Monday, April 27, 2015

Kuliner Pontianak : Bingke "Al-Fajar"

Plang Toko Kue Bingke "AL-Fajar" (dok. pribadi)
Bingung nyari oleh-oleh makanan khas Pontianak, mampir saja ke toko Kue Bingke "Al-Fajar" di Jalan Adi Sucipto No. 155 B Pontianak. Tokonya kecil cuma kira-kira (2,5 x 3)m persis di pinggir jalan diapit dua toko bingke lainnya. Di depannya ada plang biru bertuliskan Kue Bingke "Al-Fajar".

Bingke, terbuat dari tepung beras/terigu, telur, gula, susu, santan, garam, dan vanili, dan bahan pelengkap lainnya. Ada berbagai pilihan rasa yang tersedia di Al-Fajar. Mulai dari rasa susu, super, istimewa, ubi rambat, kentang, kacang ijo, pisang, jagung, labvu, durian, nangka, tela, keju, pandan, coklat, roti, asin. Tapi tidak setiap saat semua variannya tersedia. Seperti saat kemarin aku kesana tidak ada varian rasa durian, mungkin tergantung musim buah kali....

Kemasan Kotak Bingke Al Fajar (dok. pribadi)
Untuk Bingke asin berbeda dengan bingke lainnya. Varian ini ada tambahannya daging sapi, kentang, wortel, daun bawang, keju, rempah-rempah, minyak samin. Bingke asin termasuk varian yang harganya saat ini paling mahal, Rp18ribu per kotaknya.

Rasa dari Bingke Al Fajar ini sangat enak, teksturnya lembut, dan tidak eneg. Cocok untuk makanan pembuka saat puasa ataupun camilan teman minum teh/kopi. Bingke yang dijual di AL-Fajar ini fresh from the oven, tak jarang bingkenya masih hangat karena baru saja jadi. Nah, bingke Al-Fajar ini tanpa pengawet sehingga hanya tahan 1 hari saja, kalau dimasukkan ke kulkas bisa tahan 2-3 hari, ya wajarlah kue basah. Kalau awet sampai seminggu malah mencurigakan, haha.....

Bingke Al Fajar (dok. pribadi)

Jika kita ingin pesan dalam jumlah banyak, varian apa, atau special request lainnya bisa telpon Toko Kue Bingke Al-Fajar di nomor (0561) 762381. jadi kalau ke Pontianak jangan lupa beli oleh-oleh Kue Bingke Al-Fajar.

Sunday, April 26, 2015

Kuliner Pontianak : Bebek Sangan Pak Ndut

Bebek Sangan Pak Ndut (dok. pribadi)
Bebek lagi Bebek lagi, kesukaanku akan bebek sejak kecil memang susah sekali luntur, asal huruf "B"-nya jangan diilangin ya, hehe.....

Nggak di Jakarta, nggak di Balikpapan, dan sekarang di Pontianak, kegemaranku menyantap unggas yang satu ini nggak berkurang sedikitpun. Masakan bebek goreng pertama kali yang kucoba di Pontianak adalah Bebek 'Slamet' yang sudah terkenal dimana-mana. Nah, berhubung aku belum puas dengan bebek Slamet, akhirnya beberapa hari yang lalu kesampaian lah aku nyobain masakan bebek lainnya.

Bebek Pak Ndut, yang berlokasi di Jalan Sultan Abdurrahman, Kota Baru Pontianak. Persis di pinggir jalan raya, rumah makan yang di depannya ditanami pagar hidup berupa bambu jepang ini lumayan luas bagian dalamnya. Di bagian depan di dekat pintu masuk, sebelah kiri terdapat beberapa meja lesehan, menginjak ke bagian tengah  tersedia meja-meja beserta kursinya bagi yang nggak suka makan sambil lesehan, dan terakhir di bagian belakang ada meja lesehan yang berbentuk letter U sepanjang tembok yang mengelilingi taman di tengahnya. Rumah makan ini sepertinya kecil tapi kalau dilihat dari meja dan bangku yang tersedia mampu memuat kurang lebih 100 orang. Nah, aku sendiri senang makan sambil lesehan di bagian belakang rumah makan sambil menikmati alunan musik dan bisa memandang taman yang menyejukkan mata sembari ngobrol menunggu sajian makanan datang.

Es Gula Asem (dok, pribadi)
Sajian bebeknya cukup lengkap, namun yang terkenal dan ciri khas di Bebek Pak Ndut adalah Bebek Sangan. Bebek sangan itu bebek goreng yang setelah digoreng tidak langsung disajikan melainkan digoreng sangan/sangrai (tanpa minyak) sehingga aroma dan rasanya sedikit berbeda dengan bebek goreng biasa, ada sedikit aroma asapnya, tambah sedap menurutku...

Selain sajian bebek, juga ada pilihan menu berbagai masakan ayam. Nah, untuk pilihan minumannya cukup lengkap, namun yang paling kusuka adalah es Gula Asam (Gulas) yang segar, pas untuk pendamping bebek yang Maknyosss......

Untuk harganya cukup terjangkau, Rp25ribu per potong. Biasanya aku memilih bagian dada yang ternyata potongannya lebih besar dari bebek Slamet. Daging bebeknya juga lembut tapi tidak menghilangkan rasa bebeknya, pintar yang masak. Soalnya memasak bebek itu gampang-gampang susah, kalau nggak bener bisa tertinggal bau amisnya, daging alot, ataupun terlalu empuk sehingga nggak terasa lagi sensasi dan rasa khas daging bebeknya.

Makan bebek memang sangat menggiurkan, tapi ingat kolesterol ya...... alias jangan kebanyakan dan terlalu sering makan bebeknya, tapi seringkali lidah ini nggak nahan...........Arghhh....
Lesehan di belakang dilengkapi taman (dok. pribadi)

Saturday, April 25, 2015

Memilih Springbed Berkualitas : Theraspine

Stand Theraspine di Home Solution (dok.pribadi)
Lagi-lagi harus beli springbed, kali ini bukan untuk rumahku yang sudah penuh sesak dengan barang, melainkan untuk rumah baru kakakku. Rumah mungilnya tipe 41/72 yang hanya punya 2 kamar tidur itu masih kosongan, baru terisi dengan lemari dan ranjang kayu jati yang khusus dipensannya dari Semarang. Nah, sudah ada ranjangnya cuma kurang kasurnya.

Urusan beli-beli barang yang sekiranya worth it memang spesialisasiku. Dia kusarankan untuk membeli springbed jangan yang murahan, tapi juga nggak terlalu mahal, soalnya dia belum kawin, biar uangnya buat persiapan kawin dulu, tapi jodohnya aja belum punya, haha....... malah sudah kusalip beberapa tahun lalu.

Aduh malah ngelantur soal kawin.... Ok membeli springbed sebenarnya gampang, beli aja merek terkenal Tempur, Kingkoil, Spring Air, Serta, 'dijamin' 80% puas lah soal kualitasnya, tapi yaitu, mihil bingits.... terutama si Tempur tuh. Tapi soal awetnya nggak usah di pertanyakan deh, asal asli lho, hiks.

So, buat kita-kita yang masih termasuk kalangan price sensitive tapi pengen springbed yang berkualitas harus milih merek apa dong? Sebelum aku kembali ke Pontianak minggu lalu, kuanter kakakku di Home Solution Teraskota. Dia yang dasarnya ekonomis banget pengennya sih springbed yang murah-murah aja, tapi setelah kukompori "Masak ranjangnya kayu jati, mau dipasang springbed murahan 1-2 jutaan yang dua tiga tahun saja udah melengkung bagian tengahnya. Akhirnya dia mau menaikkan standar pilihannya.

di Home Solution bank sequel pilihan springbok dari merek impor yang terkenal sampai merek lokal. Saat kami lewat stand springbed Theraspine, disitu sedang ada promo untuk springbed merek Medi Spine. Kami cobalah tiduran di atasnya. Ternyata nggak terlalu empuk, stabil, dan menurut kami kerasnya pas. Nggak terlalu keras juga, aku pribadi langsung sreg dengannya, demikian pula dengan kakakku yang lebih suka kasur nggak terlalu empuk. Soalnya springbedku merek theraspine yang tipe Virginia Spine menurutku terlalu empuk. Kalau dulu ada yang tipe medispine ini pasti sudah kupilih. Tipe Medi spine ini dulu namanya Pedic Spine.

Tipe MediSpine (dok. pribadi)
Springbed ukuran 160x200 harganya sekitar 5,9jt diskon 5 persen saat itu kalau memakai cicilan, tapi kalau cash bisa dapat tambahan diskon 10% dengan catatan punya member home solution. Lalu kalau nggak punya? Ya buat aja dulu dengan biaya 100rb sebelum transaksi, kan lumayan tuh 5 atau 10 % diskon. Kakakku juga beli springbed tipe sejenis ukuran 120x200 untuk kamar satunya. Total yang harus dibayarkan sejumlah Rp10 juta lebih dan asyiknya bisa dicicil 12 kali dengan kartu kredit CIMB Niaga. Kalau transaksi minimal 15juta malah bisa dicicil 24 kali 0%. Siapa yang nggak tertarik....tahu-tahu tagihan cicilan kok jadi gendut ya di awal bulan, hehe.....

