bercakap-cakap melalui telepon ataupun chating dengan whatsapp. Komunikasi dengan telepon membuat potensi terjadinya miskomunikasi semakin besar. Percakapan melalui telepon sulit melihat emosi yang terjadi pada lawan bicara kita karena tidak bisa melihat mimik wajahnya ataupun kondisi lingkungan sekitarnya saat itu. Kadang dalam pembicaraan kami terjadi nada bicara yang agak tinggi, kalau terjadi demikian salah satu diantara kami harus mengalah. Mungkin istriku capek dan perlu istirahat, aku juga memaklumi dengan kesibukannya ditambah lagi mengurus Manggala yang aktifnya bukan main. Mungkin juga aku terlalu cerewet menanyakan kondisi Manggala yang mungkin dia berpikir aku tidak percaya padanya atau cenderung menyalahkannya. Aku pun maklum, karena seseorang dalam kondisi capek dan lelah, mudah tersulut emosinya meski sang lawan bicara tak bermaksud menyinggung perasaannya.

Tantangan utama LDR adalah komunikasi. Oleh karena itu aku selalu ingin menjaga komunikasi dengan istriku. Aku tidak ingin ada miskomunikasi yang terjadi berkepanjangan, kalau pun ada debat dalam percakapan kami harus segera diakhiri agar tidak berlarut-larut. Semaksimal mungkin jangan sampai miskomunikasi karena bisa fatal akibatnya jika dibiarkan berlarut-larut dengan frekuensi yang tinggi. Kedewasaan dan kematangan dalam berumah tangga diuji dalam LDR ini. Sikap mengalah dan mengerti karakter masing-masing tanpa saling menonjolkan ego merupakan syarat mutlak untuk menjaga LDR.

Di samping mempunyai berbagai tantangan, LDR juga mempunyai berbagai sisi positif, diantaranya adalah:
1. Jika komunikasi kita bagus, adanya LDR malah semakin membuat kita lebih sayang dan cinta dengan pasangan ataupun anak kita. Karena kita akan memanfaatkan waktu yang sedikit dalam pertemuan untuk membina hubungan yang berkualitas dan tidak menyia-nyiakan dengan pertengkaran yang sia-sia. Rasa rindu yang semakin menggelora tentu tidak kita rasakan jika kita bertemu pasangan kita setiap hari.

2. Kita akan belajar untuk menjadi pasangan yang saling percaya satu sama lain. Ujian dan godaan selama LDR akan semakin mematangkan jalinan rumah tangga kita.

3. Kita akan lebih mahir dalam mengelola finansial kita karena terbiasa untuk mengelola seefisien dan seefektif mungkin finansial kita demi pertemuan yang jarang terjadi, seperti halnya kita terbiasa untuk berhemat demi bisa membeli tiket untuk pulang.

4. Kita akan semakin menghargai akan waktu kebersamaan dengan keluarga tercinta dan kita pun berusaha untuk tidak menyai-nyiakan waktu yang mahal harganya itu.

Kalau bisa memilih, aku lebih memilih untuk hidup serumah dengan anak dan istriku. Namun karena tugas, aku harus terpisah dengan keluargaku. Mungkin saat ini Manggala belum mempermasalahkan keberadaanku yang jauh darinya. Namun setahun, dua, atau tiga tahun lagi seiring bertambah usianya pasti dia akan selalu menanyakan Bapak kapan pulang....?

Aku tidak bisa merasakan perasaan anak kecil yang jauh dari Bapak atau Ibunya, karena semasa aku kecil, Bapak Ibuku selalu hidup serumah, paling-paling kami ditinggal bertugas Bapak atau Ibu ke luar kota dalam tempo yang tidak terlalu lama. Aku pun merasakan kalau ada Bapak Ibu di rumah rasanya damai dan bahagia.

Aku pun sebenarnya menginginkan bersama Istri dan anakku setiap hari, tidak terpisah dalam rumah yang berbeda. Aku ingin melihat tumbuh kembang Manggala dan anak-anakku nantinya. Mendampingi saat anak-anakku belajar dan menjadi teman diskusi bagi mereka.

Semoga aku kan secepatnya mengakhiri LDR ini. Amin!

