Saturday, March 19, 2016

Pro Kontra UBER dan GRAB

Tahun 90-an atau bahkan tahun 2000-an tak pernah seorang pun berpikir kalau perusahaan taksi akan mendapatkan pesaing sengit. Ya, adanya aplikasi 'taksi' online saat ini yaitu UBER yang telah mendunia ataupun GRAB si aplikasi taksi online dari negeri jiran Malaysia, telah membuat kalang kabut para pengusaha taksi di Tanah Air, terutama si Burung Biru yang menjadi raja taksi negeri ini.

Awal pekan ini ada demo besar-besaran sopir taksi di Jakarta agar pemerintah memblokir aplikasi UBER ataupun GRAB. Dalih yang selama ini berulangkali di ungkapkanoleh UBER adalah mereka bukan perusahaan taksi melainkan perusahaan teknologi aplikasi yang berpartner dengan rental mobil, so mereka tetap menganggap nggak melanggar undang-undang. Nah, apapun dalil kedua belah pihak, menurut saya sebagai konsumen, siapa yang memberikan keuntungan paling banyak kepada konsumen alias harganya lebih murah dan nyaman ya itulah yang akan dipilih oleh penumpang.

Zaman udah berubah bro.... perusahaan taksi harus tahu kondisi ini, perubahan itu pasti, zona nyaman dengan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun sudah saatnya berubah. Bahkan Undang-undang yang mengatur keberadaan angkutan umum pun sudah selayaknya untuk ditinjau kembali, toh gunanya undang-undang kan seharusnya bisa memberikan manfaat lebih banyak kepada masayarakat umum, dan terbukti aplikasi semacam UBER itu memberikan manfaat besar bagi masyarakat pengguna transportasi umum.

Ini bukan masalah sekedar aplikasi yang memudahkan dalam pemesanan tapi yang paling besar berpengaruh terhadap suksesnya UBER dan sejenisna adalah soal tarifnya yang jauh lebih murah daripada taksi biasa. Ya jelaslah masyarakat kita yang sebagian besar masih kalangan price sensitive akhirnya memilih UBER. Berarti hal ini bisa menjadi koreksi bagi perusahaan taksi yang mana ternyata tarif mereka ternyata tergolong mahal, yang mana ada andil pemerintah dalam penentuan tarif taksi tersebut.

Sejak akhir tahun lalu aku sering menggunakan aplikasi UBER dan dari hasil ngobrolku dengan beberapa sopirnya, mereka bisa mendapatkan pendapatan yang jauh lebih murah daripada jika jadi pengemudi taksi, lagi-lagi ya karena tarif UBER yang murah sehingga frekuensi order pun juga semakin banyak. Terbukti dengan tarif murah UBER saat ini, para drivernya malah mampu meraih pendapatan yang jauh lebih banak daripada sopir taksi konvensional, dalam hal ini jelas terbukti bahwa tarif taksi saat ini MAHAL!

Gimana nggak mahal, dari rumahku saja ke Bandara jika naik taksi biasa sekitar Rp170-190rb, kalau aku naik UBER hanya sekitar Rp100-120rb. Signifikan kan perbedaannya.....

So, jika para perusahaan taksi masih pengen eksis di zaman internet ini, harus mau merubah proses bisnisnya, kalau nggak mau dan tetap resisten ya siap-siap saja gulung tikar dan hanya menjadi sejarah......


No comments:

Post a Comment