Nggak seperti tahun-tahun sebelumnya ternyata sekarang Theraspine hanya bisa mengantar gratis springbed ke rumah hari senin-jumat, padahal di di rumah kakakku nggak ada pembantu ataupun istri, haha.... tapi kalau ingin diantar hari sabtu atau minggu bisa pakai jasa pengantaran Home Solution yang hanya di-charge 30ribu per satu lokasi pengiriman. 

Oiya, ada bonusnya nggak? itu jangan sampai lupa kita tanyakan ke salesnya. Setelah kutanyakan ternyata bisa dapat 4 bantal dan 4 guling theraspine dan dua matras protector, wah lumayan juga.....  bantal dan gulingnya termasuk awet juga lho....

Baca juga: Memilih Kasur Springbed

Oiya kenapa aku milih theraspine? Ya berawal dari dulu waktu ngisi rumahku pertama kali beli springbed junio spine dari theraspine dengan harga promo yang relatif murah tapi kualitasnya terbukti bagus. Plus ada garansinya 20 tahun lho, coba banyangin...... dan ada layanan gratis sedot debu untuk 6 bulan pertama (yang nggak pernah kugunakan, hehe...). Theraspine merupakan merek Amerika tapi sudah mempunyai pabrik perakitan di Indonesia, soal kualitas yah selama yang kurasakan 3 tahun terakhir ini cukup memuaskan lah, sesuai dengan harganya. Ono rego, ono rupo, haha....

Beli springbed sudah, yang belum cuma beli istri.... eh nyari istri maksudnya, haha.....

Saturday, April 18, 2015

Tarif Taksi dari Bandara Soetta (Cengkareng)

Tempat Tunggu Taksi Express di Terminal 2F (dok. pribadi)
Paling males kalau sudah harus gonta-ganti angkutan umum dari bandara ke rumah, apalagi kalau sudah malam, arghhh..... bikin puyeng. Beberapa waktu lalu ketika Bus Damri Jurusan Bandara - Lebak Bulus masih lewat Slipi - Palmerah - Permata Hijau - Kebayoran - Pondok Indah, bisa turun di Stasiun Palmerah lanjut ke Stasiun Sudimara. Nah, beberapa bulan yang lalu aku pikir rute Bus Damri Bandara - Lebak Bulus masih sama, ternyata semenjak Tol JORR W2 Ulujami - Kebon Jeruk udah nyambung, busnya sekarang lewat tol terus sampai lebak bulus, memang cepat sih, tapi ya itu tujuan akhir cuma Lebak Bulus doang, akhirnya naik taksi juga dari Lebak Bulus ke rumah, hampir sama ongkosnya sama naik taksi dari Bandara ke rumah di Tangsel.

Nggak mau kejadian seperti itu lagi, dan pengen lebih praktis aja, sekarang aku lebih sering naik taksi dari bandara Cengkareng. Seringnya aku naik taksi Ekspress yang masih pakai tarif bawah, ya murahan dikit lah dibandingkan si burung biru. Tempat tunggu atau pemesanan taksi ekspress kalau di Terminal 2F, dari pintu keluar kedatangan langsung belok ke kiri. Di situ ada berbagai operator taksi.

"Pamulang Bang", seruku kepada petugas dari taksi ekspress yang mencatat setiap order. Kita bisa nanya sedang antre berapa orang, sambil nunggu giliran, kita bisa rehat sejenak di kursi tunggu yang sudah disediakan. Naik taksi dari Bandara kena tambahan biaya tergantung jauh dekatnya jarak tujuan. Ada 3 zona charge, semakin jauh semakin sedikit tambahan biayanya, dengan asumsi semakin jauh kan semakin mahal pula tarif taksinya, jadi charge-nya nggak begitu banyak.

Zona 1 (charge Rp10.500) : Tangerang, Kalideres, teluk Naga, Cipondoh, Pantai Indah Kapuk, Cengkareng, Grogol, Kebon Jeruk

Zona 2 (charge Rp9.000) : Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Kemayoran, Cempaka Putih, Tambora, Tanah Abang, Jatinegara, Tebet, Mampang, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Ciledug, Pondok Aren, Bumi Serpong Damai (BSD)

Zona 3 (charge Rp7.500) : Koja, Kelapa Gading, Cilincing, Pulo Gadung, Cakung, Duren Sawit, Pondok Gede, Kp. Makasar, Kodya Bekasi, Kramat Jati, Pasar Minggu, Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Limo, Jati Sampurna, Cilandak, Jagakarsa, Ciputat, Pamulang, Sawangan, Kodya Bogor, kab. Bogor, Kodya Depok

Charge Taksi Bandara  per zona yang tertera pada Tiket Taksi (dok. pribadi)
Sebetulnya rumahku masih berada dalam wilayah Ciputat, namun berdekatan dengan wilayah Pamulang, tapi orang-orang lebih sering menyebut daerah perumahanku masuk wilayah Pamulang. Untungnya rumahku mudah diakses melalui jalan Tol. Jadi dari Bandara bisa langsung ke rumahku melalui tol Kebon Jeruk - Ulujami, nyambung tol Serpong, keluar di pintu keluar pertama BSD arah Ciputat Pamulang.

Dari Pintu keluar kira-kira 2,5 km menyusuri jalan Ciater Raya nyambung jalan Sarua Raya, sampailah ke rumah. Waktu tempuh nggak sampai 1 jam, paling cuma sekitar 40 menit saja. Sedangkan tarif di taksinya sendiri habis sekitar Rp170ribu plus biaya tol Rp30.500. Lumayan mahal ya tolnya, tapi yang penting cepat dan lancar jaya. Biasanya untuk membayar tol kupakai kartu indomaret yang bisa berfungsi sebagai e-toll card salah satu produk dari e-money Bank Mandiri. Lebih praktis, tidak perlu bolak-balik ngambil uang dari dompet saat di gerbang tol. Cukup kasih si sopir taksi e toll card dan bisa kita tinggal tidur, hehe...... eitss tunggu dulu jangan lupa untuk mengecek saldo e-money kita, siapa tahu sudah mepet, jangan sampai sudah terlanjur masuk Gerbang Toll Otomatis (GTO), saldonya abis, malulah kita....

Lumayan mahal memang naik taksi dari Bandara ke rumahku di Tangerang Selatan, ya kira kira habis Rp210 ribuan lah.... Kalau mau ngirit sebenarnya bisa pakai travel Xtrans dari Bandara jurusan BSD ataupun Bintaro, tapi masih harus dijemput agak jauh. Ya, memang sebuah kenyamanan itu mempunyai harga tersendiri, haha.....

Friday, April 17, 2015

Tarif Pijat di Ken Hermawan Bintaro

Tarif Pijat Refleksi di Ken Hermawan Bintaro (dok. pribadi)
Mumpung ada tugas di Bintaro, sekalian aja mampir pijat di Ken Hermawan, lumayan bisa bikin rileks badan, dan yang pasti tarifnya itu lho, murah bingitssss untuk sekelas di Ibukota. Bagaimana nggak murah, cuma dengan Rp60ribu bisa pijat 1,5 jam. Apalagi pemijatnya dalah tenaga-tenaga muda yang terampil dan tentunya sudah mengikuti pelatihan standar pijat refleksi Ken Hermawan.

Eitss tunggu dulu ternyata tarifnya bisa tambah jauh lebih murah, cuma Rp35ribu jika pijat pada hari kerja pukul 08.00 s.d. 11.59 dan Rp45ribu pada pukul 12.00 s.d. 15.59, kecuali hari libur atau Sabtu Minggu.

Nah, kebetulan tadi aku pijat abis jumatan pukul 1 siang jadinya kena tarif Rp45ribu plus aku nambah totok wajah selama 30 menit dengan tarif Rp35ribu jadi toralnya 2 jam cuma Rp80ribu. Bandingkan kalau pijat di spa hotel yang bisa mencapai ratusan ribu hanya beberapa puluh menit saja. Tapi jangan dibandingkan dengan tarif pijat di kampung ya, pastinya kalah murah lah...

Asyiknya pijat di Ken Hermawan ini, selama 90 menit kita lengkap dipijat mulai dari telapak kaki, kaki, tangan, punggung, sampai yang terakhir pundak dan kepala. Meskipun aku sudah berkali-kali pijat di Ken Hermawan, masih saja aku merasa geli ketika dipijat dan diurut telapak kakiku, atau kalau nggak meringis kesakitan, hehe..... Tapi abis itu enteng banget kaki dan badan ini.

Pengumuman di Ken Hermawan Bintaro (dok. pribadi)
Karena seluruh tubuh biasanya untuk yang cowok diminta untuk buka baju dan hanya memakai celana kolor, kalau nggak pas memakai celana kolor, kita dipinjami celana kolor, yang pasti bersih kok.

Alunan Musik instrumennya dan aroma terapi yang dibakar membuat pikiran ini rileks, sampai-sampai aku tadi sempat ketiduran, kayaknya aku tadi sempet ngorok, haha.....

