Wednesday, August 16, 2017

Main ke GIASS 2017 di ICE BSD

Pintu Masuk GIIAS Hall 1 ICE BSD
Akhirnya setelah bertahun-tahun cuma baca beritanya di internet dan TV, kemarin aku berkesempatan main ke Indonesia Convention Exhibition (ICE) di kawasan Bumi Serpong Damai untuk lihat Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, pameran otomotif terbesar di Indonesia yang selalu ditunggu-tunggu penggemar otomotif nasional setiap tahunnya.

GIASS 2017 ini kali kedua diselenggarakan di ICE BSD yang  merupakan ruang pameran terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara. Kebetulan ICE BSD tidak terlalu jauh dari rumahku di Tangsel, paling cuma sekitar 10-15 menit sudah sampai.

Sebetulnya hari minggu kemarin aku mau lihat GIIAS, tapi aku ragu karena pasti akan macet banget jalan menuju ICE dan tentunya susah cari parkir. Perkiraanku itu mungkin benar adanya, karena kemarin pun saat bukan hari libur pengunjung GIASS tetaplah rame, meskipun tidak sampai berdesak-desakan, untungnya aku masih bisa parkir di basement Hall 1 ICE. Kalau nggak salah ICE ini terdiri dari 10 Hall dan 1 Convention Hall, besar dan panjang banget, mungkin panjangnya sekitar 500 m kali ya, gempor-gempor dah..... Oiya untungnya aku ke GIASS naik vespa, jadinya msih bisa dapat parkiran dengan tarif Rp10.000 sekali parkir.

Dari basement parkir aku berjalan menuju keluar ke Hall 1, tapi ternyata di ujung parkiran ada ticket box yang menurutku cukup sepi cuma satu antrian saja di depanku. Sampailah giliranku, karena aku tahu GIIAS ini disponsori juga oleh Bank Mandiri, aku pun bertanya ke si mbak penjaga loket,

"Mbak bisa pakai Mandiri?", tanyaku

"kalau di sini nggak dapat diskon 10 ribu pak, bisanya di ticket box atas!" jawabnya

Aku surprise juga, ternyata pakai Kartu Mandiri bisa dapat diskon 20%, lumayan lah. Jadi naiklah aku ke atas di depan Hall 1 ada tocket box yang lumayan banyak antreannya. Ada line khusus untuk pengguna Kartu Mandiri. Ternyata promonya nggak hanya Beli 2 tiket  dapat diskon 20%, tetapi ada pula promo dari Mandiri kalau beli 2 tiket dengan harga normal dapat gratis satu tiket. Karena kami hanya berdua, aku pun memilih opsi diskon yang pertama. Lumayan diskon 20% dari harga tiket normalnya untuk hari Senin s.d. Kamis Rp50ribu, sedangkan untuk hari Jumat s.d. Minggu ataupun hari Libur Nasional HTM-nya Rp70ribu.

Bus Tingkat
Kami pun masuk mulai dari Hall 1. Oiya sebelumnya tiket kami disobek oleh petugas penjaga pintu masuk untuk diikutkan undian Grand Prize Nissan Grand Livina dan Datsun Go+ serta kami diberi flyer berupa denah masing-masing partisipan pameran di 10 Hall. Begitu masuk Hall 1 kami disambut tenant-tenant motor seperti Harley Davidson, Ducati, Peugeot, Vespa dan berbagai aksesoris mobil sampai di Hall 2.

Bus Harapan Jaya Merek HINO
Memasuki Hall 3, ada berbagai macam produk karoseri seperti Adiputro, Laksana, dan berbagai kendaraan berat serta bus. yang menarik perhatianku adalah model bus tingkat karya Karoseri Adiputro. Kusempatkan masuk ke bus tingkat itu sambil membayangkan betapa enaknya transportsi di Jakarta kalau bus-nya kayak gini. Aku juga sempat terkejut dengan adanya display Bus Harapan Jaya dengan merek HINO, karena bus harapan Jaya adalah bus yang sering kunaiki ketika ke Tulungagung. Kusempatkan berfoto di depan Bus Harapan Jaya.