Wednesday, August 14, 2013

Cerita Mudik Lebaran 2013 (part 2)

Kamis, 8 Agustus 2013
Gema takbir berkumandang sepanjang malam. Kami pun bersiap menuju masjid pada pukul 6 pagi. Manggala didandani dengan baju koko yang seragam denganku. Ibu-Ibu merasa gemas dengan tingkah polah lucu manggala saat mereka Sholat Id.

Tidak banyak kerabat yang berkunjung ke rumah pada hari pertama lebaran, karena tradisi di desaku, Lebaran yang 'sesungguhnya' itu adalah hari lebaran ke-2 nasional. Para tetangga dan kerabat pun banyak yang datang pada hari kedua lebaran.

Manggala tak lupa beraksi di hadapan kerabat-kerabat yang datang. Dia salami satu per satu, dia kasih snack ke tamu yang datang, kadang dia juga berjoget membuat para kerabat terheran-heran gemas kegirangan oleh tingkahnya.

Malam harinya usai maghrib kami jalan-jalan ke Pati dengan maksud mengajak Manggala ke Alun-alun kota melihat permainan-permainan. Sebelumnya kami pun mampir ke Nasi Gandul 'Romantis" pak Sardi di Desa Gadjahmati Pati yang sangat terkenal enaknya. Aku sendiri kalau tidak makan nasi gandul di situ rasanya kurang mantap, soalnya kurasain nasi gandul di tempat lain apalagi di kota lain rasanya kadang nggak karuan. Untungnya kami langsung dilayani, padahal biasanya saat lebaran pengunjungnya membludak, pas saat kami datang sudah lengang, namun saat kami makan langsung berbondong-bondong pengunjung datang. kami pun tak berlama-lama makan di situ, kasrena kasihan sudah banyak yang antre, meskipun begitu aku sudah sempat menghabiskan 2 porsi nasi gandul, puas dah.....

Di alun-alun Manggala terlihat senang sekali melihat berbagai macam permainan dengan lampu warna-warninya, kembang api yang dimainkan anak-anak, sampai dengan petasan besar yang dinyalakan. Bahkan dia malah tertarik dengan suara petasan yang menggelegar, dan bermaksud mendekati petasan yang sedang dinyalakan. Sekarang jika ada suara petasan, Manggala sering menirukannya dengan mengucap "Dug". Tak lupa kubelikan sebuah mainan yang ada lampunya warna-warni semacam bola bergerigi yang bisa bergetar menggelinding dengan lampu warna-warni plus ada suara musiknya. Dia terlihat senang banget bermain dengan mainan barunya. Sebelum pulang kami membeli martabak telur di sekitar alun-alun dekat Gedung DPRD pati.

Jumat, 9 Agustus 2013
Sekitar pukul 10 pagi, kami berempat berangkat kembali ke Tulungagung. Sambil jalan, aku mampir ketemuan dengan temanku di dekat terminal Sleko Pati. Temanku itu sekarang bertugas di Jakarta, dan karena dia masih lajang ada niatan untuk kekunalkan dengan adik iparku yang masih lajang juga, he he.....

Kami balik ke Tulungagung melalui jalur yang sama melewati Rembang - Blora - Cepu - Ngawi - Nganjuk - Kediri - Tulungagung. Bawaan pulang kami sangat banyak, ada sepasang burung parkit beserta sangkarnya, sepasang kelinci, Sekarung kecil Buah Matoa, kelapa muda, dan oleh-oleh lain semacam kacang dua kelinci dan Jenang kudus.

Arus balik terlihat lebih ramai. Kemacetan terjadi di beberapa titik sepanjang Ngawi - Nganjuk. kami pun beristirahat untuk makan siang di Rest Area dadakan yang diadakan oleh Mie Sedap. Kami pun pesan mie sedap sambil membuka bekal yang kami bawa dari rumah. Harga mie dan minuman yang disajikan sangat murah, kami hanya habis sekitar 13ribu rupiah saja.

Pukul 7 malam kami sampai Tulungaagung. Tidak langsung ke rumah melainkan mencari sate kambing, dan ternyata banyak warung sate yang tutup, kalaupun ada yang buka, pengunjungnya bejubel. Kami pun berhenti di warung sate yang aku sendiri sudah tahu bahwa kualitas dan rasanya kurang enak. Dagingnya keras dan membakarnya terlalu gosong, dan lebih mahal dari sate kambing langgananku di 'Moro Lego'. Tapi karena adik iparku sangat pengen sekali sate kambing, jadilah kami kesitu.

