Wednesday, May 3, 2017

Membayar PBB Tangsel 2017

Kemarin usai kubayar kewajibanku atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) melalui internet banking BCA alias Klik BCA. Untuk tahun 2017 ini ternyata Pemerintah Kota Tangerang Selatan memberikan tambahan kemudahan dalam membayar PBB, yang semula hanya bisa melalui Bank Jabar Banten, sekarang sudah bisa lagi membayar melalui Bank Mandiri ataupun Bank BCA seperti beberapa tahun silam.

Hal ini sangat membantuku karena aku tidak punya rekening Bank Jabar Banten (BJB) yang mana dulu aku harus datang langsung meluangkan waktu ke teller BJB hanya untuk membayar PBB, sungguh aktivitas yang menyita waktu. Kalau sekarang praktis sekali, tidak harus ke ATM, aku bisa langsung membayarnya melalui layanan internet banking BCA. Tinggal klik-klik-klik, beres semua.

Di Klik BCA kita hanya perlu mengakses Menu PEMBAYARAN, kemudian pilih PAJAK. Setelah itu, pilih PBB, masukkan 18 digit nomor objek pajak (NOP) yang tertera di Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) PBB dan tahun pajak (saat ini). Halaman website akan menunjukkan data seperti yang tercantum pada SPPT PBB kita, pastikan nominalnya, NOP, nama pemilik rumah sesuai dengan yang tertera di SPPT PBB.

Untuk Wilayah Kota tangerang Selatan, PBB tahun ini paling lambat harus dibayar pada tanggal 31 Agustus 2017. Jadi masih ada waktu sekitar 4 bulan dari sekarang. Jika Anda warga Tangerang Selatan belum mendapatkan SPPT PBB bisa segera ditanyakan ke Kelurahan setempat. Atau kalau sudah tahu NOP-nya (nggak pernah berubah), bisa langsung mencoba pembayaran secara online. Semoga dengan kita membayar PBB tepat waktu bisa semakin melancarkan pembangunan di daerah kita. Kita pun berharap pemerintah daerah amanah dan bijak dalam mengelola pajak daerah seperti PBB ini.

Warga Bijak, Taat Pajak

Saturday, March 4, 2017

Menikmati Concordia Lounge Terminal 2 Juanda Surabaya

Ruang Utama Concordia Lounge Terminal 2 Juanda Surabaya (dok. pribadi)


Kartu SKYZ-ku sekarang sudah tidak gratis lagi masuk Lounge Bandara. Untung aku punya pengganti lainnya, haha...... Kartu sakti itu bernama Kartu Kredit BNI Platinum JCB. Nah, salah satu benefit kartu ini ya free lounge di beberapa bandara di Indonesia. Nah, kartu ini di Bandara Juanda bisa digunakan gratis di Concordia Lounge Terminal 2. Kebetulan saat mau balik ke Jakarta, maskapai yang kunaiki Air Asia yang ber-homebase di Terminal 2 Juanda bersama Garuda Indonesia.

Sesampainya di Area Check In Terminal 2 Juanda, aku langsung menuju Air Asia Check In Counter. Sama seperti di Jakarta, karena aku sudah web check in dan nge-print boarding pass sendiri, aku pun diminta langsung menuju ke ruang tunggu di Gate I.

Aku tidak langsung menuju Gate I, karena tujuanku ke Concordia Lounge. Kebetulan ada konter informasi, langsung lah kutanya ke mbak-mbak penjaga konter informasi itu,

"Mbak kalau Concordia Lounge ada dimana ya?"

"Ada di lantai 2 Pak, Bapak terbangnya pakai apa ya?" tanyanya balik

"Pakai Air Asia", jawabku singkat.

"O nggak papa Pak, nanti izin saja mau ke Lounge." jawab si Mbak

Aku jadi bertanya-tanya lho kok pakai izin segala ya, jangan-jangan Lounge-nya berada di area ruang tunggu Garuda Indonesia di Lantai 2. Tadi sebelum aku bertanya ke bagian informasi, aku sempat bertanya ke petugas air asia kalau Lounge cuma ada satu di raung tunggu internasional yang ternyata juga berada di lantai 2.