Selanjutnya aku masuk ke Convention Hall yang hanyak berisikan dua pabrikan yaitu Mini Cooper dan BMW. Kesan Mewah, Elegan dan Hangat begitu kuat. Aura premiumnya sangat kentara. Aku cuma bisa ngeces lihat mobil-mobil mini cooper yang mungil tapi terkesan kokoh, unik, tapi tetap elegan. Ataupun lihat mobil-mobil BMW dengan kecanggihan teknologinya dan dipadu dengan SPG-SPG cantik dengan blazer cantik, dan terkesan sopan tapi tetap elegan, beda dengan SPG-SPG pabrikan lainnya yang biasa memakai baju terbuka memamerkan lekak lekuk anggota tubuhnya untuk menarik pengunjung. Di booth BMW sempat kulihat demo sebuah mobil mewah yang bisa dibuka kap atap mobil dan dilipat dimasukkan ke bagasi secara elektrik menjadi mobil terbuka. Aku cuma bisa berdecak kagum sambil berpikir, "Wah berapa harganya ya, pasti miliaran rupiah!" Tapi dibandingkan dengan BMW, aku lebih tertarik dengan Mini, yang mobilnya mungil, kompak, tapi tetap bertenaga dengan kesan premiumnya yang melekat. Aku bermimpi untuk memilikinya suatu hari nanti...!

Mini Cooper
Usai di Hall Mewah ala Mini dan BMW, sekarang tiba saatnya kami melangkahkan kaki ke hall yang mengakomodir segmen 'menengah bawah', hehe...... meskipun ada juga mobil-mobil mewah semacam Audi, VW, Jeep, Volvo, Lexus, ataupun Mercedez Benz yang menggelar lapaknya di Hall 5 - 6. Puas mencuci mata sambil melihat mobil-mobil mewah, tibalah saatnya kami di booth pabrikan sejuta umat seperti Suzuki, Daihatsu, Homda ataupun Toyota.

Salah satu tujuanku ke GIIAS adalah untuk melihat secara langsung Mobil Hatchback terbaru keluaran suzuki yaitu Baleno Hatchback. Sebelumnya aku sempat berkeinginan untuk membeli mobil jenis city car untuk mobilitasnku di sini, tapi setelah aku melihat langsung interior ataupun eksterior dari Baleno Hatchback, kok aku masih belum mantep ya, padahal secara harga worth it banget. hanya sekitar Rp207,5 juta sudah dapat varian tertinggi dari Baleno ini jauh dibawah harga Honda Jazz ataupun Yaris yang varian tertingginya sudah lebih dari Rp270 juta. Karena merasa kurang sreg, kuurungkan niat untung bertanya lebih banyak tentang mobil ini, toh aku sudah melihat reviewnya di Youtube.
Baleno Hatchback

Beranjak ke Booth Daihatsu ada mobil yang menarik perhatianku adalah jenis CanBus, dengan bentuknya yang sungguh unik. Dalam GIIAS ini, mobil yang ditunggu-tunggu adalah Mitsubishi Xpander, penantang langsung dari duo Avanza-Xenia dengan model yang cukup bagus dan fitur berlimpah yang membuat kesan Avanza semakin kuno.

Saat di Booth Honda aku malah tertarik dengan Honda Jazz RS yang sudah diberi modifikasi stiker dari Modulo sehingga memberikan kesan lebih sporty. Beranjak di booth saingan abadi Honda yaitu Toyota aku tertarik dengan mobil keluarga baru dari Toyota yaitu VOXY, penerus dari Toyota NAV1. Bentuknya boxy seperti alphard, tapi dalam bentuk yang lebih kecil. Interiornya sangat bagus dengan kesan premium yang kuat. Kursinya sangat nyaman, luas, dan posisi nyetirnya pun sangat nyaman. Sayangnya ground clearance-nya sepertinya cukup rendah. Kayaknya hanya cocok untuk di perkotaan saja, atau jalanan yang relatif mulus. Toyota Yaris Heykers juga sempat menyita perhatianku. Atau Toyota Prius, legenda mobil hybrid yang katanya masuk lagi ke Indonesia. Dan puncaknya rasa penasaranku terlepaskan dengan melihat secara langsung Toyota CHR, yang ternyatamasih sekedar dipamerkan saja, belum untuk dijual di Indonesia. Berapa ya harga CHR kalau masuk Indonesia, bikin ngiler aja, hehe.....
Toyota CHR

Sekitar pukul 5 sore kami pun memutuskan untuk pulang. Berjalan dari Hall 10 s.d. 1 serasa panjang sekali, Benar-benar luas gedung eksebisi ini!" pikirku dalam hati. Di luar Gedung banyak penjual makanan khususnya yang dijajakan di atas Food Truck. Adapula sajian khas Betawi yang sering nongol di PRJ, apalagi akalau bukan Kerak Telor.