Baca juga: Pijat Refleksi di Ken Hermawan Bintaro

Nah, sebaiknya sebelum datang ke Ken Hermawan Bintaro booking dulu melalui telepon di nomor 021-7342154 , soalnya seringkali penuh saat kita langsung datang ke sana. Oiya, untuk pembayaran bisa melalui kartu debit minimal Rp50ribu.

Monday, April 13, 2015

Kuliner Pontianak : Es Krim Petrus

Es Krim Petrus Rasa Cempedak (dok. pribadi)
Kalau di Malang ada Es Krim Toko "Oen", dan di Jakarta ada Es Krim Ragusa, nah di Pontianak juga ada es krim legendaris yang sudah berdiri puluhan tahun. Namanya Warung Es Krim A Ngi atau yang lebih dikenal dengan Es Krim Petrus karena berlokasi di depan sekolah Santo Petrus Pontianak.

Warung ini tak pernah sepi meskipun tidak saat jam istirahat siang ataupun istirahat sekolah. Warungnya berada di depan rumah alias di carport dan sebagian teras rumah. Aku penasaran dengan Es Krim Petrus karena kolegaku merekomendasikan bahwa Es Krim Petrus itu enak banget dan sudah ada sejak dia masih di Pontianak awal tahun 80-an silam.

Suasana di Warung Es Krim Petrus (dok. pribadi)
Kebetulan aku datang ke warung Es Krim Petrus sebelum waktu istirahat siang sekitar jam 10-an. Lumayan rame tapi tidak sampai bejubel. Saat itu menu es krimnya hanya ada tiga varian yaitu Es Krim rasa Vanila, Stroberi, dan Cempedak. Aku pesan Es Krim rasa Cempedak yang disajikan di atas batok kepala muda yang dibelah dua, dengan masih ada kelapa mudanya di situ dengan campuran cincau serut di bagian bawah es krim. Hmmmm.... penyajian yang unik.

Saatnya mencicip rasanya. Rasanya menurutku lumayan, tapi tidak seistimewa yang kubayangkan, hehe.... Hampir mirip rasa es krim di Rumah Makan Pak Usu Pontianak, atau lidahku yang tidak peka akan sensasi rasa originalnya ya.... entahlah....

Di situ juga tersedia aneka jajanan kue-kue basah dan jajanan pasar untuk pendamping menikmati es krim. Lumayan kenyang menikmati es krim sambil makan jajanan. O iya... kita juga bisa memilih penyajian es krimnya di cup saja, nggak di batok kelapa muda. Di Warung ini banyak kawula muda yang menjadikannya tempat nongkrong sambil ber-brainstorming kali, hehe.....

Salah satu jajajan pasar, semacam serabi dengan santan kental manis banget (dok. pribadi)
So, bagi kamu pecinta es krim, kalau pas di Pontianak, nggak afdol kalau belum mampir ke warung es krim Petrus.

Sunday, April 12, 2015

REVIEW: Gapura Lounge Bandara Supadio Pontianak

Logo Gapura Lounge (dok. pribadi)
Jadwal ke Ketapang naik Trigana Air pukul 8.15 WIB, jadilah nggak sempat sarapan. Aku baru ingat dengan Kartu 'sakti'-ku yang memang benar-benar sakti, ha ha..... kan kalau pakai kartu SKYZ bisa gratis di banyak lounge bandara-bandara di Indonesia. Daripada malu saat masuk lounge, ku-googling dulu apakah di bandara Supadio ada Lounge yang gratisan.... Eh ternyata ada, he he..... senangnya hati ini bisa numpang sarapan gratissss!

Masuk ke ruang tunggu lantai 1, di dekat toilet ada banner Mandiri Prioritas di depan pintu masuk sebuah Lounge. AKu sempat ragu mau masuk karena tidak kelihatan resepsionisnya, kucari-cari pintu masuk lounge yang ada resepsionisnya ternyata nggak ketemu-ketemu sampai aku bertanya ke petugas cleaning service yang kebetulan sedang berada di dekat situ. Ternyata pintu masuknya ya hanya satu itu, weladalah gitu kok aku sampai masuk muter-muter kmana-mana.

Setelah aku masuk baru kelihatan di bagian tengah ruangan ada meja resepsionis. Kutanyakan pada si petugasnya, "Mbak bisa pakai SKYZ? ".

"Iya bisa Mas!" jawab mbaknya spontan

"Free?", tanyaku balk meyakinkan

"Iya Mas!", jawabnya.

Langsung saja kusodorkan kartu Mandiri SKYZ-ku, dan si Mbaknya menanyakan tujuan penerbanganku kmana. Kujawab saja aku mau ke Ketapang. Aku kemudian dipersilakan duduk di deretan sofa bagian kanan si mbaknya, sedangkan deretan sofa-sofa berwarna biru yang berada di bagian kirinya khusus untuk penumpang Garuda Indonesia dengan GFF warna Gold ataupun Platinum alias bagian dari Garuda Indonesia Executive Lounge.

Khusus untuk peumpang Garuda Indonesia member Gold dan Platinum (dok. pribadi)
Nah, sekarang saatnya mencicip hidangannya! Weleh-weleh ternyata ini merupakan Lounge paling sederhana yang pernah kukunjungi. Bagaimana tidak, di Lounge yang di-charge Rp60 ribu untuk pengunjung umum cuma menghidangkan kue-kue basah dan jajanan pasar plus satu menu makanan berat yang saat itu hanya menyajikan Nasi putih, sop, dan Telur Dadar. Menu makanan beratnya tidak membuatku berselera. Aku hanya mengambil kue-kue dan aqua gelas. Selain aqua gelas juga ada kokpi dan teh panas, tidak ada jus sama sekali. ya lumayanlah masih bisa ngganjal perut. Toh gratis juga, hehe..... Tapi kalau disuruh bayar, nggak worth it lah....!

Kue-kue basah dan jajanan pasar (dok. pribadi)
Sepertinya Gapura Lounge ini satu-satunya lounge di Bandara Supadio, mungkin nanti jika terminal baru sudah dioperasikan ada pilihan lounge yang lain.


REVIEW Hotel : Pengalaman Menginap di Aston Ketapang

Resepsionis Aston Ketapang (dok. pribadi)
"Yang bener di Ketapang ada Aston? Hebat bener di kota kecil ada Aston ya, kalau sebatas Fave hotel masih biasa lah. Berarti potensi perekonomian di Ketapang lumayan bagus dong?", tanyaku kepada teman kantor seolah tak percaya di kota sekecil Ketapang terdapat jaringan  Hotel Aston, tapi ya itulah kenyataannya. Keberadaan perkebunan Kelapa Sawit, Pertamabangan Bauksit, dan rencana pembangunan smelter (mungkin untuk mengolah bauksit) menjadikan Ketapang kota yang maju pesat perekonomiannya sekarang ini.

Ok, kembali ke Hotel Aston Ketapang. Langsung saja kami membooking untuk dua malam di Hotel Aston Ketapang sebelum kami berangkat ke Ketapang. Saat itu pas ada promo Rp450 ribu per malam. Tentunya ekspektasi kami dengan nama Aston yang sudah jelas dan relatif bagus standar pelayanannya, kami bisa bermalam dengan nyaman dan tenang.

Ternyata kamar dengan harga promo itu tinggal yang  twin bed ukuran @ (100x200)cm. Ya nggak papa lah, sonly yang ukuran queen (160x200)cm sudah full booked. Yang penting bisa tidur nyaman dan menu sarapannya lengkap.

Kunci kamarnya berupa kartu chip, bukan kartu magnetic ataupun RFID. Kamar kami kebetulan saling berdekatan di lantai 5. Begitu kami mau masuk ternyata pintu nggak bisa kebuka. Lampu indikator merahnya masih menyala, tidak lampu indikator hijau yang menyala. Teman sebelah kamarku juga demikian, mengalami hal serupa. Untungnya temanku yang satu lagi bisa terbuka kuncinya, dan kami pun menelpon resepsionis dari kamar teman yang terbuka, coba kalau tidak terbuka semua, bisa-bisa kita repot turun lagi ke resepsionis di lantai dasar. Akhirnya seorang petugas hotel datang dengan sigap dan membukakan pintu kamar kami dengan kartu 'sakti'-nya yang bisa membuka semua kamar.

Kunci Kamar Error (dok. pribadi)
Begitu masuk tercium aroma apek namun kamarnya cukup bersih. Kamarnya lumayan luas, dengan twin  bed, meja kerja yang menempel ke dinding di bawah televisi layar datar, sofa dan meja kecil di sudut ruangan, mini bar di sudut lainnya, lemari yang menempel di tembok samping kamar mandi yang cukup bersih, tanpa bathup, namun dilengkapi shower yang sangat lancar aliran air panas dan dinginnya.

Setiap kamar tidak terintegrasi dengan AC Central melainkan AC independen (mungkin 1 pk) merek mitsubishi yang dipasang di dekat jendela. Di lemari yang biasanya sekelas aston ada deposit box-nya ternyata di Aston Ketapang tidak ada sama sekali.

Aku tidur nyenyak malam pertama di Aston, apalagi di luar malam  itu sedang hujan angin. Nah, keesokan paginya baru aku dikejutkan dengan temanku yang ternyata di kamarnya semalam kebanjiran, terkena tampias air hujan di balkon yang merembes ke dalam kamar. Jadilah airnya menggenang kemana-mana sampai membasahi kain penutup springbed bagian bawah. Tidak hanya itu saja, ternyata pintu lemarinya jebol, untungnya tidak jatuh mengenai dia. Malam itu juga dia melaporkan ke petugas hotel dan segera datang petugas dengan sigap mengepel dan menahan laju rembesan air hujan, sambil meminta maaf terhadap temanku itu. Keesokan harinya jelas temanku minta ganti kamar.

Kamar Twin Bed (dok. pribadi)
Nah, menurutku yang paling penting dari pelayanan hotel adalah menu sarapan paginya. Ya lumayan lengkap lah menunya untuk makan pagi, kita bisa minta dibuatin omelet atau telur mata sapi, Sup panas yang berganti-ganti tiap hari, Bubur ayam ataupun lainnya, Menu makanan berat yang biasanya ada nasi putih, nasi goreng, mie goreng, ikan, ayam, taupun daging yang dimasak berbeda-beda tiap harinya. Buah potong segar yang biasanya terdiri dari melon, nanas, dan semangka. Kue-kue kecil dan roti tawar plus selai yang dilengkapi dengan toaster. Kopi, teh panas dan minuman jus jeruk dan blueberry yang saat itu disajikan (sepertinya jus instan). Ya cukup puas lah dengan menunya untuk hotel di Kota Ketapang yang sekelas Kabupaten ini. Di ruang makan di lantai 2 selain kita bisa menikmati makanan di dalam ruangan, tersedia pula bangku dan meja makan di luar ruang yang berhadapan langsung dengan jalan raya, sehingga kita bisa menghirup udara segar pagi hari yang masih sedikit polusi (karena kota kecil) apalagi jika malamnya habis hujan asalkan tidak turun hujan ya.....
Suasana Kamar Aston Ketapang (dok. pribadi)

Toilet Aston Ketapang (dok. pribadi)

Kepuasan akan menu makanan setidaknya bisa mengkompensasi kondisi kamar hotel yang standar, bahkan kurang nyaman bagi temanku di malam pertamanya. Sayangnya di Aston Ketapang tidak tersedia fasilitas Kolam Renang, yang seharusnya untuk standar Aston perlu lah untuk kolam renang, soalnya aku suka banget berenang, he he.... Fasilitas Free WiFI-nya lumayan cepat dan lancar, tapi ada beberapa kamar yang sinyal WiFi-nya tidak bagus.

Aston Ketapang harus segera meningkatkan pelayanannya saat ini, mengingat hotel-hotel baru di Ketapang semacam Onys dan Borneo Emerald juga mempunyai pelayanan dan tarif yang kompetitif. Memang sih, Aston Ketapang masih menjadi Market Leader di Ketapang, tapi bukan tidak mungkin jika terlena dengan kondisi sekarang, status itu akan tinggal kenangan.


Saturday, April 11, 2015

Ale-Ale Kerang Asli Ketapang

Ale-Ale masih lengkap dengan cangkangnya (dok. pribadi)
Ale-ale sejenis kerang kecil yang banyak terdapat di Ketapang. Sebenarnya di daerah lain di Indonesia pun ada, namun beda dikenalnya. Kalau di daerahku di Pantura Timur Jawa ada yang menyebutnya kuwek, atau apalagi namanya di daerah lain, entahlah.

Tidak perlu diperdebatkan namanya, yang pasti kerang jenis ini kalau sudah dimasak rasanya lezat sekali. Untungnya di Ketapang ini perairan lautnya masih relatif bagus. Pencemaran logam berat masih jauh di bawah ambang batas. Berbeda dengan di Teluk Jakarta yang sudah tidak bagus lagi kualitas airnya karena pencemaran logam berat, makanya kita perlu berhati-hati makan kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Jakarta, karena kerang sangat rentan sekali terpapar logam berat.

Kembali ke Ketapang, Ale-ale di Ketapang lumayan melimpah, sampai-sampai keberadaannya diabadikan menjadi tugu di salah satu perempatan jalan raya di Ketapang. Ale-ale biasanya dijual di pasar-pasar tradisional dalam bentuk masih lengkap dengan cangkangnya, sudah dikupas cangkangnya, ataupun diawetkan/diasinkan dalam botol-botol.

Ibu-ibu pengupas cangkang ale-ale (dok. pribadi)
Nah, saat mayu pulang dari Ketapang, temanku dititipi temannya di Pontianak untuk membawakan oleh-oleh berupa ale-ale. Sebelum ke bandara, siang itu kami pun meluncur ke pasar Sentap untuk mencari ale-ale, ternyata sudah habis alias tidak ada lagi penjual ale-ale karena hari sudah siang. Tak mau pulang tanpa hasil, kami pun bertanya ke orang pasar dimana lagi tempat penjual ale-ale.

Kami pun bergegas menuju tempat penjual ale-ale yang ditunjukkan oleh orang pasar berkejaran dengan waktu.
Kami menuju perkampungan yang sebagian masyarakatnya sering menjual ale-ale. Kuhitung sampai 5 kali kami bertanya dimana orang yang menjual ale-ale.

Tetap semangat kami blusukan dari kampung ke kampung, asyiknya kami jadi lebih tahu kondisi perkampungan penduduk asli di Ketapang. Akhirnya sampailah kami ke sekumpulan ibu-ibu di depan sebuah rumah dengan tumpukan ale-ale segar yang baru diambil di muara sungai.

Kami pun bertanya berapa harga ale-ale. Mereka menyebut Rp10000/canting untuk ale-ale yang sudah dikupas, dan Rp6000/kg untuk ale-ale segar yang masih bercangkang. Temanku akhirnya membeli 5 canting ale-ale, yang langsung dikupaskan saat itu juga, fresh from the oven.

Sambil ibu-ibu itu mengupas ale-ale dengan cekatan, kujepret sana-sini mengabadikan momen itu dsambil ngobrol dengan ibu-ibu kampung yang ramah-ramah itu.

Mengupas Ale-ale dengan pisau khusus (dok. pribadi)
Akhirnya selesai juga 5 canting ale-ale kupas yang tidak sampai 30 menit mengupasnya. Ditaruhlah ale-ale kupas tadi di dalam botol bekas aqua, dan dimasukkan kantong plastik rapat-rapat karena mau dibawa di kabin pesawat agar tidak tercium baunya ataupun bocor tetesan airnya.

Sesampainya di Pontianak, keesokan harinya di kantor dimasaklah ale-ale yang malam harinya dimasukkan ke kulkas oleh teman-teman kantor, dan ternyata rasanya enak, segar, berbeda jika beli di pasar. Lebih fresh ini.

Ke Ketapang jangan lupa mencari oleh-oleh ale-ale segar atau kalau tidak mau repot ya ciciplah masakan yang ada ale-alenya. Sedikit tips: sebaiknya jika untuk oleh-oleh jangan beli ale-ale yang sudah diasinkan dalam botol karena itu sudah relatif lama dan asin banget, jadi rasa ale-alenya sudah tak nampak lagi kalah dengan rasa asin.

Bubur Paddas Sambas

Bubur Paddas Sambas (dok. pribadi)
Berkunjung ke Sambas belum afdol kalau belum mencicip masakan khasnya yaitu bubur paddas. Namun, kali ini bukannya di Sambas, melainkan kucicip untuk pertama kalinya bubur paddas di Ketapang, tapi si pembuatnya orang asli Sambas yang sudah puluhan tahun menetap di Ketapang, Kalimantan Barat.

Daun Kesum (dok. pribadi)
Apa sih bubur paddas itu? Ya semacam bubur tapi komposisi dominannya adalah sayur-sayuran. Beras yang digunakan sebagai bahan baku bubur ditumbuk terlebih dahulu tapi tidak sampai halus betul, masih kasar, kemudian disangrai dengan kelapa yang sudah diparut. Nah, yang yang membuat khas dari bubur ini adalah daun kesum, sejenis tanaman seperti gulma, yang sering tumbuh liar di pekarangan ataupun kebun, aromanya khas dan itulah yang menjadikan citarasa bubur paddas berbeda dengan yang lain. Dicampur dengan sayuran yang dirajang seperti kacang panjang, taoge, gambas, wortel, dan entah sayuran apalagi serta tentunya daun kesum. Ditambah dengan kacang tanah sangrai, ikan teri, bawang merah goreng, kerupuk, dan yang spesial di warung yang kami kunjungi ternyata ditambah potongan iga sapi yang semakin menambah sedap bubur paddas.

Kata orang bubur ini susah diterima oleh lidah orang Jawa, namun buatku bubur ini lebih sedap dan segar daripada bubur ayam. Nggak eneg, soalnya campuran berasnya tidak terlalu banyak sehingga tidak letrek-letrek mblenyek. Rasanya pun segar karena banyak sayur-sayuran. Tak terasa semangkuk penuh bubur paddas habis di mulutku, padahal aku termasuk orang yang tidak suka bubur.

Tentunya nggak disangsikan lagi bubur ini cukup sehat karena mengandung banyak sayur-sayuran. Jangan lihat penampilan luarnya yang tidak menarik, coba makan dan rasakan sensasi kesegarannya.

Thursday, April 9, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Kalstar

ATR 72-600 Kalstar Aviation (Dok. Pribadi)
3 hari sudah di Ketapang, dan siang tadi saatnya balik ke Pontianak. Nggak pakai Trigana Air tapi naik Kalstar. Sama-sama pakai pesawat ATR 72 namun beda seri. Trigana pakai ATR 72 - 200 kalau Kalstar pakai versi terbarunya ATR 72 -600 sama seperti yang dipakai Garuda Indonesia rute Balkikpapan -Pontianak

Pesawat yang kami tumpangi delay sekitar 45 menit. Kalstar dari Semarang baru mendarat pukul 15.22 WIB padahal seharusnya kami sudah take off pukul 14.45 WIB. Untungnya ruang tunggu Bandara Rahadi Oesman cukup lengang dan sejuk sehingga lumayan nyaman.

Uniknya meskipun tercantum nomor kursi di boarding pass kita, namun sistem tempat duduk di Kalstar siapa yang cepat masuk, dia bisa bebas milih tempat duduk. Jadilah kami buru-buru menuju boarding gate ketika petugas mengumumkan boarding. Untunglah aku bisa dapat kursi nomor 2 dari depan dan di samping jendela, puaslah aku potret sana-sini pemandangan di bawah sepanjang perjalanan. Cantik sekali ketika take off meninggalkan Ketapang ada pelangi melengkung setengah lingkaran sampai ke laut.

Perjalanan ditempuh 33 menit dengan ketinggian terbang sampai 10.500 kaki. Kabinnya persis sekali seperti ATR yang dipakai Garuda. Dengan ruang bagasi kabin yang lebih luas daripada milik Trigana Air, kondisi yang masih baru, dan yang paling penting suara mesin baling-balingnya nggak terlalu kencang berbeda halnya dengan Trigana.

Take Off dan landing berjalan mulus. Tapi sayangnya selama perjalanan tidak diberi minuman sama sekali, apalagi snack, haha.... namanya saja budget flight. Aku nggak sempat mencoba fasilitas toiletnya. Pramugarinya lumayan ramah, nggak sejutek pramugari Trigana yang sebelumnya kutumpangi.

Overall naik ATR 72-600 Kalstar cukup nyaman, cuma delaynya itu lho, tapi masih bisa ditolerir lah. So pilih mana, kalau mau ke Ketapang dari Pontianak naik Trigana Air atau Kalstar?

Wednesday, April 8, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 Trigana Air

Trigana Air ATR 72 (Dok. Pribadi)

Akhir-akhir ini kok kebetulan sering naik ATR ya. Akhir tahun lalu naik ATR Kalstar dari Tarakan ke Nunukan. Akhir Maret kemarin naik ATR 72 Garuda Indonesia dari Balikpapan ke Pontianak. Nah kemarin selasa kebetulan ke Ketapang naik ATR 72 Trigana Air.

Ini kali pertama aku naik Trigana Air. Jadwal keberangkatan pukul 8.15 WIB, namun anehnya counter check in di Bandara Supadio Pontianak baru dibuka pukul 7 pagi, nggak peduli bawa bagasi atau nggak. Mending kalau antreannya teratur, lha ini banyak penumpang yang menyerobot langsung ke depan, dan herannya petugas Trigana Air tetap melayaninya dengan ekspresi wajah yang seolah hal itu biasa aja.

Tibalah setelah antre selama 20 menit, barulah tibalah giliran kami untuk check in. Tiket yang kami beli dari agen travel ternyata sudah include airport tax. Namun, kami ada kelebihan bagasi lebih dari 22kg berhubung kami bertiga dan jatah bagasi per orang hanya 10 kg, sedangkan bawaan kami 52 kg. Jadilah kena charge sebesar Rp7000/kg, dengan toital charge Rp154.000, termasuk murah lah.

Ok, kami pun langsung menuju ruang tunggu di lantai 1. Ternyata pesawat delay sekitar 30 menit. Akhirnya tibalah saat boarding, kami pun dibawa dengan shuttle bus menuju apron parkir pesawat. Maklum lah nggak bisa pakai garbarata, lha wong pesawat kecil.

Seperti biasanya pesawat jenis ATR 72, kami masuk melalui pintu belakang, sedangkan pintu depan digunakan untuk pintu masuk bagasi. Kesan saat pertama kali masuk pesawat adalah pesawat yang sudah jadul dengan AC yang agak panas, "pantesan aja, muka-muka pramugarinya berkilau-kilau, o ternyata karena panas to!", pikirku saat itu.

Aku duduk kebetulan di nomor 3B (lorong) Pesawat ini tentunya berkapasitas 70 orang dengan 2 awak kabin. Susunan seatnya 2-2, dimulai dari nomor 1 di paling depan. Pintu darurat pun terdapat di samping kursi nomor satu.
Tapi aku nggak sempat mencoba toilet di Trigana Air ini, apakah sebersih toilet di Garuda Indonesia dengan jenis pesawat yang sama.
Kebetulan teman kantorku yang duduk di sebelahku baru pertama kali itu naik ATR 72 dan merasa kurang nyaman agak menakutkan, ditambah lagi pas landing terkesan menukik dan mendadak alias nggak smooth dengan goncangan yang relatif keras. Mungkin masih pilot baru, hehe.... Padahal saat aku naik Garuda Indonesia yang memakai pesawat sejenis (tapi lebih baru) mulus banget saat take off maupun landing.

Kalau pakai Garuda mendapatkan snack dan minuman yang bisa milih, di Trigana Air cuma diberikan Teh Sosro Kotak tanpa snack. "Wah enak banget ya pramugarinya, nggak perlu repot-repot menyajikan makanan", celetukku pada teman di sebelahku.

Sekitar 30 menit di udara, sampailah kami di bandara Rahadi Usman Ketapang. Bandara kecil di sebuah Kabupaten di ujung paing selatan Provinsi Kalimantan Barat. Lumayan sepi bandaranya, tapi yang kusuka bukan fasilitasnya melainkan bagasiku cepat diturunkan ke conveyor belt.

Akhirnya bisa ke Ketapang juga yang terkenal dengan Batu Kecubungnya.... Naik ATR 72, siapa takut???

Tuesday, April 7, 2015

Perjalanan ke Ketapang

Tugu Ale-Ale Ketapang (Dok. Pribadi)
Ketapang, kayak nama pelabuhan penyeberangan di ujung timur Pulau Jawa tepatnya di Banyuwangi yang sekitar 16 tahun lalu pernah kulalui saat study tour kelas 3 SMP. Namun Ketapang yang satu ini beda, bukan nama pelabuhan melainkan nama sebuah Kota di Kalimantas Barat.

Kebetulan hari ini aku ada tugas ke Ketapang sampai hari Kamis esok. Kami bertiga dari Pontianak kebetulan naik Trigana Air dengan Pesawat ATR 72 dengan baling-balingnya yang super bising, maklum lah bukan pesawat baru. Beda rasanya dengan Garuda Indonesia yang kunaiki dari Balikpapan ke Pontianak meskipun sama-sama menggunakan pesewat ATR 72, yang pasti punya Garuda jauh lebih baru. Nanti aku review pengalaman naik ATR 72 Trigana Air.

Kira-kira 30 menit kami sudah sampai di Ketapang, sebuah kota yang dikelilingi sungai alias terletak di delta sungai-sungai besar (aku belum sempet googling nama sungainya).

Nggak seperti yang kuduga sebelumnya, ternyata Ketapang lumayan gede dan rame juga lho. Di sini ada restoran cepat saji KFC, adapula jaringan hypermarket dari Matahari Group alias Hypermart, dan jangan salah ada Hotel Aston juga lho disini (aku sudah gatal mau me-review Hotel Aston Ketapang ini di Trip Advisor). Luar biasa perkembangan salah satu kota di ujung selatan provinsi Kalimantan Barat ini. Denger-denger sih kota ini ditopang pendapatan dari Perkebunan Kelapa Sawit dan Tambang Bauksit.

Aksesibilitas ke Ketapang ini relatif cukup mudah terutama dengan moda transportasi udara. Bisa pakai Trigana rute Pontianak-Ketapang-Pangkalan Bun, ataupun Kalstar rute Pontianak-Ketapang-Semarang. Mungkin masih ada penerbangan lain yang belum sempat kucari tahu.

Nah, yang terkenal dari Ketapang ini adalah Batu Kecubung Ketapang yang terkenal berkualitas sangat bagus. Barusan aku jalan-jalan jkeliling kota, banyak sekumpulan pria rame bergerombol di pinggir jalan mengerumuni sesuatu yang ternyata pedagang akik. Memang akhir-akhir ini dimana-mana lagi booming batu akik, tapi ya harus hati-hati juga beli Kecubung di Ketapang meskipun daerah asal Kecuibung, ada juga kecubung abal-abal ataupun berkualitas rendah. Ajaklah orang yang mengerti batu akik terutama kecubung ketika mau membelinya.

