Saturday, August 24, 2013

Review (Sisi Lain) The Conjuring

Malam Jumat biasanya terkenal dengan serem-seremnya. Nah, kebetulan aku dan teman2 kantor ingin nonton malam jumat itu, dan agar lebih afdol maka kami nonton film horor. Pilihan film yang kami tonton jatuh pada The Conjuring, sebuah film horor Hollywood yang telah dirilis sekitar 3 minggu lalu.

Sebelum nonton sebuah film, aku punya kebiasaan untuk melihat ratingnya di IMDB sebuah portal yang menjadi acuan untuk melihat review dan rating sebuah film, dan aku kira cukup valid. Setelah kucek rating film ini 7,8 yang merupakan angka yang cukup tinggi dan hampir dapat dipastikan dari segi kualitas film ini cukup bagus. Semakin mantaplah kami nonton film horor ini.

Film ini diangkat dari sebuah kisah nyata sepasang suami istri pengusir hantu yang menolong satu keluarga yang baru pindah rumah. Seting film ini ada di rumah tua di pinggiran kota dan tidak mempunyai tetangga satu pun. Seting waktunya terjadi pada awal dekade 70-an.

Film ini ceritanya cukup sederhana dan klasik, sebuah rumah tua berhantu bekas lokasi pembunuhan. Dan penghuni baru diganggu oleh hantu-hantu yang bergentayangan.

Kisahnya yang biasa namun dengan pengemasan dan alur cerita yang pas ditambah dengan efek suara yang sering membuat kaget penonton, menjadikan film ini layak tonton untuk pecinta fim horor.

Kali ini saya tidak akan mereview tentang jalannya cerita atau kualitas dari fim ini melainkan sisi lain dari film ini yang secara tidak langsung dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat kita. Mari kita lihat satu per satu:

1. Dikisahkan satu keluarga dengan 5 anak yang semuanya perempuan dengan anak tertuanya yang kira-kira sudah seusia anak SMA, dan anak terkecil yang kira-kira baru berumur 4 tahun. Mereka baru pindah rumah (memiliki rumah sendiri) setelah anak-anak mereka beranjak dewasa. Ternyata kesulitan mempunyai sebuah rumah yang representatif tidak hanya dialami keluarga di Indonesia. Warga Amerika yang notabene lebih makmur juga tidak sedikit yang mempunyai kendala dalam memiliki rumah. Di Indonesia banyak keluarga yang sampai usia pensiun pun tetap tidak memiliki rumah sendiri, hanya mampu mengontrak rumah karena penghasilan yang habis untuk keperluan sehari-hari.

2. Rumah tua berhantu yang menjadi seting film itu, dikisahkan dibeli dengan harga yang relatif miring saat lelang oleh bank. Pada masyarakat kita banyak yang tidak mampu membeli rumah baru, kalau pun mampu mungkin hanya cukup untuk membeli rumah baru bertipe kecil dengan lokasi yang tidak strategis. Rumah second biasanya bisa jauh lebih murah dan kalau beruntung kita malah dapat rumah second yang masih bagus dan cukup luas dengan harga yang miring. Rumah second masih menjadi pilihan hingga saat ini, dimana harga rumah-rumah baru meningkat tajam tak terkendali.

Keberadaan rumah second dengan harga yang sangat miring apalagi di lokasi strategis tentunya mengundang tanda tanya. Biasanya di masyarakat kita senang mengkaitkannya dengan hal-hal berbau mistis. Misalnya rumah itu bekas lokasi pembunuhan atau banyak hantunya.

Berarti pesan tersirat dalam film ini, kita perlu berhati-hati dalam membeli rumah second terutama yang sangat miring harganya. Jangan sampai karena tergoda harga miring, namun setelah dihuni banyak hantuinya, hiii....

3. Keluarga yang dikisahkan dalam rumah ini mempunyai 5 orang anak perempuan (belum kenal KB kali ya, haha....). Banyaknya anggota keluarga tentunya menjadi beban keluarga itu semakin besar sehingga penghasilan terkuras untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak mampu membeli rumah ketika masih awal-awal berumah tangga sekali pun mencicilnya. Terlebih lagi jika yang bekerja hanya sang suami seperti halnya dalam film itu, sang suami yang hanya bekerja sebagai sopir antar kota, pastinya akan semakin berat untuk mempunyai rumah sendiri. Berarti salah satu pesan dalam film ini, sebuah rumah tangga perlu KB? Ha ha.... Kalau keluarga kaya raya mungkin tidak masalah dengan anak banyak, namun jika sebaliknya, perlu juga mempertimbangkan untuk mengikuti program KB.

4. Dalam The Conjuring, anjing si pemilik rumah tidak mau masuk ke dalam rumah dan terus menggonggong sejak keluarga itu pindah ke rumah tua itu dikarenakan si anjing tahu kalau di rumah itu ada hantunya. Memang hewan seringkali bisa merasakan hal-hal yang tidak nampak atau tidak dapat dirasakan oleh manusia, seperti halnya tanda-tanda gunung akan meletus ataupun keberadaan hantu atau sejenisnya.... (berarti kalau anjing menggonggong tanpa sebab itu pertanda ada hantu dong???)

5. Melihat rumah tua di The Conjuring, membuat kita terpukau dengan ruang-ruang bawah tanahnya yang seperti labirin. Berbeda dengan rumah-rumah di Indonesia yang jarang sekali terdapat ruang bawah tanah. Di Amerika banyak terdapat rumah yang mempunyai ruang bawah tanah yang seringkali berfungsi sebagai gudang atau bungker.

6. Diceritakan pula si Ibu yang kesurupan dan berniat membunuh anaknya sendiri. Di kehidupan nyata sekitar kita, adakalanya digegerkan dengan berita seorang ibu kandung yang tega membunuh buah hatinya. Seringkali karena alasan ekonomi, marah dengan suami, stress/gila, ataupun alasan lain yang masih misterius.

Itulah sekelumit tentang sisi lain yang aku cermati dalam film The Conjuring.

No comments:

Post a Comment