Sienta Baru


Sedikit tips ketika mau berkunjung ke GIIAS diantaranya:

  1. Sebaiknya berkunjung bukan saat hari libur, karena psati akan crowded banget.
  2. Kalau terpaksa hari sabtu minggu atau hari libur, lebih baik datang beberapa jam sebelum pareman dibuka agar dapat tempat parkir yang dekat, atau bisa parkir sambil jalan-jalan dulu ke AEON Mall sebelum melihat pameran, toh ada semacam shuttle bus yang mengantarkan pengunjung pulang pergi dari AEON ke ICE yang jaraknya juga relatif dekat.
  3. kalau pengen dapat diskon tiket, beli tiket dengan Kartu Mandiri di antrian khusus pengguna kartu Mandiri saat di ticket box. Lumayan kan, Beli dua gratis satu, atau beli dua diskon 20%.
  4. Lebih baik tidak membawa anak kecil, pastinya tidak akan leluasa (bisa rewel) karena waktu berjalan begitu cepat di dalam pameran. saya saja hampir 4 jam di dalam pameran nggak terasa.
  5. Terakhir siapkan stamina, karena pamerannya sangat besar dan panjang, butuh stamina kaki yang prima dan jangan lupa bawa air mineral.
Oiya saat berkunjung di booth Nissan, aku dan adik iparku diminta salah satu SPG-nya untuk berpartisipasi dalam Game yang ada di booth Nissan dengan iming-iming merchandise menarik. Kami pun ikut game tersebut, yang menurutku sangat menarik sambil mempromosikan teknologi terkini yang ramah lingkungan yang sedang dikembangkan oleh Nissan. Ada game mengayuh sepeda statis, terus game loncat-loncat. Meskipun agak capek tapi menyenangkan. Usai game, kami diberi es krim dan diminta untuk memutar undian, dan beruntungnya aku dapan topi, hehe lumayan...... Di booth Nisan ini aku lumayan tertarik dengan Nissan Juke yang baru, sepertinya tampangnya lebih langsing dari model sebelumnya. 

Melihat banyak mobil, jadi bingung mau pilih yang mana. Bingungnya ketika harganya cocok tapi modelnya nggak cocok, pas gilirannya modelnya cocok, ternyata harganya yang kelewat mahal, haha.....



Wednesday, August 9, 2017

Puas Beli Furnitur Berkualitas di Informa

Informa di Living Plaza Bintaro (dok. pribadi)

"Nak, besok kalau mau beli furnitur beli yang terbuat dari kayu jati, pasti awet bisa sampai anak cucu buyutmu!" Itulah 'wejangan' dari kebanyakan orang tua yang fanatik dengan furnitur berbahan baku kayu jati kepada anak-anaknya. Wejangan seperti itu tanpa kusadari menancap dalam mindset-ku tentang furnitur. Tapi ternyata zaman berubah lebih cepat dari yang diperkirakan. Hutan jati semakin sedikit, apalagi setelah penjarahan hutan jati diawal-awal era reformasi dua dekade lalu, harga kayu jati sekarang sudah sangat mihil...... kalaupun ada furnitur kayu jati yang harganya terjangkau, kebanyakan terbuat dari kayu jati muda yang kualitasnya rendah.

Sekitar 5 tahun yang lalu aku mulai menghuni rumah baru di kawasan Tangerang Selatan. Rumah baru belum afdol kalau tidak diisi yang serba baru termasuk furnitur. Salah satu furnitur yang ingin kubeli saat itu adalah lemari pakaian. Aku pun teringat dengan INFORMA. Entah mengapa pikiranku saat itu tertuju dengan Informa, mungkin karena sebelumnya aku pernah mampir di Informa cabang Bintaro  dan terkesan dengan display lemari pakaiannya yang besar-besar dan terkesan moderen elegan.

Suasana di gerai Informa Living Plaza Bintaro (dok. pribadi)
Nah, lemari pakaian yang kutaksir saat itu adalah jenis lemari dua pintu sliding yang terbuat dari papan partikel (particle board). Kok aku bisa tertarik dengan lemari yang terbuat dari papan partikel ya, padahal sejak kecil di rumah aku terbiasa dengan furnitur-furnitur yang terbuat dari jati yang kokoh tak terkecuali lemari pakaian. Namun, setelah aku tinggal di ibukota, mindset-ku tentang furnitur berubah. Tidak semua furnitur yang terbuat dari papan partikel itu ringkih, mudah rusak, dan terkesan murahan. INFORMA-lah yang mengubah cara pandangku terhadap furnitur.

Berbagai macam Furnitur di Informa Bintaro (dok. pribadi)
Dengan nama besar Informa, aku yakin kualitas produknya sangat terjamin sekalipun furniturnya terbuat dari papan partikel. Akhirnya saat itu kumantapkan hati membeli lemari yang terbuat dari particle board seharga sekitar Rp7 juta, angka yang menurutku cukup besar saat itu. Herannya kok aku berani beli furnitur di Informa ya, padahal setiap bulan aku dibebani untuk membayar cicilan KPR.

Ternyata Informa menerima pembayaran menggunakan  'Kartu Setan'....... ! What!

Eh nggak  Kartu Setan ding, tapi 'Kartu Malaikat'!

Entahlah apa julukannya boleh sebut Kartu Setan, boleh sebut Kartu Malaikat, yang pasti Kartu itu adalah Kartu Kredit yang menurutku sangat bermanfaat asal kita nggak pernah nunggak tagihan. Asyiknya lagi bayarnya bisa diangsur 12 kali, jadi nggak terasa nyicilnya.

Bisa mengajukan kredit di Informa (dok. pribadi)
Tahun demi tahun berlalu, tak terasa sudah empat tahun lebih lemari itu tetap berdiri kokoh di kamarku. Tidak ada indikasi melengkung, dimakan rayap, apalagi terkena jamur. Alhamdulillah, ternyata nggak percuma beli furnitur di Informa, barangnya terbukti berkualitas membuatku semakin mantap jika berbelanja furnitur lagi di informa. Aku jadi teringat cerita teman kantorku yang beli lemari pakaian dari kayu jati dengan harga hampir dua kali lipat dari lemari yang kubeli di Informa, ternyata setelah beberapa lama dipakai, daun pintu lemarinya agak melengkung sehingga agak susah dibuka. Sangat berbeda dengan lemari yang kubeli dari INFORMA, hanya dengan satu sentuhan jari saja bisa kugeser dengan mudah, kalau orang Jawa bilang mak tlenyer...... saking mudahnya dan smooth nggak seret. Usut punya usut yang kasus lemari pakaian temanku itu ternyata kayu jatinya bukan jati tua, melainkan jati muda yang kualitasnya kurang bagus, sehingga daya kembang susutnya masih tinggi yang mengakibatkan mudah berubah bentuk. 

Sudah hampir 5 tahun lemari yang kubeli di Informa masih bagus (dok. pribadi)
Beli furnitur kayu jati kalau nggak bener-bener terbuat dari jati tua itu menurutku mending beli furnitur papan partikel yang berkualitas. Kayu jati bisa disebut tua dan berkualitas jika dipanen pada umur 70 s.d. 80 tahun, busyet dah, lama bingits....! Nah, daripada ketipu beli furnitur kayu jati abal-abal, mending yang jelas-jelas berkualitas seperti furnitur di INFORMA meskipun terbuat dari papan partikel.


Yang membuatku semakin yakin akan kualitas furnitur yang dijual di Informa adalah tahan rayap dan tidak terpengaruh kondisi ruang yang lembab. Aku tinggal di daerah Tangerang Selatan yang tanahnya merah dan banyak sekali terdapat rayap tanah, tak jarang rumah rayap menyembul dari sela-sela nat lantai dan merembet ke furnitur ataupun kusen-kusen kayu. Namun, anehnya si rayap ataupun jamur kok enggan menjamah lemariku itu ya?


Berbagai Macam SofaBed di Informa (dok. pribadi)
Jadi sekarang kalau mau beli furnitur, coba mampir dulu di INFORMA. Dilihat dulu, diraba dulu, dirasakan dulu, kalau perlu dicium dulu bau furniturnya, hehe....... Rasakan bedanya, pasti kepincut untuk membelinya.