Ketapang, sebuah Kota yang perkembangannya sangat pesat dengan potensi yang luar biasa. Entah kapan lagi aku berkesempatan mengunjungi Ketapang ini. Suatu saat lah....

Monday, April 6, 2015

Kantor Pos Kini

Kantor Pos Balikpapan Baru (dok. pribadi)
Aku masih ingat saat-saat itu ketika aku mengirimkan kartu pos-kartu pos dengan tempelan kupon sayembara ketoprak dari surat kabar ke dalam kotak pos berwarna oranye yang ada di pinggir-pinggir jalan utama di kotaku. Ya dekade 90-an adalah jaya-jayanya kantor pos sebagai perseroan dengan bisnis jasa pengiriman surat maupun paket.

Sebelum ada sms, email, jika kita ikutan kuis seringkali harus mengirimkan jawabannya lewat pos. Demikian ramai riuh suasana kantor pos saat itu. Ada yang sekedar beli perangko, mau kirim surat kilat khusus, kirim wesel pos, atau sekedar beli pernak-pernik benda pos bagi yang hobi filateli. Berkirim kartu ucapan lebaran ataupun tahun baru melalui pos merupakan hal yang rutin dilakukan setiap tahun. Begitu kuat ikatan persahabatan yang terjadi kala itu, meski tidak berkomunikasi melalui sms ataupun telepon. Surat ternyata mampu membuat ikatan batin antar dua insan yang saling mencinta semakin kuat, janinan persahabatan semakin bermakna, ataupun mendekatkan orang tua di kampung dengan si anak di perantauan. Itulah dahsyatnya surat yang sulit tergantikan dengan SMS ataupun email saat ini. Bagaimana deg-degannya seseorang yang sedang dimabuk asmara membuka sampul surat dari sang kekasih tercinta yang terpaut jarak ratusan bahkan ribuan kilometer darinya. Masa-masa yang sulit dilupakan....

Banner Layanan Wesel Pos Instan (dok. pribadi)
Bagaimana asyiknya saling bertukar perangko koleksi ataupun mengorek-ngorek tempat sampah kantor hanya sekedar mencari perangko-perangko yang masih tertempel di amplop. Bagaimana cara melepaskan perangko yang menempel di amplop dengan merendamnya di air agar tidak robek ketika dilepas dari amplop, yang pasti banyak anak sekarang yang tidak mengenal teknik itu. Boro-boro mengenal teknik melepas perangko, melihat perangko pun sudah jarang bagi anak-anak sekarang. Lha wong kantor posnya sendiri sudah jarang mencetak perangko, dan entah masih ada sistem mengirim surat dengan ditempeli perangko atau tidak, karena sudah lebih dari sepuluh tahun ini kalau aku berkirim surat ke kantor pos tidak menggunakan perangko lagi, dan sepertinya sudah tidak ada yang mengirimkan surat melalui kotak pos. Banyak kotak pos yang mangkrak di tepi jalan, bahkan sudah hilang tak berbekas lagi.

Udah ya mengenang masa-masa 'romantis' kita dengan kantor pos, kalau mau dibeber semua, nggak habis-habis ntar artikel ini. Ok, lalu bagaimana Kantor Pos saat ini?

Kantor Pos tentu masih saja eksis sampai saat ini. Tapi kok pamornmya menurun hampir dua dekade ini? Ya sekarang sudah banyak jasa ekspedisi yang dikelola oleh swasta seperti JNE, TiKi, RPX, First Logistic dan masih banyak lagi lainnya. Mereka seolah-olah telah berhasil mempecundangi Kantor Pos yang puluhan tahun bercokol di bisnis ini. Bahkan di zaman toko online sekarang ini, pihak toko online ataupun customernya lebih banyak menggunakan jasa ekspedisi swasta untuk pengirimannya. Kok bisa kantor pos dipecundangi dalam bisnis ini? Bukannya jaringan kantor pos sudah sampai kecamatan-kecamatan di pelosok Indonesia, kok bisa kalah 'anak baru kemarin sore'?

Ya begitulah sindrom zona nyaman, ternyata nggak hanya menimpa individu melainkan sebuah organisasi ataupun perusahaan sekelas kantor pos. Nggak hanya di dalam negeri berbagai perusahaan kelas dunia semacam Motorola, Nokia, Blackberry yang terjebak oleh zona nyaman, nggak sadar bahwa lingkungan berubah secara cepat, selera pasar sangat dinamis. Di saat para pesaing fokus dengan klualitas pelayanan, eh kantor pos malah masih dengan paradigma lama, yang penting murah, tapi kecepatan pengiriman dinomor sekiankan, ya beralihlah para pelanggannya.

Banyaknya keluhan terhadap kantor pos selama ini membuat stigma negatif kantor pos di mata masyarakat. Yang lambat lah pengirimannya, yang sering hilang atau nyasar kemana lah paketnya, dan banyak lagi penilaian negatif masyarakat selama ini terhadap kantor pos.

Namun, saya salut dengan apa yang dilakukan oleh kantor pos akhir-akhir ini. Pelayanan pos sekarang tidak kalah cepat dan aman dibandingkan ekspedisi swasta. Barang yang dikirim pun bisa dilacak secara online statusnya sampai dimana  semuanya bisa dicek di website kantor pos, jadi nggak bikin khawatir bin was-was akan kiriman kita. Kita pun sebagai konsumen sangat diuntungkan dengan pelayanan pos yang semakin bagus, dengan tarif yang terjangkau, tapi tidak mengesampingkan pelayanan.

Aku berharap kantor pos mempunyai inovasi-inovasi baru sehingga keberadaannya tidak sekedar dikenal sebagai partner Western Union ataupun tempat pengumuman lowongan kerja yang sering ditempel di papan pengumuman kantor pos

Sunday, April 5, 2015

Pantai Mimi Land [Batu Payung] Singkawang

Sunset di Pantai Mimi Land Singkawang (dok. pribadi)
Puas melihat Singkawang dan pantai-pantainya dari atas bukit, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Pantai Batu Payung atau yang lebih dikenal dengan Pantai Mimi Land. Mimi Land bisa diibaratkan Ancolnya Singkawang dengan berbagai wahana permainan di tepi pantainya namun dengan pemandangan Pantai yang lebih indah dipadu dengan pulau kecil di hadapannya yang dengan apik membingkai matahari yang akan tenggelam ke peraduannya. Pemandangan Sunset di Pantai ini sungguh luar biasa. Matahari tenggelam dengan anggun di antara dua pulau di seberang pantai. Cahaya keemasannya pun memantul di pasir pantai yang tersibak debur ombak.

Cottage-Cottage di Bibir Pantai Mimi Land (dok. pribadi)
Penginapan bergaya Mediterania di bawah bukit (dok.pribadi)
Kami memilih Mimiland, karena kondisi Pantainya jauh lebih bersih dan bagus dibanding pantai-pantai tetangganya. Dikelola secara profesional dan menurutku sangat potensial sekali dikembangkan. Sayang kami datang ke pantai sudah lebih dari pukul 5 sore sehingga berbagai wahana bermain yang ada sudah berhenti beroperasi. Tapi untungnya cuaca saat itu sedang cerah sehingga kami bisa melihat sunset yang indah.

Mimiland berada di antara Kota Singkawang dan Mempawah. Bisa ditempuh kira-kira 2,5 jam dari kota Pontianak. Ketika kami menuju Mimiland, kami kebablasan masuk ke kampung-kampung Tionghoa di sekitar pantai, yang mana juga banyak wisatawan lokal yang mampir di pantai-pantai gratis yang dikelola warga setempat dengan kedai-kedai makan di pinggirnya. Kalau masuk ke kawasan Mimiland memang harus membayar Rp25ribu per orang, yang mana saat itu kami hanya ditarik tiket Rp60ribu untuk empat orang. Entahlah, atau karena sudah sore maka tiketnya didiskon ya, hehe....

Tapi nggak rugi dengan tiket segitu, kita bisa menikmati pemandangan yang indah dengan kondisi pantai yang bersih lengkap dengan fasilitasnya. Di Mimiland juga terdapat cottage-cottage yang berjejer apik di bawah bukit pinggir pantai. Penginapan bergaya mediterania yang sangat cocok untuk liburan keluarga.

Deretan pohon cemara udang juga menambah keasrian pantai ini. Perlu promosi dan diadakan berbagai event untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke pantai ini, karena sepengamatanku sekilas, Pantai ini sepi pengunjung padahal aku datang pas akhir pekan, apalagi kalau weekdays, pasti sepi banget.

Komedi Putar di Arena Taman Bermain Mimi Land (dok. pribadi)
Wahana bermain di pantai ini lumayan lengkap untuk sekelas objek wisata daerah. ada semacam ontang-anting seperti di ancol, bianglala, komedi putar, arena flying fox yang lumayan panjang dari bukit ke tepi pantai, dan berbagai macam wahana lainnya yang nggak sempat kuamati secara lengkap karena hari sudah mulai gelap saat itu. pantai ini juga relatif aman untuk berenang dengan ombaknya yang tidak besar karena sudah terhalang oleh pulau-pulau kecil di seberang pantai. Namun, untuk anak-anak tetap perlu mendapat pengawasan orang tua ketika berenang di pantai. Pasir pantai Mimi land termasuk pasir yang agak padat sehingga cocok untuk bermain anak-anak membuat istana pasir.