Sesampainya di rumah, manggala sudah disambut tante-tantenya yang berebutan menggendong Manggala. Tragisnya, salah satu kelinci yang kami bawa ternyata terbujur kaku meregang nyawa, padahal setiap kami berhenti selalu jendela mobilnya kami buka sebagian.

Sabtu, 10 Agustus 2013
Pukul 10 pagi kami menghadiri acara reuni keluarga dari Eyang kakungnya Manggala (bapak mertuaku) di Restoran Batavia dekat dengan rumah mertuaku. Manggala pada acara itu memakai beskap jawa dengan blangkon khas pantura yang ada 'kliwirnya'. Dalam acara itu manggala tidak begitu ceria karena dia terlihat ngantuk. Para kerabat yang datang pun bergantian menggendong dan berfoto bersama Manggala.

Sesampainya di rumah usai reuni, Manggala malah kembali lincah dan asik bermain kesana kemari sambil sesekali berjoget ala reog ponorogo. Kontan saja aksinya mengundang gelak tawa para kerabat yang mampir ke rumah.

Sore harinya, kami makan mie godog dan nasi goreng Pak Latip yang terkenal antre lama. Namun untungnya pas kami kesana masih sepi karena usai Maghrib kami langsung berangkat. Di situ manggala naik kereta putar dengan lampu warna warni yang kebetulan ngetem di seberang warung pak Latip.

Minggu, 11 Agustus 2013
Pukul 6 pagi aku berangkat menuju terminal. Untungnya manggala sudah bangun jadi bisa kupamiti. Naik Bus patas harapan Jaya menuju Surabaya. Aku berangkat pagi dengan asumsi jika terjadi kemacetan di daerah Jombang, kira-kira masih bisa nggak telat untuk penerbangan Garuda pukul 14.15 WIB.

Sampai di Bandara sekitar pukul 12 siang. Sholat ke Mushola langsung cek in, naik ke lantai dua, membeli majalah Natinal Geographic, dan kulanjutkan beristirahat sambil makan siang di Blue Sky Lounge (mumpung gratis, hix).

Sekitar pukul 17.00 WITA aku mendarat di Sepinggan. Naik ojek ke kosku di Jl. MT Haryono Dalam cuma Rp20ribu, namun kukasih Rp25ribu, itung-itung buat ongkos parkir si ojek di bandara yang kulihat si tukang ojek abis 4000 perak buat parkir saja.

Demikian cerita mudikku di tahun 2013 ini.




Tuesday, August 13, 2013

Cerita Mudik Lebaran 2013

Lebaran tahun ini aku tidak ambil cuti tahunan, karena cuti bersama selama 3 hari plus libur lebaran 2 hari sudah menggenapkan menjadi 9 hari libur yang kuanggap cukup untuk mudik lebaran tahun ini.

Jumat, 2 Agustus 2013
Pukul 16.30 WITA aku langsung fingerprint absensi, dan diantar ke bandara oleh teman kantor. Aku menggunakan Garuda Indonesia yang menggunakan pesawat Bombardier CRJ1000 dengan jadwal take off pukul 17.25 WITA. Hanya 10 menit dari  kantorku di kawasan MT Haryono Dalam Balikpapan menuju Bandara Sepinggan. Sebelum boarding kusempatkan beli 2 bungkus Roti O untuk tambahan berbuka di pesawat meskipun nantinya di dalam pesawat juga dapat snack.

Sekira pukul 18.00 WIB pesawat landing di bandara Juanda Surabaya. Langsung kulanjutkan dengan naik Bus DAMRI menuju Terminal Purabaya di Bungurasih Surabaya. Sialnya aku tidak kebagian tempat duduk jadinya berdiri sampai terminal, untungnya hanya sekitar 30 menitan saja.

Sesampainya di Terminal aku langsung mencari Bus Patas Harapan Jaya jurusan Surabaya-Tulungagung, untungnya masih ada tempat duduk tersisa. Lega rasanya tidak berebutan naik bus seperti Idul Adha tahun lalu.

Sekitar pukul 23.00 WIB aku sudah sampai di Tulungagung dan disambut istriku tercinta. Sedangkan anakku tentunya jam segitu sudah tidur pulas. Indomie rebus plus sayuran buatan istri cukup mengenyangkan perut yang sepanjang perjalanan hanya dipenuhi roti dan minuman.