Wednesday, July 19, 2017

Cara Praktis Bayar Tagihan First Media

Setiap tanggal 15 tagihan baru langganan internetku di First Media (FM) pasti akan muncul di aplikasi My FirstMedia di iPadku. Kita juga bisa mendapatkan detail tagihan yang secara rutin dikirimkan ke email kita, meskipun tidak tepat setiap tanggal 15, untuk bulan ini malahan baru hari ini tanggal 19 Juli aku mendapatkan tagihan baru di emailku.

Yang agak surprise, tagihanku bulan ini lebih sedikit dibandingkan bulan lalu, padahal paketnya tetap sama. Nggak besar sih selisihnya cuma Rp5000,-

"Pasti ini ada kaitannya dengan metode pembayaran tagihan yang kulakukan!", pikirku saat itu.

Ternyata, setelah kubaca di detail tagihanku yang dikirimkan lewat email, untuk bulan ini tidak ada item 'Payment Charge" sebesar Rp5000,-. Lho kok bisa? Usut punya usut, bulan lalu aku bayar tagihan melalui aplikasi My First Media, dan memilih pembayaran menggunakan kartu kredit. Ternyata pilihanku tepat, pembayaran menggunakan kartu kredit langsung di aplikasi My FirstMedia tidak dikenakan biaya administrasi, lain halnya kalau kita melakukan pembayaran melalui ATm, mobile banking ataupun internet banking. Sebelum-sebelumnya aku bayar tagihan FM melalui fasilitas internet banking.

Untuk membayar melalui Aplikasi First Media, sebelumnya harus:

  1. mendownload aplikasi My FirstMedia untuk iOS ataupun android. 
  2. Kemudian klik menu "Pay Now"
  3. Muncul Pay Bill
  4. Kemudian Klik Next
  5. Pilih Metode pembayaran yang muncul, ada Visa, Mastercard, Mandiri Clickpay, DOKU Wallet, Debit Online, BNI debit online, dan OVO.
Pilihan Metode Pembayaran di Aplikasi My FirstMedia
Kebetulan aku membayar menggunakan kartu kredit Mandiri Mastercard, jadi kupilih Master Card. Selanjutnya kita diminta memilih antara DOKU dan Credit Card. Aku pilih Credit Card dan diminta untuk memasukkan nomor kartu kredit, Expiry date, dan CVV.

Jika sudah lengkap, kita klik "Pay" di bagian bawah. Pembayarannya cukup aman karena diverifikasi otomatis dengan sistem pembayaran DOKU yang akan mengirimkan OTP ke nomor ponsel kita yang terdaftar pada layanan First Media. Setelah dapat OTP, kita masukkan OTP itu ke halaman pembayaran, dan transaksi kita akan dinyatakan berhasil dan selesai. Cukup Praktis dan Aman.

Kita tidak perlu mengetikkan jumlah tagihan ataupun mencari-cari pilihan providernya (First Media)  seperti yang kita lakukan jika kita membayar tagihannya melalui ATM ataupun Internet Banking. Gratis pula biaya transaksinya. Dan Sssttt.....!!! yang penting bisa ngutang bayarnya pakai kartu kredit, hehe.....

Tuesday, July 11, 2017

Pengalaman Menginap di Hotel Aston Bojonegoro

Taman Plus Kolam Ikan Depan Lobby Hotel (dok. pribadi)
Rencana menginap di Bojonegoro memang sudah kami rencanakan beberapa hari sebelumnya. Libur lebaran sekaligus mudik tahun-tahun sebelumnya kami tidak pernah mampir menginap di perjalanan ketika melakukan perjalanan mudik dari Tulungagung Jawa Timur ke Pati Jawa Tengah. Entah, tiba-tiba terbesit saja untuk mencoba menginap di Bojonegoro yang seringkali kulalui ketika mudik ke Pati.

Kebetulan aku menginap saat perjalanan balik dari Pati ke Tulungagung. Biasanya kalau balik ke tulungagung dari Pati, aku berangkat subuh-subuh atau pagi banget, agar sampai Tulungagung tidak terlalu sore atau malam. Nah, karena kemarin itu aku sudah booking hotel di Bojonegoro, maka aku agak santai berangkatnya, toh nanti sesampainya Bojonegoro aku bisa menginap semalaman sebelum melanjutkan perjalanan ke Tulungagung.

Sebenarnya bukan alasan capek untuk menginap di Hotel, lebih ke alasan menyenangkan hati manggala yang senang berenang kalau ke hotel dan kami sekeluarga yang jarang bertemu ini bisa tidur dengan nyaman saat liburan ini meskipun semalam saja, hehe....