Singkawang memang mengukuhkan dirinya sebagai kota wisata di Kalimantan Barat. Tak salah memang dengan klaim itu, mengingat Singkawang mempunyai berbagai macam objek wisata yang cukup lengkap mulai dari pantai-pantainya yang indah, perbukitannya yang asri, kebun binatang, sampai dengan wisata kotanya yang nggak kalah seru.

Kalau ke Kalimantan Barat mampir ke Singkawang ya....

Narsis bersama kawan (dok. pribadi)

Saturday, April 4, 2015

Hobi Berkebun: Belimbing Wuluh

Belimbing Wuluh nyelip diantara daun (dok. pribadi)
Berkebun memang hobi yang mengasyikkan bagi sebagian orang, termasuk diriku. Tanganku gatal kalau lihat ada tanah kosong yang nggak ada tanaman produktifnya. Dulu saat aku pertama kali menghuni rumah baru pada pertengahan tahun 2012 lahan masih banyak lahan tersisa di sekeliling rumah, maklum rumahnya sangat mungil cuma 39 m2, padahal keseluruhan luas tanah rumahku yang kebetulan berada di hook itu seluas 135 m2, lumayan luas untuk ukuran lahan rumah menengah bawah di Jabodetabek yang kini rata-rata hanya seluas 60-72 m2 saja.

Nggak mau nunggu lama-lama segera kutanami berbagai macam tanaman produktif di sisa tanah di depan, samping dan belakang rumah. Salah satu yang kutanam adalah Belimbing Wuluh. Kubeli bibitnya di Toko Trubus Sektor 9 Bintaro. Mengapa aku menanam Belimbing Wuluh, kan buahnya nggak enak dimakan, beda banget sama belimbing buah alias Star Fruit yang enak dibikin rujak atau dimakan langsung. Iya memang belimbing wuluh tidak dikonsumsi sebagai buah, melainkan sebagai pelengkap masakan asam. Kebetulan aku penggemar sayur asem, garang asem, pepes ikan yang kesemuanya jika diberi irisan belimbing wuluh semakin segar rasanya.

Baru denger namanya saja, apalagi membayangkan buahnya, sudah bereaksi kelenjar ludah di mulut ini terbayang akan rasa masamnya, hmmmm...... Belimbing wuluh untuk masakan-masakan tertentu bisa digunakan sebagai pengganti asam jawa ataupun tomat muda. Namun, keberadaannya tidak dibudidayakan secara masal layaknya tomat, karena memang penggemarnya yang terbatas.

Buah bergelantungan di dahan (dok. pribadi)
Belimbing wuluh sangat mudah dibudidayakan. Seringkali dibudidayakan dengan perbanyakan generatif yang berarti dari biji. Biasanya di bawah pohon belimbing wuluh yang sudah berbuah tidak jarang dijumpai anakan-anakan belimbing wuluh yang tumbuh dari biji buah yang sudah matang dan terjatuh di tanah. Belimbing wuluh termasuk tanaman yang tahan hama dan tidak terlalu tinggi pohonnya, sehingga cocok ditanam di sekitar rumah. Perlu sinar matahari yang cukup  banyak untuk pertumbuhan pohon yang baik.

Belimbing wuluh akan cepat berbuah jika mendapat asupan nutrisi yang cukup, sinar matahari dan air yang cukup. Bunga belimbing wuluh yang berwarna merah keunguan akan muncul di sepanjang batang ataupun dahan, dan jika terserbuki akan berubah menjadi belimbing wuluh yang bergerombol.

Belimbing wuluh yang kutanam di pojok pekarangan rumah bahkan jarang kupupuk dan terdesak dengan pertumbuhan pohon bambu jepang yang ada di sepanjang pagar rumah, namun tetap saja buahnya sangat banyak dan tentunya nggak habis kukonsumsi sendiri, bisa dibagi-bagi ke tetangga lah.......

Belimbing wuluh sangat cocok ditanam di pekarangan yang sempit karena tajuk pohonnya yang nggak terlalu lebar dan lebat, sehingga nggak mengganggu bangunan rumah atau jalan di sekitarnya.

Bergerombol kayak anggur (dok. pribadi)
Nah, pertengahan Maret kemarin aku kebetulan ada tugas ke Jakarta, kusempatkan lah mampir ke rumah di Tangerang Selatan. Betapa terkejutnya aku melihat Belimbing Wuluh milikku berbuah sangat lebat dan ukurannya besar-besar. Seneng banget rasanya, meski aku nggak sempat menikmatinya, toh masih bisa dibagikan ke tetangga-tetangga.

Ayo Menanam!

Baca juga: Menanam Jeruk Chokun

Friday, April 3, 2015

Cara Cepat Registrasi Paket Data Internet Tri 3

Berlangganan Paket internet saat ini gampang dan murah banget, berbeda dengan pertama kali aku langganan paket internet unlimited dari centrin pertengahan dekade 2000-an yang relatif mahal saat itu. Gimana tidak, biaya langganan sekitar 200ribuan hanya dapat kecepatan beberapa puluh kbps saja, nggak usah ditanya leletnya kayak apa.

Nah, sekarang bukan voice, bukan sms lagi yang menjadi primadona pendapatan operator seluler, melainkan DATA. Persaingan harga antar operator pun berimbas pada turunnya harga paket data internet dibandingkan beberapa tahun silam. Tapi adapula operator yang malah menaikkan menaikkan harga paket datanya, apalagi berbeda-beda harga paketnya per zonasi yang semakin menambah mahal harganya. Mungkin si operator tadi tidak mau lagi terjebak perang tarif dengan operator lain melainkan ingin meningkatkan kualitas layanan datanya kepada para pelanggan setianya. May Be....

Tapi untuk aku yang masih termasuk kalangan Price sensitive, soal harga adalah nomor satu, baru setelah itu kualitas layanan, hehe.... Begitu pula soal urusan milih paket internet. Saat ini selain aku menggunakan paket internet dari indosat, aku juga memakai Paket Data dari operator Tri 3. Mengapa Tri? Ya alasan utamanya itu adalah murahnya.

Seringkali teman-teman yang memakai paket internet Tri, suka membeli kartu perdana baru berisikan paket data tertentu dan kalau habis langsung dibuang alias beli perdana lagi. Memang sih, lumayan lebih murah beli kartu perdana berisikan paket tertentu daripada membeli paket data dari kartu Tri existing yang sudah ada. Namun, selama ini aku lebih suka membeli/memperpanjang paket data Tri bukan membeli kartu perdana sekali buang. Sayang soalnya nomor kartu Tri-ku terlanjur cantik, hehe....

Nah, untuk beli paket data internet tri cukup mudah, tinggal buka aplikasi Bimatri di smartphone dan pilih paket data pilihan kita. Kalau belum ada aplikasi Bimatri, bisa didownload di Apple Appstore, Google Playstore, Blackberry world ataupun windows phone appstore.

Masalah yang sering muncul ketika memakai aplikasi bimatri ini adalah seringkali eror atau lama loadingnya. Nah, alternatif solusi lainnya adalah mendaftar paket data dengan hanya menekan beberapa nomor dan simbol seperti halnya ketika mau ngecek sisa pulsa.

Untuk registrasi paket data internet Tri bisa tekan *234# OK nanti ada beberapa pilihan paketnya. Ada pilihan:
1. Always On (AON)
2. kuota ++ Reguler
3. kuota ++ Kenyang Download (00-06 WIB)
4. Paket Reguler
Kita tinggal membalas misal kita milih paket kuota ++ reguler maka kita balas dengan mengetik angka "2" dan OK.

Nanti akan muncul pilihan paket:
1. 100 MB (Rp5rb)
2. 400 MB (Rp10rb)
3. 1.25 GB (Rp25rb)

Jika kita memilih paket 1.25GB maka kita balas dengan mengetik angka "3" kemudian OK. Maka kita akan segera mendapat notifikasi SMS jika paket 1.25GB yang kita beli sudah aktif.

Ada cara yang lebih cepat untuk membeli paket internet Tri, misal kita ingin membeli paket 1.25 GB maka kita langsung saja tekan *234*2*3# kemudian OK. Sesdaat kemudian kita langsung dapat notifikasi SMS jika paket data kita sudah aktif. Cukup mudah bukan?

Thursday, April 2, 2015

Kabin Pesawat ATR 72 - 600



Kabin ATR 72 - 600 Garuda Indonesia (Dok. Pribadi)
Pada artikel sebelumnya sudah kutulis pengalaman naik ATR 72-600 saat penerbangan dari Balikpapan menuju Pontianak via Palangkaraya. Nah, sekarang akan sedikit kubahas tentang kondisi kabin pesawatnya.

Mirip dengan Pesawat Bombardier CRJ-1000, bedanya yang satu baling-baling yang satu jet. Formasi tempat duduknya sama yaitu 2-2, namun jumlah kursi penumpangnya lebih sedikit yaitu hanya untuk 70 orang. Kursi lipat untuk pramugari pun hanya dua buah, praktis pramugarinya ya hanya dua saja. Nah, ada 2 pintu masuk untuk pesawat jenis ini. Pintu masuk yang pertama berada persis di belakang kokpit pesawat itu hanya untuk ruang bagasi. Sedangkan penumpang seluruhnya naik melalui pintu belakang. Jadi jika mau turunnya cepat, bisa memilih kursi yang paling belakang.