Sabtu, 3 Agustus 2013
Pagi-pagi kuantar istri ke tempat kerjanya di Puskesmas Sembung, Tulungagung. Setelah usai memeriksa pasien-pasiennya, kami pun berkeliling kota untuk membeli baju-baju dan sandal cit- cit buat Manggala. Sore harinya kami ke Sate Kambing "Moro Lego" langganan kami untuk berbuka puasa.

Minggu, 4 Agustus 2013
Puas bermain-main dengan Manggala seharian, malam harinya kami sekeluarga besar menjenguk kerabat yang melahirkan di RSUD Tulungagung, dan diakhiri makan mie godog di pinggir jalan.

Senin, 5 Agustus
Kami bertiga plus adik iparku berangkat naik mobil untuk mudik ke Pati, tempat tinggal orang tuaku. Perjalanan kami tempuh selama kurang lebih 6,5 jam. Seperti tidak terasa saat  mudik, karena jalanan lengang dan lancar. Kami melalui rute Tulungagung - Kediri - Nganjuk - Caruban - Ngawi - Cepu - Blora - Rembang - Pati. Sepanjang jalan Ngawi - Cepu banyak jalan yang dilebarkan dan dibeton, namun belum selesai 100%. Jalanan rusak semakin sedikit, hanya beberapa ruas antara Cepu-Blora dan Blora - Rembang. Memasuki Pantura Rembang-Pati yang tahun-tahun kemarin terkenal macet parah karena proses pembetonan danpelebaran jalan, sekarang kondisinya mulus, lebar dan lancar.

Sepanjang perjalanan Manggala tidur nyenyak beberapa kali dalam tempo yang relatif lama. Dia memang senang jika naik mobil, semakin keras goncangannya semakin nyenyak tidurnya. Sesekali dia rewel  ingin duduk di kursi kemudi. Sesampainya di Pati Kakek Nenek-nya pun menyambutnya dengan suka cita.

Selasa, 6 Agustus 2013
Kami berwisata menuju kawasan Colo, di Lereng Gunung Muria. Perjalanan kami putuskan melalui kota Kudus karena akses jalannya yang lebih bagus dan tidak terlalu curam. Saat menuju kota Kudus, kami sempatkan mampir ke Kios oleh-oleh Kacang Dua Kelinci di Jalan Raya Pati - Kudus. Ternyata tidak hanya sekedar kios oleh-oleh, Kacang Dua Kelinci membuka rest area bagi para pemudik di lingkungan pabriknya yang asri dan tertata rapi dengan berbagai fasilitas. Ada pijat gratis, ada potong rambut gratis, bahkan yang berani dipotong gundul akan mendapat bingkisan produk Dua Kelinci senilai 120 ribu rupiah. Ada permainan bola sepak. Mushola dan toiletnya pun sangat bersih. Parkir  yang luas dan rindang menambah kenyamanan pengunjung.

Manggala sempat duduk di kursi pijat, dan dia merasa nyaman dan betah di situ. Tak lupa kami berfoto-foto dengan patung kelinci yang ada di taman-taman sekitar pabrik. Istri dan Ibuku juga menyempatkan diri untuk potong rambut mumpung gratis. Aku sempat mencoba kursi pijatnya, ternyata enak juga, ha ha.....

Usai berbelanja produk-produk dua kelinci, kami pun melanjutkan perjalanan ke Gunung Muria. Gunung Muria terkenal dengan wisata religi, yaitu adanya Makam Sunan Muria, salah satu anggota Wali Songo yang terkenal sebagai penyebar Islam di Pulau Jawa. Selain wisat religi, Gunung Muria juga menyimpan banyak potensi wisata alam, diantaranya Air Terjun Monthel, Air Tiga Rasa, Area Perkebunan Kopi, dan Hutan Alam yang masih asri.