Seperti biasa kubooking hotel melalui travel agent online. Kali ini pilihanku jatuh di pegipegi.com karena memberikan diskon paling besar, lumayan 20%. tarif yang kubayarkan net jadinya sekitar Rp547 ribu, lebih murah 20% dari tarif normalnya. Saat transaksi online booking hotel itu kusertakan catatan kalau aku pengen kamar yang single bed dan kalau bisa yang pemandangannya menghadap kolam renang. Setelah kubaca-baca, ternyata aku salah memberikan catatan, maksudku single bed itu, satu kasur besar, padahal yang benar kalau pengen kasur besar itu pesannya harus yang satu Double bed, kalau single bed itu standar kasur yang lebih kecil mungkin ukuran 100x200 yang jumlahnya ada dua per kamar. Tipe single bed lebih cocok untuk menginap bersama teman. Langsunglah kutelpon pihak hotelnya agar merubah catatan pesananku menjadi double bed, masak nanti aku tidur 'pisah ranjang' sama istriku, hehe......

Sesampainya di hotel aku tinggal check in, nggak sampai 5 menit langsung diberi kunci hotel di lantai 3. Kuncinya masih yang tipe magnetic, belum yang RFiD sehingga jangan dijadiin satu sama HP di kantong, karena seringkali bisa error magnetic-nya. Mobil segera kuparkir ke parkir basement.
Double Bed Kamar di Hotel Aston Bojonegoro (dok. pribadi)

Masuk ke kamar, sesuai ekspektasiku, kamarnya cukup lega, bersih, rapi, dan pemandangannya ke arah lobby. Tidak bisa mendapatkan kamar yang menghadap kolam renang karena aku pesan tipe kamar yang paling murah alias tipe superior, hehe..... Tapi nggak masalah, menghadap lobi pun pemandangannya cukup ok, karena di depan lobby ada kolam beserta taman yang cukup hijau.


Abis naruh-naruh barang di kamar, Manggala nggak sabar untuk segera berenang. Salah satu mengapa aku milih Aston, karena ada kolam renangnya dan pastinya ada kolam renang untuk anak. Kolam renangnya kebetulan berada di lantai dasar. Kami harus turun terlebih dahulu  ke lantai dasar kemudian melalui bagian depan ruang-ruang pertemuan, baru terlihat kolam renang yang cukup cantik, dikelilingi taman yang asri dan teduh. Kolamnya ternyata tidak begitu luas, padahal dalam bayanganku kolam renangnya luas seperti gambarnya di foto. Tapi meskipun relatif kecil, yang aku suka dari kolamnya adalah kebersihannya dan bagus secara estetikanya dipadu dengan taman yang terkesan menyatu dengan tamannya.

Kolam Renang Aston Bojonegoro (dok. pribadi)
Melihat kolam renang di depan matanya, manggala terlihat sangat senang dan matanya berbinar-binar. Kebetulan di kolam renang sore itu sangat sepi, hanya ada satu orang petugas dan pengunjung yang sedang berenang, seorang bapak dan anaknya yang seumuran Manggala.

Ketika aku datang, si petugas dengan ramah menanyaiku, "Pak butuh handuk berapa?"

"Cukup, dua saja Mas!", jawabku. Segera aku diberikan dua handuk besar.

Aku dan istriku juga menyempatkan diri berenang, lumayan lah dapat beberapa kali bolak-balik renang dari ujung ke ujung kolam. Menjelang Maghrib kami pun menyudahi renang sore itu. Tempat bilasnya cukup bersih dan tersedia juga sabun serta ada air panasnya.

Kami pun kembali ke kamar dan bersiap untuk keluar hotel mencari menu makan malam di Bojonegoro. Keesokan paginya, Manggala minta berenang lagi, jam 6 pagi dia sudah siap. Kali ini aku tidak ikut berenang dan hanya menontonnya dari tepian kolam.

Sesampainya di kolam renang, ternyata kolam renang masih ditutup dan masih dibersihkan oleh petugasnya. Seharusnya jam 6 pagi sesuai jadwalnya sudah dibuka. Kami pun menunggu kira-kira 20 menit. Aku minta ke petugasnya agar dibuka dulu yang kolam renang anak, karena manggala sudah tidak sabar untuk nyebur ke kolam. Sambil menunggu, kuajak Manggala keliling kolam sambil pemanasan ringan. Begitu diizinkan oleh si petugasnya, Manggala langsung saja nyebur.

