Friday, August 2, 2013

Pengalaman Naik Pesawat Garuda Bombardier CRJ 1000

Hujan deras yang mengguyur Balikpapan sejak dini hari waktu sahur tadi belum berhenti menjelang waktu sholat Jumat. Kebetulan aku belum check in untuk penerbanganku dengan Garuda sore ini ke Surabaya. Web check in Garuda yang selalu eror, phone check in yang juga tidak bisa karena kata si operator sistem check in garuda via web masih dalam masa maintenance, jadilah si operator menyarankanku untuk check in langsung ke bandara.

Hujan yang lebat menyurutkan niatku ke bandara pagi tadi. Untungnya ada temanku yang naik mobil ke bandara untuk check in, sekalian aja aku nitip untuk di check in-kan.

Temanku yang pergi ke bandara itu kebetulan satu pesawat denganku sore ini. Sebelum berangkat aku berpesan kalau bisa tempat duduk yang dekat jendela, atau kalau tinggal yang belakang boleh juga ambil yang posisi lorong, namun kalau abis semua tidak masalah jika harus posisi di tengah-tengah.

Temanku pun menelponku kalau dia sudah berhasil check in, namun tempat duduknya tidak sesuai yang diharapkan yaitu nomor 17B untuknya dan 17E untukku. Huruf B dan E pada penerbangan yang sering kupakai memang identik dengan bangku di tengah yang jarang orang memilihnya kalau tidak terpaksa kehabisan yang jendela ataupun lorong. Berbeda jauh dengan ekspektasinya membuat temanku agak jengkel dengan mbak-mbak petugas check in di counter garuda Bandara Sepinggan.

Tibalah waktu kami untuk boarding. Tepat pukul 17.05 WITA (sesuai jadwal semula) semua penumpang penerbangan Garuda dengan nomor GA 355 Jurusan Surabaya dipersilakan untuk naik ke pesawat. Aku pun bergegas masuk ke pesawat sambil menenteng tas rangsel berisi oleh-oleh dan pakaian yang lumayan berat dan tas kecil berisi HP serta dompet.

Ternyata pesawat yang kutumpangi adalah jenis Bombardier CRJ 1000 next generation. Pesawat berbadan ramping panjang dengan kapasitas 96 tempat duduk, dengan rincian 12 kursi kelas eksekutif dan 84 kursi kelas ekonomi. Sudah tentu aku duduk di kelas ekonomi.

Dalam masalah tempat duduk yang tadinya kuanggap huruf B dan E itu di tengah, ternyata dalam pesawat jenis ini berada di lorong. Lebih asiknya lagi nomor 17 ternyata tepat di pintu darurat, sehingga ruang kaki jauh lebih luas dan tidak membuatku pegal.

Bombardier CRJ 1000 termasuk pesawat untuk rute jarak pendek. Penerbangan Balikpapan-Surabaya yang standarnya ditempuh selama 1 jam 10 menit memang cocok menggunakan pesawat ini, katanya sih lebih efisien. Setahuku pesawat ini juga digunakan Garuda untuk rute Jogja-Balikpapan.

Kapasitas Bagasi Kabin pesawat jenis ini per kabinnya hanya mampu memuat maksimal 31,8 kg. Dengan relatif kecilnya kapasitas bagasi kabin membuat bawaan penumpang berupa koper yang sedianya dimasukkan ke dalam kabin, sebelum mereka menaiki tangga pesawat, petugas sigap meminta para penumpang tersebut untuk memasukkan bawaan mereka ke bagasi di bawah pesawat yang nanti saat mendarat bisa langsung diambil di samping tangga pesawat. "Wow praktis juga ya, nggak usah ribet menunggu lama di bagian pengambilan bagasi di terminal kedatangan bandara", pikirku saat itu.

Meskipun pesawat ini termasuk kecil, namun proses take off dan landing-nya tergolong mulus dan halus, mungkin terkait keahlian pilotnya juga kali ya, he he.... (update: saat landing di Balikpapan tgl 11-8-2013 pesawat terasa agak limbung dengan goncangan yang relatif keras)

Oiya dalam penerbangan tadi, para penumpang hanya disuguhi snack dan tidak ada makan besar. Apa karena ini masih bulan ramadhan atau karena BPN-SBY termasuk penerbangan jarak pendek yang hanya mendapatkan snack bukan makan besar? (update: saat penerbangan SBY-BPN tgl 11-8-2013 tetap hanya mendapatkan snack, bukan makan besar meskipun bulan ramadhan sudah usai).

Uniknya tadi menjelang berbuka puasa, para penumpang ribut kapan pastinya waktu berbuka puasa. Kalau aku sih cuek aja, aku ikut waktu berbuka puasa Balikpapan tempat dimana aku sahur. Coba kalau kita bepatokan berbuka sama waktunya seperti tempat yang kita tuju, iya kalau penerbangan jarak dekat tidak begitu masalah, kalau kita terbang jarak jauh ke arah barat misalnya ke eropa non stop, bisa-bisa sampai 24 jam berpuasa, waktu berbuka belum tiba juga. Entahlah mana yang benar....

Baca juga : Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Garuda Indonesia

3 comments: