Saturday, January 5, 2013

Menjamurnya Perumahan di Perbukitan Balikpapan

Perumahan Sederhana di Perbukitan Balikpapan (dok. pribadi)
Gersang, tandus, panas, terpencil dan kurang tertata, itulah kesan pertamaku saat diajak berkunjung ke rumah temanku di kawasan pinggiran kota Balikpapan.

Mengawali tahun 2013 ini, saat istirahat jam kerja di hari pertama kerja tahun ini, aku diajak temanku berkunjung ke rumah barunya. Rasa penasaranku akan rumah barunya akan segera terobati. Dari kantor dibonceng olehnya naik motor ke arah pinggiran kota, di kawasan perbukitan yang sangat asing bagiku, maklum aku baru 3 bulan tinggal di Balikpapan.

Begitu memasuki areal perumahan, disambutlah jalan berdebu karena belum seluruhnya kawasan perumahannya dibeton jalannya, baru sepotong-sepotong. Jalan naik turun bukit yang menurutku terlampau curam, apalagi masih banyak jalan tanah, yang pastinya akan sangat licin jika hujan tiba. Namun, temanku masih tetap antusias dan tidak sedikit pun tersirat rasa jenuh di wajahnya, aku sangat salut kepadanya.

Setelah perjalanan kira-kira 20 menit dari kantor, sampailah kami di rumahnya. Rumah mungil Tipe 36 dengan luas tanah 135 meter persegi. Sebuah rumah mungil yang cukup bersih yang terletak di pojok blok (hoek).

Tampak olehku pengerjaan siring (tanggul) mengelilingi rumahnya yang belum selesai. Dia 'terpaksa' harus membuat semacam tanggul agar limpasan air hujan dari kawasan atas bukit tidak masuk ke rumahnya, karena drainase standar yang dibuat developer sangatlah tidak layak untuk mengalirkan limpasan air hujan dari atas. Alhasil beberapa minggu yang lalu saat hujan deras mengguyur kawasan perumahannya, limpasan air hujan dari atas bukit masuk dengan sangat deras ke dalam rumahnya, sehingga membuat trauma anaknya yang masih berusia 2 tahun yang kebetulan ada di rumah.

Temanku membeli rumah itu seharga 125 juta. Angka yang relatif kecil jika dibandingkan rata-rata rumah di Balikpapan yang harganya sudah melambung tinggi di atas 300-jutaan. Spesifikasi rumahnya sangatlah sederhana. Hanya bangunan dengan dinding batako tanpa acian, dengan tulangan menggunakan kayu ulin, dan lantai semen. Temanku pun harus merenovasinya dengan jumlah lebih dari 20 juta agar layak ditempati, belum lagi pembuatan tanggul rumah yang menghabiskan lebih dari 30 juta. Alamak..... banyak banget.

Siang itu dia sengaja pulang ke rumah untuk mengisi air di tandon air rumahnya. Dia belum punya sumur sendiri, karena menurutnya sangat mahal membuat sumur di Balikpapan dan airnya pun belum tentu bersih. Jaringan PDAM-pun belum masuk ke perumahannya. Jadilah dia harus mengisi tandon airnya dari tandon besar milik developer yang letaknya sekitar 75 meter dari rumahnya. Kebetulan letak rumahnya lebih rendah dari tandon developer sehingga bisa dialirkan melalui selang secara manual. Rutinitas mengisi tandon air dia jalani hampir setiap 2 hari sekali. Perjuangan yang hebat!!!

Selama kurang lebih 30 menit di rumahnya, aku mengamati lingkungan di sekitarnya. Perumahannya ini mempunyai kontur yang tidak rata, karena merupakan kawasan perbukitan. Bukit-bukit yang semula menghijau, dikepras, diratakan, ditebang pohonnya untuk dijadikan perumahan. Tidak hanya perumahan tempat tinggal temanku saja, banyak lokasi lainnya di Balikpapan yang mengkonversi fungsi ekologis perbukitan sebagai lahan hijau daerah resapan air berubah menjadi perumahan. Perbukitan di Balikpapan sebagian besar merupakan tanah jenis Podsol yang warnanya kuning, labil/rapuh, dan miskin hara. Tanah jenis ini sulit untuk ditanami, sehingga jika pepohonan yang sudah ada ditebang, akan membutuhkan waktu yang relatif lama untuk menumbuhkan pohon di tanah jenis ini. Rapuhnya dan labilnya struktur tanah Podsol terutama di kawasan perbukitan sangatlah tidak cocok jika dibangun perumahan karena rawan longsor jika hujan tiba ataupun terjadi gerakan tanah lainnya misalnya ambles. Namun, dikarenakan kontur kawasan Balikpapan yang sebagian besar berbukit-bukit dan super mahalnya tanah di daerah datar menjadikan kawasan perbukitan sebagai pundi-pundi pohon uang bagi developer perumahan di Balikpapan.

Buruknya perencanaan tata ruang wilayah Balikpapan menjadikan potensi bencana di kemudian hari. Kerusakan ekologis kawasan perbukitan yang menghilangkan fungsinya sebagai catchment area dan paru-paru kota akan memperburuk kualitas lingkungan. Semoga Pemkot Balikpapan segera mengambil langkah strategis untuk menata maraknya alih fungsi lahan khususnya perbukitan menjadi perumahan, sehingga bisa tercipta tata ruang wilayah kota Balikpapan yang berbasis eco friendly development.

No comments:

Post a Comment