Sesampainya di kawasan Wisata Gunung Muria, terlihat sangat sepi sekali. Warung-warung penjual makanan dan cenderamata semuanya tutup. Di kawasan ini biasanya banyak bertebaran penjual uwi, gembili dan umbia-umbian lainnya, namun saat itu tidak terlihat satu pun penjual, mungkin karena masih bulan puasa. Tujuan kami ke Muria bukan untuk berziarah ke Makam SUnan Muria melainkan hanya untuk melihat air terjun Monthel. Para pengemudi ojek pun segera mendekati kami menawarkan jasa ojeknya. Kami menyewa 3 ojek untuk menuju air terjun dengan tarif Rp8000,- per orang. Ibu tidak ikut dan hanya memilih beristirahat di gedung pelatihan tempat dimana mobil kami parkir karena beliau tidak kuat jika harus jalan menuruni tebing menuju air terjun mengingat kondisi kaki beliau setelah kecelakaan 2 tahun silam.

Ojek tidak bisa turun sampai di tepi air terjun. Kami masih harus menuruni anak tangga sekitar 150 meter. Udara sejuk langsung menyergap dan sayu-sayu terdengar gemericik air terjun. Sekitar 10 menit berjalan kaki menuruni anak tangga yang sudah dilapisi batu-batu kerikil yang tertata rapi.

Sesampainya di air terjun, kami langsung melepaskan alas kaki dan duduk-duduk di batu kali yang diatas sungai jernih yang dialiri air dari air terjun Monthel. AIr yang begitu dingin dan sejuk membuat manggala sangat senang. Dia bermain air sambil sesekali memasukkan air ke mulutnya untuk diminum.

Puas bermain air dan berfoto di air terjun, kami pun kembali ke parkiran mobil dengan ojek juga. Namun ojek yang datang menjemput kami kali ini cuma dua saja, satu motor bebek dan satu motor 'lanang'. istriku dengan manggala digendongnya naik motor bebek, sedangkan aku dan adik iparku berboncengan tiga naik motor 'lanang'. Agak serem juga naik ojek di sini karena jalanannya yang curam, tapi aku percaya mereka sudah handal mengemudikannya.

Kami pun melanjutkan perjalanan menuju masjid menara kudus yang di dalam kompleksnya juga terdapat Makam Sunan Kudus. Letaknya memang tidak berada di barat Alun-alun melainkan di jalan sempit daerah Kauman. Kami sempat berputar-putar mencarinya dan bertanya kepada beberapa orang. Sayangnya saat kami kesana, Menara Kudus baru direnovasi sehingga kurang terlihat anggun untuk dinikmati dan menjadi objek foto.

Kami akhiri perjalanan wisata hari itu dengan membeli salah satu masakan khas kudus yaitu pindang kerbau di pujasera dekat alun-alun kudus untuk menu berbuka puasa sore harinya.

Rabu, 7 Agustus 2013
Siang harinya kami diajak Bapak untuk ke pasar burung membeli pakan burung. manggala sudah pasti kami ajak. Ternyata  Manggala suka dengan burung parkit yang berwarna-warni, sehingga kami pun membeli sepasang parkit warna biru beserta sangkarnya seharga Rp160 ribu. Kami kemudian melanjutkan untuk berwisata ke Waduk Gunung Rowo di Lereng Muria Bagian Timur. Udara sejuk dan pemandangan air waduk yang melimpah dengan pepohonan ridang di tepiannya menjadikan kami betah berlama-lama menikmati pemandangan waduk dengan menghirup udara segar plus semilir angin berhembus. Di tepi waduk berjejer warung-warung makan yang sedang membakar ikan, yang tentunya menggoda nafsu kami yang kebetulan saat itu masih berpuasa. Tak disangka Bapak membeli setandan Kelapa Muda berisikan 20-an buah kelapa seharga Rp150rb. Kelapa muda yang dibeli ternyata kualitasnya bagus dengan airnya yang manis dan daging kelapanya yang pas (klamut-klamut).

Sore Harinya, kami menuju Pujasera pati untuk berbuka puasa. Kami memesan Lontong Tahu Telur, Bakso Tangkar, Nasi Gandul, Soda Gembira. Tak disangka anakku si Manggala suka sekali minum Soda Gembira, padahal usianya baru 13 bulan. (bersambung.....)



Monday, August 12, 2013

Pengalaman Tambah Daya Listrik PLN Gratis

Senin, 29 Juli kubaca berita di detik.com jika PLN mengadakan promo gratis biaya tambah daya sampai dengan 31 Agustus 2013. Tertarik dengan promonya, tanpa basa-basi langsung kutelpon contact center PLN di 123. Aku ingin menambah daya listrik di rumah yang semula 1300VA menjadi 2200VA.