Aku pun langsung menuju lantai 2. Sbelumnya kusempatkan untuk ke mushola di Lantai 2. Usai sholat, langsung aku menuju ke ruang tunggu Garuda Indonesia. Sesampainya di area pemeriksaan bagasi kabin sebelum masuk ruang tunggu, aku bertanya ke petugas pemeriksaan,

"Mas, Concordia Lounge dimana ya?"

"O, di belakang ruang ini!" jawabnya

"Saya kebetulan terbang pakai air asia, apa boleh masuk?"

"Boleh Pak, tapi nanti tidak ada pemberitahuan boarding ya, mohon diingat-ingat waktu boardingnya", jawab si petugas dengan sopan.

Setelah sukses melalui area pemeriksaan bagasi kabin, bergegaslah aku masuk ke ruang tunggu Garuda Indonesia sambil pandangan mataku menyapu area sekelilingnya mencari-cari dimana gerangan si Lounge yang bikin aku penasaran ini. Berjalan sebentar kutemui Lounge Garuda, aku terus berjalan sampai di ujung ruang tunggu, dan voila.... ketemukanlah si Concordia Lounge. Langsung kubertanya ke Mbak Resepsionis, apakah bisa masuk gratis pakai BNI JCB, dan ternyata bisa, haha.....

Usai gesek kartu, aku diarahkan untuk naik ke lantai atas alias lantai 3. ada tangga berkarpet merah dan disampingnya ada eskalator yang saatitu sedang tidak berfungsi, jadilah aku naik tangga yang lumayan tinggi itu. Sesampainya di ruang Lounge, kesan pertama yang muncul adalah luas, eksklusif, elegas, berkelas, dan nyaman tentunya.

Toilet Concordia Lounge
Suasana malam hari sekitar pukul 8 malam itu lumayan sepi, membuat lounge seluas itu terkesan dingin meskipun cahaya temaram dari lampu Lounge berusaha menghangatkannya. banyak sofa kosang saat itu, aku pun memilih untuk duduk di sofa tengah lounge. Tanpa basa-basi aku pun langsung mengambil minuman dan makanan berat yang cukup variatif dan enak pula tentunya. Kue-keu tradisionalnya juga enak. Ada pula spot yang menyajikan nasi goreng fresh from the oven langsung dimasak dihadapan pengunjung.

Mushola Concordia Lounge
Puas bersantap dan bersantai di Concordia Lounge, aku pun memutuskan untuk bergegas ke ruang tunggu. Sebelum benar-benar meninggalkan Lounge, aku sempat ke toilet. Ternyata toiletnya sangat bersih dan berkelas, begitupula dengan musholanya yang tertata apik, elegan dengan pencahayaan yang hangat. Dekat dengan toilet kulihat ada lift, dan aku pun bertanya ke salah satu pegawai lounge yang kebetulan ada di dekat situ,

"Mas, turun lewat lift ini bisa ya?"

"Bisa Pak!", jawabnya dengan sopan sambil mengantarku sampai depan lift. Sebenarnya dia menawarkan untuk menunggu saja di Lounge nanti akan diberitahu saat boarding. Tapi aku menolaknya karena takut kalau kelupaan diberitahu dan lebih baik menunggu di ruang tunggu. AKu pun sempat bertanya jam operasional Lounge ini mulai jam berapa sampai jam berapa. Si Masnya menjawab dari pukul 4 pagi sampai tutup saat penerbangan terakhir. Wow keren juga ya, hampir 24 jam, haha.....

Ternyata Air Asianya delay hampir 2 jam sampai pukul 11 malam, arghh...... tahu gitu nunggu di Lounge saja, bener juga kata masnya ya.... kualat menolaknya, hehe......

JCB Lounge di Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta


Jumat akhir pekan lalu kebetulan aku melakukan perjalanan ke Surabaya dengan pesawat Air Asia paling malam. Seperti biasa selepas tet tot kantor jam 17.00 WIB dari kawasan Bintaro, Tangsel aku langsung meluncur naik UBER ke Bandara Soetta Terminal 2F.

Dulu ketika terminal 2F masih jadi homebase-nya Garuda, aku seringkali mampir ke Mandiri Lounge untuk sekedar makan gratisan, hehe...... Tapi sekarang Lounge-lounge di terminal 2F sebagian besar tutup ataupun pindah ke Terminal 3 Markas garuda saat ini.

Karena aku sudah nge-print sendiri boarding pass dan nggak ada bagasi (sehingga nggak perlu cetak boarding pass lagi di check in counter, langsung saja aku menuju ke ruang tunggu. Sebelum ke ruang tunggu aku berniat mengambil uang di ATM Bank Mandiri di dekat bekas Mandiri Lounge dulu yang nampaknya masih aktif dari kejauhan. Nah, saat mendekati ATM Mandiri, entah mengapa mataku tertuju ke Lounge yang berjarang beberapa meter dari bekas Mandiri Lounge dan ternyata setelah kudekati tulisannya JCB Lounge.

"Wah aad JCB Lounge ternyata, kali aja bisa gratisan di sini, kan aku punya Kartu BNI Platinum JCB!" seruku dalam hati. Langsung saja aku menuju ke Lounge kecil itu dan menanyakan ke Mbak-mbak resepsionisnya apakah bisa menggunakan CC BNI JCB dengan gratis. Ternyata benar gratis, hehe..... syukur-syukur nggak perlu beli makan malam, dasar gratisan maniak.

Masuklah aku ke JCB Lounge dan kesan sempit, sepi segera menyergapku. Kalau nggak salah hanya ada sepasang suami istri (mungkin), satu orang perempuan, dan satu orang Bapak-bapak yang lagi asik menelpon, dan beberapa pegawai Lounge yang mondar-mandir. Segera kuletakkan tasku di sofa di pojok ruangan. Ada minuman jus, dan hanya ada dua jenis makanan berat saat itu, semacam bubur ayam dan ayam yang dimasak semacam opor serta sayur kacang panjang, ada pula beberapa bungkusan roti. Segera saja kuambil jus, nasi putih dan sayur kacang plus ayam opor, dan beberapa bungkus roti kecil. Langsung kududuk di pojok sambil mengamati ruangan lounge yang terasa aneh bagiku.

Aku tidak berniat berlama-lama di Lounge itu meskipun waktu boarding masih relatif lama. Aku buru-buru menghabiskan makananku yang terasa agak hambar karena sayur kacangnya yang seolah tanpa rasa, apa lidahku yang lagi nggak beres ya, hehe..... Dalam benakku, "Mungkin sebentar lagi lounge ini tutup ya, lha sepi kayak gini, sempit pula, plus makanan yang 'ala kadarnya', hiks!" Tapi aku masih bersyukur, dapat makanan dan minuman gratis, Terima Kasih JCB...... (pengalaman berbeda 180 derajat kurasakan di Concordia Lounge Juanda Surabaya yang jauh lebih bagus meski sama-sama dapat gratisan dari kartu BNI JCB.)

Begitu makanan di piring sudah habis (gitu kok katanya nggak enak, haha.... karena lapar apapun jadi enak, hiks) aku langsung bergegas ke ruang tunggu. Nggak sampai 15 menit kuhabiskan waktuku di Lounge bandara terkecil dan terminimalis (dalam arti sebenarnya) yang pernah kukunjungi selama ini. Positifnya perutku lumayan kenyang, haha...... Oiya dulunya JCB Lounge ini namanya Sunda Kelapa Lounge.

Tuesday, February 21, 2017

Menyiasati Berangkat Ke Kantor Saat Hujan Pagi Hari

Hari ini 21 Februari 2017, bertepatan dengan aksi 212 yang hari ini gaungnya terkalahkan dengan berita banjir dan macet parah Jakarta saat jam berangkat kantor pagi tadi. Hujan deras yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak malam hari, hampir saja melumpuhkan ibukota. Banjir dimana-mana, di perumahan, jalan raya, underpass tak luput dari banjir. Untung saja, Jakarta masih terselamatkan karena hari ini tidak bertepatan dengan pasang air laut, coba kalau pasang, sudah dipastikan banjir akan merendam Bundaran HI seperti 4 tahun yang lalu.

Tadi pagi, begitu aku bangun pagi sekitar pukul 5 pagi, hujan deras sedang berlangsung. Sesekali diringi gelegar suara petir dan kelebatan cahaya kilat yang menyambar-nyambar. Tidak ada tanda-tanda hujan segera reda. Pagi tadi aku memutuskan berangkat lebih pagi. Sekitar jam 6.10 aku berangkat dari rumah dengan kondisi masih hujan dan masih gelap saat itu. Kugeber vespaku menerjang gelapnya pagi dan genangan air di sana-sini. Sengaja kucari jalan alternatif, karena kuprediksi salah satu ruas jalan yang biasa kulewati pasti banjir dan macet parah. Akhirnya aku sampai di kantor sekitar jam 6.45.

Sesampainya di kantor aku dapat berita dari kakakku mewanti-wanti agar tidak lewat jalan yang sudah kuprediksi banjir sebelumnya tadi, karena dia barusan terjebak macet parah di situ. Di kantor teman-teman juga bisa tentang banjir, banyak temanku yang terlambat ataupun hampir terlambat karena banjir. Adapula yang perumahannya terkena banjir, adapula yang anaknya tidak jadi masuk sekolah karena penjemputnya nggak bisa lewat terkena banjir. Apalagi di lini masa twitter didominasi tweet banjir, media online dan televisi juga mengabarkan banjir yang mengepung ibukota.

Beberapa temanku ada yang terjebak di gang-gang sempit yang pasti karena banyak mobil-mobil yang lewat gang itu, apalagi kalau berpapasan, pasti sulit sekali dan seringkali macet total di situ, susah bergerak. Aku sering heran dengan perilaku pengendara mobil di sini, mengapa mereka nggak kapok ya lewat gang-gang sempit, nggak sayang apa kalau cat mobilnya berpotensi tergores motor atau bersenggolan dengan mobil lain ketika berpapasan, nggak takut apa kalau ban mobilnya terperosok di got samping jalan dan membuat kemacetan parah. Entahlah.....

Nah, semenjak aku balik ke Jakarta sekitar 2 bulan ini, aku belajar banyak lagi tentang Jakarta setelah kutinggalkan 4 tahun lebih. Kalau pagi hari jam berangkat kantor hujan, berangkatlah minimal 30 menit lebih awal dari hari-hari biasa untuk jaga-jaga kalau ada macet akibat banjir ataupun genangan air dan tentunya kita akan lebih tenang di jalan karena mempunyai waktu lebih banyak, jadinya kita akan berkendara lebih safety tidak terburu-buru.

Mencari Rumah Murah di Tangerang Selatan

Akhir-akhir ini banyak temanku yang mau mencari rumah baru di sekitar Kampus STAN, Bintaro, Tangsel. Nah, karena aku termasuk yang 'senior' tinggal di Tangsel, beberapa temanku memintaku untuk menemani mereka mencari rumah di sekitaran rumahku yang notabene dekat dengan Kantor Baru Walikota Tangerang Selatan, kurang lebih sekitar 9 km dari kampus yang biasa kutempuh +- 20 menit naik sepeda motor.

Sebenarnya mereka pengen mencari rumah di daerah sekitaran kampus, tapi apa mau dikata, harganya sudah selangit. Di Bintaro Jaya sulit mencari rumah seharga 1 M, apalagi di bawahnya. Di belakang kampus, di kawasan Ceger, menurutku harga rumah juga hampir nggak masuk akal. Masak di daerah yang aksesnya 'terisolir' oleh perumahan Bintaro Jaya, dengan jalan-jalan sempit dan macet, ciri khas daerah sub urban Jadetabek dan banyak tanah cekung yang biasanya banjir saat hujan dengan intensitas tinggi, harganya sudah hampir Rp1 Milyar untuk rumah satu lantai ukuran standar dengan luas tanah sekitar 90 - 100 m2. Gilllaaaa....... Mending beli di daerah yang agak jauh dari kampus asal akses ke Tol dan Stasiun lebih gampang dan terbuka. Tapi tetep laris juga tuh.... preferensi orang beli rumah kan beda-beda, mungkin worth it banget buat orang yang kantornya di kompleks STAN atau sekitarnya, jadi nggak perlu takut bermacet-macet ria di jalanan yang bikin stres, berangkat kantor bisa mepet-mepet, bahkan bisa jalan kaki ke kantor dari rumah.