Selain paling dekat dengan pintu masuk penumpang, kursi paling belakang mempunyai keuntungan lainnya yaitu dekat dengan Toilet, yang hanya satu-satunya terdapat di pesawat itu. bahkan jika saat penerbangan si Pilot kebelet pipis, juga pergi ke bagian paling belakang kabin pesawat.

Closet di Toilet Pesawat ATR 72 (dok. pribadi)
Ngomong-ngomong soal toilet pesawat, saat penerbangan kemarin itu seingatku pertama kalinya aku ke toilet pesawat lagi setelah pertama kali naik pesawat pada tahun 2005 silam. Toiletnya kecil, sempit, namun cukup bersih dan lengkap fasilitas pendukungnya. Sebagian besar material toiletnya dari stainless steel. Ada wastafelnya plus sabun cairnya, ada tempat sampah, tisu, cermin, closet duduk, pegangan dinding untuk para manula, dengan kunci yang mudah ditutup buka, sehingga bisa mengantisipasi terkunci di toilet hanya gara-gara kunci yaang seret.

Nah mengenai tempat duduk, yang paling depan dimulai dengan nomor 21. Kebetulan aku duduk di kursi 21k yang tepat di samping jendela sebelah kanan. Bangku paling akhir bernomor 38 kalau nggak salah. Ruang kaki di kursi 21 yang kebetulan berada paling depan cukup lebar dibandingkan dengan nomor lainnya, mengingat kursi paling depan itu juga berada di samping pintu darurat.

Wastafel Toilet ATR 72 (dok. pribadi)
Untuk ruang bagasi kabin ukurannya hanya muat manamung tas punggung sedang. Kalau koper medium yang biasanya bisa ditaruh di bagasi kabin pesawat jet komersial, di pesawat jenis ini jelas tidak bisa. Nah, untuk mencegah adanya bawaan penumpang yang besarannya melebih kapasitas bagasi, bersiagalah petugas yang memberikan semacam pita kertas berwarna pink yang bisa disematkan di tas bawaan yang sekiranya tidak bisa ditaruh di bagasi kabin maka akan dibawa si petugas ke bagasi pesawat yang bisa langsung diambil di dekat pintu pesawat ketika landing.

Pesawat ATR 72-600 memang sangat cocok untuk mendarati bandara-bandara kecil ataupun perintis, karena tidak memerlukan landas pacu yang terlalu panjang. Overall naik pesawat ATR 72-600 Garuda Indonesia cukup menyenangkan karena tidak terbang terlalu tinggi sehingga masih bisa melihat indahnya zamrud khatulistiwa yang di beberapa spot sudah nampak bopeng-bopeng bekas pembalakan liar ataupun penambangan.

Baca juga: Pengalaman naik ATR 72 -600 Garuda Indonesia

Nomor Telepon Transcab Terbaru

Naik taksi memang pilihan paling nyaman di tengah transportasi publik yang amburadul di Jakarta. Tapi tarifnya juga 'nyaman'......! Kalau Blue Bird Group memang bagus pelayanannya, tapi tarifnya agak lebih mahal daripada taksi lainnya yang rata-rata memasang tarif bawah. Diantara taksi yang memasang tarif bawah adalah Taksi Ekspress dan Taksi Transcab. Jadi kalau dari bandara aku lebih sering memakai jasa taksi ekspress, sedangkan kalau dari rumah ke bandara aku lebih memilih taksi Transcab.

Kebetulan rumahku berada di daerah Sarua, Ciputat, Tangerang Selatan. Nah, pool taksi yang paling dekat dengan rumah ya taksi Transcab yang berada di Jalan Aria Putra. Jelaslah aku memilih taksi transcab ketika aku mau ke Cengkareng yang jaraknya sekitar 30 km dari rumah atau ke Stasiun Gambir yang jaraknya sekitar 25 km dari rumah manakala mau mudik ke Tulungagung.

Kalau mau pesan Taksi Blue Bird atau Ekspress sekarang sudah ada aplikasinya tersendiri yang bisa diinstal di berbagai platform smarthphone. Berbeda dengan dua rivalnya tadi, taksi transcab belum mempunyai aplikasi melalui ponsel, melainkan masih menggunakan hotline yang dulu di nomor 021-58355500 berubah menjadi 021-29855000. Seringkali aku masih memanggil nomor telepon lama, dan ketika googling pun hotline transcab masih menampilkan nomor telepon lama. Maka dari itu, aku menulis artikel ini agar pembaca mudah menemukan nomor telepon terbaru taksi Transcab untuk melakukan reservasi. Nah, bagusnya database pemesanan transcab ini, ketika kita menelpon, si customer service sudah tahu identitas kita yang menelpon. Dia tinggal memastikan mau dijemput di rumah (mereka sudah tahu alamatnya) atau dijemput dimana.

Selain menawarkan tarif bawah, Transcab juga menyajikan hiburan tv kabel mobile, jadi kita bisa terhibur dengan menonton tv kabel sembari di tengah kemacetan Jakarta.

Baca juga: Pengalaman Naik Taksi Transcab

Wednesday, April 1, 2015

Tugu Khatulistiwa [Equator Monument] Pontianak, West Borneo, Indonesia

Tugu Khatulistiwa Baru tampak dari luar (dok. pribadi)
Sebenarnya nggak kurencanakan kunjunganku ke Tugu Khatulistiwa pekan lalu. Kebetulan hari sabtu kemarin, aku bersama dua kolegaku dan sopir kantor berakhir pekan di Singkawang. Nah, di luar rencana semula, ternyata kami melewati Area Tugu Khatulistiwa di pinggiran kota Pontianak, antara jalan yang menghubungkan Pontianak dengan Mempawah.

Cukup ramai kala itu wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan lokal. Nampak satu dua bule yang sedang berfoto ria di pelataran Tugu. Monumennya memang tidak setinggi Monumen Nasional alias Monas di Jakarta, tapi ini adalah salah satu Monumen Unik yang ada di dunia kebanggaan warga Pontianak, karena keberadaan Tugu Khatulistiwa ini menandakan bahwa Pontianak adalah kota yang dilewati garis imajiner Khatulistiwa alias equator.

Ternyata Monumen yang asli bukan yang tampak dari luar. Jika kita ingin melihat monumen yang asli  maka kita harus masuk ke dalam ruangan di bawah monumen yang nampak dari luar. O.... ternyata saat aku masuk di dalam sedang riuh dengan anak SD yang sedang study tour. Di Bagian tengah ruangan itu ternyata ada Monumen yang bentuknya sama dengan monumen yang di luar tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan disangga dengan sejenis kayu yang kuat, yang kalau tidak salah namanya kayu Bulian atau yang lebih dikenal dengan kayu ulin alias kayu besi.

Tugu Khatulistiwa Asli di dalam Museum (Dok. Pribadi)
Di sekeliling dinding museum, terpampang foto-foto dokumentasi tugu khatulistiwa sejak berdiri pertama kali  sampai dengan dibangunnya monumen tiruan di atasnya yang lebih besar. Sejarah pembuatan Tugu khatulistiwa ini pun dijabarkan secara lengkap, pantas saja anak-anak SD study tour di sini, selain untuk berwisata juga untuk belajar sejarah dan ilmu bumi.

Nah, ketika aku sedang asik-asiknya memotret berbagai foto di dinding museum, aku dikejutkan dengan teriakan seorang pria melalui loudspeaker yang ternyata si penjaga museum yang memarahi salah satu pengunjung yang nekat naik ke kayu tugu khatulistiwa yang asli hanya untuk sekedar berfoto, padahal sudah ada larangan untuk tidak memanjat kayu tugu. Meskipun kayu tersebut sudah hampir berumur seratus tahun dan masih tampak kokoh, tapi kalau sering dipanjat pengunjung strukturnya pasti akan cepat rusak..

Tidak dipungut biaya tiket untuk masuk ke kawasan Tugu Khatulistiwa, kita hanya cukup menulis buku tamu yang tersedia di pintu masuk museum. Saat aku berkunjung kesana, pengelolaan kawasan Tugu Khatulistiwa kesannya seperti dikelola seadanya. Namun, aku melihat baliho yang menggambarkan bahwa kawasan Tugu Khatulistiwa segera dipercantik dengan adanya taman bermain. tapi menurutku keberadaan taman bermain malah mengurangi aura/roh dari Tugu Khatulistiwa itu sendiri. Lebih baik di sekelilingnya dibangun taman luas yang cantik, sehingga menambah wibawa dan keanggunan Tugu Khatulistiwa.

Yang membuatku agak nggak sreg juga saat itu adalah, lokasi parkir mobil dan bus wisata yang  mepet banget dengan pelataran Tugu Khatulistiwa, sehingga kesannya kurang rapi dan memperjelek pemandangan Tugu Khatulistiwa secara keseluruhan.