Oleh petugas contact center, aku ditanya lokasi rumah, besaran penambahan daya yang diharapkan. Rumahku yang sudah memakai listrik pintar pra bayar, untuk penambahan daya ini tidak dikenakan biaya, kecuali diwajibkan untuk membeli token perdana minimal seharga Rp5000,-. Kuputuskan untuk memilih token seharga Rp50.000,-. Setelah data-dataku dikonfirmasi kembali, si petugas memberiku nomor registrasi yang mana aku diharuskan membayar biaya token sebesar 50rb melalui ATM Mandiri, BCA, atau BRI dengan masuk ke menu non tagihan listrik (non taglis).

Aku berpesan kepada si petugas jika di rumah pada jam kerja (hari senin s.d. jumat) tidak berada di rumah, jadi aku pesan agar petugas PLN-nya datang hari sabtu atau minggu saja. Nomor HP-ku kemudian dicatat, dan sang petugas contact center mencatat special request-ku dalam order penambahan daya. AKu juga diminta untuk menyerahkan fotokopi KTP pada petugas yang datang nantinya. Sang petugas juga tak lupa untuk mengingatkanku agar tidak memberikan tips kepada petugas yang akan menambah daya demi terciptanya PLN yang bersih.

Usai semua proses pemesanan tambah daya, aku langsung meluncur ke ATM Mandiri untuk mentransfer token sebesar 50rb melalui menu non taglis. Namun setelah kucoba berkali-kali, ternyata transaksinya tetap dinyatakan gagal. Aku langsung beralih ke ATM BCA, dan akhirnya berhasil juga.

Hari Rabu Sore 31 Juli, sepulang dari kantor tiba-tiba aku mendapat telepon dari orang tak dikenal. Ternyata aku ditelpon oleh petugas dari PLN yang akan menambah daya listrik. Si petugas bilang jika dia sudah berada di depan rumah di Tangerang Selatan, padahal hari senin sudah kuwanti-wanti kepada petugas call center untuk memberitahukan agar pelaksanaan penambahan dayanya dilakukan di hari Sabtu atau minggu saja. Kemudian kuberi penjelasan kepada si petugas yang sudah terlanjur datang ke rumah agar datang kembali pada hari sabtu, dan dia pun menyetujuinya.

"Ternyata cepat juga pelayanan PLN, cuma lewat telepon sudah ditanggapi dengan sangat cepat!", pikirku saat itu. Hari Sabtu, 3 Agustus 2013 si petugas datang lagi dan mengubah daya listrik di rumah menjadi 2200VA dengan mengganti MCB pada KWH Meter.

Aku memutuskan untuk mengubah daya listrikku yang lebih tinggi agar besok-besok tidak perlu repot-repot lagi mengurus tambah daya, disamping faktor gratisnya itu, he he.... padahal utnuk saat ini daya 1300VA sudah sangat mencukupi, tapi siapa tahu beberapa tahun mendatang kebutuhan listrik rumah tanggaku semakin tinggi. Selisih Tarif antara 1300 VA dengan 2200VA juga tidak begitu signifikan hanya Rp25,- per Kwh setelah kenaikan tarif dasar listrik tahap IV bulan Oktober 2013 nanti.

Kesimpulannya: Cukup mudah dan praktis untuk tambah daya. Hanya 5 hari bahkan sebenarnya bisa cuma 2 hari sudah tertangani. Dan yang paling penting, GRATISSSSSSSS!

Friday, August 2, 2013

Pengalaman Naik Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000

Hujan deras yang mengguyur Balikpapan sejak dini hari waktu sahur tadi belum berhenti menjelang waktu sholat Jumat. Kebetulan aku belum check in untuk penerbanganku dengan Garuda sore ini ke Surabaya. Web check in Garuda yang selalu eror, phone check in yang juga tidak bisa karena kata si operator sistem check in garuda via web masih dalam masa maintenance, jadilah si operator menyarankanku untuk check in langsung ke bandara.

Hujan yang lebat menyurutkan niatku ke bandara pagi tadi. Untungnya ada temanku yang naik mobil ke bandara untuk check in, sekalian aja aku nitip untuk di check in-kan.