Beberapa temanku kuajak jalan-jalan di sekitar perumahanku, sayangnya di perumahanku sendiri sudah sold out, tapi ada beberapa rumah kosong yang ditawarkan dijual. Di dekat Kantor Walikota Selatan juga ada beberapa perumahan baru yang ditawarkan dengan harga aduhai sekarang ini. Rata-rata di atas Rp500 juta. Tapi ada satu perumahan baru berupa cluster yang rencanaya cuma ada 18 rumah mempunyai harga yang menurutku bersaing. 'Cuma' Rp700-an jt sudah dapat rumah dua lantai, dengan desain dan kualitas bangunan yang menurutku bagus. Tanahnya juga bukan tanah urugan, melainkan tanah kebun yang tentunya keras dan di daerah yang relatif tinggi dari sekitarnya, so nggak takut akan banjir. Letaknya di dekat Kantor Baru Walikota Tangerang Selatan, jadi masuk Ring Satu Kota tangsel. Airnya pun cukup jernih karena bukan bekas rawa. Dulu rumah yang kubeli tahun 2011 'hanya' seharga Rp385juta untuk rumah dengan tipe 39/135, sekarang nggak tahu lah entah sudah berapa harga rumah kecilku itu. Kalau baru beli sekarang pasti udah nggak kuat, hiks....

Sedikit Tips bagi pembaca yang mau mencari rumah baru di Jabodetabek perlu dipikirkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Tentunya harganya harus realistis, sesuaikan dengan penghasilan, jangan terlalu dipaksakan, masak harus makan nasi campur garam tiap hari demi punya rumah mentereng, hehe......
  2. Lokasi-lokasi dan lokasi, pilih lokasi yang strategis dalam artian mudah mengakses jalan tol dan stasiun KRL.
  3. Jalan akses masuk perlu dipertimbangkan yang bisa muat dua mobil berpapasan tidak sambil berhenti. Kita perlu berpikir ke depan, jangan berpikir saat ini hanya memiliki motor, jadi masih mentolerir jalan masuk yang sempit, pemikiran seperti itu akan memberikan penyesalan pada kemudian hari, karena biasanya seiring meningkatnya kesejahteraan kita biasanya kita pengen punya mobil.
  4. Tidak bekas tanah rawa ataupun empang, atau daerah yang cekung (berbentuk mangkok), coba cek di google earth untuk lihat altitude daerahnya dan lihat apakah lebih rendah dari daerah sekitarnya.
  5. Pilih pengembang yang bonafit. Banyak kasus pengembang yang lepas tangan dan berlarut-larut sampai beberapa tahun dalam membangun rumah. Lihat track record-nya ataupun portofolio proyeknya.
  6. Coba dicek ke instansi terkait atau masyarakat sekitar, jangan sampai rumah yang Anda beli masuk dalam peta rencana penggusuran untuk proyek tol, bisa repot.... Tapi nggak papa sih kalau mau dapet ganti untung, kali aja malah ganti untungnya berkali-kali lipat dari harga rumahnya, hehe.....
  7. Perlu dipertimbangkan apakah kita suka dengan perumahan cluster kecil atau cluster besar, analisis plus minusnya.
  8. Dekat tidaknya dengan fasilitas-fasilitas umum seperti halnya pasar, SPBU, ATM, Sekolahan, dll.
  9. Jangan buru-buru salam memutuskan membeli rumah, karena nggak seperti beli kacang goreng. Kalau berjodoh nggak kemana tuh rumah....
Selamat berjuang mencari rumah idaman.....