Temanku yang pergi ke bandara itu kebetulan satu pesawat denganku sore ini. Sebelum berangkat aku berpesan kalau bisa tempat duduk yang dekat jendela, atau kalau tinggal yang belakang boleh juga ambil yang posisi lorong, namun kalau abis semua tidak masalah jika harus posisi di tengah-tengah.

Temanku pun menelponku kalau dia sudah berhasil check in, namun tempat duduknya tidak sesuai yang diharapkan yaitu nomor 17B untuknya dan 17E untukku. Huruf B dan E pada penerbangan yang sering kupakai memang identik dengan bangku di tengah yang jarang orang memilihnya kalau tidak terpaksa kehabisan yang jendela ataupun lorong. Berbeda jauh dengan ekspektasinya membuat temanku agak jengkel dengan mbak-mbak petugas check in di counter garuda Bandara Sepinggan.

Tibalah waktu kami untuk boarding. Tepat pukul 17.05 WITA (sesuai jadwal semula) semua penumpang penerbangan Garuda dengan nomor GA 355 Jurusan Surabaya dipersilakan untuk naik ke pesawat. Aku pun bergegas masuk ke pesawat sambil menenteng tas rangsel berisi oleh-oleh dan pakaian yang lumayan berat dan tas kecil berisi HP serta dompet.

Ternyata pesawat yang kutumpangi adalah jenis Bombardier CRJ 1000 next generation. Pesawat berbadan ramping panjang dengan kapasitas 96 tempat duduk, dengan rincian 12 kursi kelas eksekutif dan 84 kursi kelas ekonomi. Sudah tentu aku duduk di kelas ekonomi.

Dalam masalah tempat duduk yang tadinya kuanggap huruf B dan E itu di tengah, ternyata dalam pesawat jenis ini berada di lorong. Lebih asiknya lagi nomor 17 ternyata tepat di pintu darurat, sehingga ruang kaki jauh lebih luas dan tidak membuatku pegal.

Bombardier CRJ 1000 termasuk pesawat untuk rute jarak pendek. Penerbangan Balikpapan-Surabaya yang standarnya ditempuh selama 1 jam 10 menit memang cocok menggunakan pesawat ini, katanya sih lebih efisien. Setahuku pesawat ini juga digunakan Garuda untuk rute Jogja-Balikpapan.

Kapasitas Bagasi Kabin pesawat jenis ini per kabinnya hanya mampu memuat maksimal 31,8 kg. Dengan relatif kecilnya kapasitas bagasi kabin membuat bawaan penumpang berupa koper yang sedianya dimasukkan ke dalam kabin, sebelum mereka menaiki tangga pesawat, petugas sigap meminta para penumpang tersebut untuk memasukkan bawaan mereka ke bagasi di bawah pesawat yang nanti saat mendarat bisa langsung diambil di samping tangga pesawat. "Wow praktis juga ya, nggak usah ribet menunggu lama di bagian pengambilan bagasi di terminal kedatangan bandara", pikirku saat itu.

Meskipun pesawat ini termasuk kecil, namun proses take off dan landing-nya tergolong mulus dan halus, mungkin terkait keahlian pilotnya juga kali ya, he he.... (update: saat landing di Balikpapan tgl 11-8-2013 pesawat terasa agak limbung dengan goncangan yang relatif keras)

Oiya dalam penerbangan tadi, para penumpang hanya disuguhi snack dan tidak ada makan besar. Apa karena ini masih bulan ramadhan atau karena BPN-SBY termasuk penerbangan jarak pendek yang hanya mendapatkan snack bukan makan besar? (update: saat penerbangan SBY-BPN tgl 11-8-2013 tetap hanya mendapatkan snack, bukan makan besar meskipun bulan ramadhan sudah usai).

Uniknya tadi menjelang berbuka puasa, para penumpang ribut kapan pastinya waktu berbuka puasa. Kalau aku sih cuek aja, aku ikut waktu berbuka puasa Balikpapan tempat dimana aku sahur. Coba kalau kita bepatokan berbuka sama waktunya seperti tempat yang kita tuju, iya kalau penerbangan jarak dekat tidak begitu masalah, kalau kita terbang jarak jauh ke arah barat misalnya ke eropa non stop, bisa-bisa sampai 24 jam berpuasa, waktu berbuka belum tiba juga. Entahlah mana yang benar....

Baca juga : Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Garuda Indonesia