Dia sangat senang sekali, dan mencoba gaya-gaya renang yang menurutku dia sudah ada kemajuan yang cukup lumayan, sudah berani nyelam-nyelam sambil mempraktekan gaya dada, ataupun terlentang. Progress yang cukup baik lah.... Selang beberapa saat kemudian, datanglah beberapa anak kecil untuk berenang, jadilah dia punya teman bermain dan menambahnya semakin bersemangat. Sekitar pukul 8 lebih aku minta manggala untuk segera membilas dan mandi karena kami harus segera melanjutkan perjalanan ke Tulungagung, tapi sebelumnya kami sarapan terlebih dahulu karena perutku saat itu sudah keroncongan.

Kami pun bergegas ke ruang makan di samping kolam renang. Salah satu lagi alasanku mengapa memilih Aston, karena menu sarapan paginya yang cukup variatif dan enak. Sesuai ekspektasiku, menunya cukup variatif dan enak. Pantes saja kalau hotel ini merupakan hotel terbaik di Bojonegoro. Sebelum pulang aku juga sempat ketemuan dengan mantan siswaku dulu yang kebetulan anak Bojonegoro di Lobby Hotel.

Setelah semua barang kami kemasi dan masukkan ke mobil, aku pun langsung menuju resepsionis untuk check out. Nggak sampai 5 menit, semua beres, dan kami pun meninggalkan Aston Bojonegoro dengan kesan yang memuaskan, sampai-sampai si Manggala berujar pengen nginep 5 hari lagi di situ, haha.... duite le... Bapak nabung dulu ya...... Mungkin next time, Aston Bojonegoro menjadi rujukan menginap kami lagi ketika melewati Bojonegoro.





Saturday, June 17, 2017

Pengalaman Menginap di Hotel Bukit Daun Kediri (part 2)

Liburan kemarin putraku Manggala pengen berlibur di hotel yang ada kolam renangnya seperti tahun kemarin. Nggak mau repot jauh-jauh ke Malang, aku memilih berlibur saja ke Kediri, menginap di Hotel Bukit Daun persis seperti tahun lalu.

Selain faktor keterjangkauan, kupilih Hotel Bukit Daun karena kompleks hotelnya yang cukup luas seperti resort gitu, ada kolam renang anak yang cukup representatif dan halaman yang cukup luas bisa untuk bersepeda si Manggala sepuasnya.

Kupesan jauh-jauh hari sebuah kamar standar room seharga sekitar Rp350 ribu yang ternyata sama persis tipenya dengan kamar yang kupesan tahun lalu dan bisa parkir mobil langsung di depan kamar.

Kebetulan hari saat kami sekeluarga menginap di sana adalah hari libur nasional bertepatan dengan hari kenaikan Isa Almasih jadi Hotelnya pun cukup ramai dengan peziarah umat nasrani yang berziarah di kompleks Gereja Puhsarang yang kebetulan berdekatan dengan Hotel Bukit Daun, hanya berjarak sekitar 5 km dari Hotel.

Sesampainya di hotel sekitar pukul 2 siang, kami pun langsung menuju resepsionis untuk check in. Kami diberi satu kunci kamar jenis kartu RFID, voucher makan pagi dan voucher berenang. Sesampainya di kamar, Manggala nggak sabar untuk berenang dan langsung minta ganti baju dengan pakaian renang. Aku juga sudah mempersiapkan celana renang yang minggu kemarin baru kubeli di Zalora dan kacamata renang yang sudah lama tidak kupakai khusus spesial kusiapkan untuk menemani Manggala berenang liburan kali ini.

Kebetulan kamar kami dekat dengan kolam renang jadi cuma berjalan kira2 30 meter sudah sampai kolam. Siang itu kolam sudah lumayan ramai dengan para remaja dan anak-anak yang sedang asik berenang. Sepertinya mereka kebanyakan bukan tamu hotel yang menginap melainkan pengunjung umum kolam renang yang membayar tiket masuk tersendiri.

Byurrr... langsung saja Manggala nyebut tanpa babibu. Matanya berbinar-binar melihat kolam yang nampak lumayan jernih itu dengan air mancur yang keluar dari mulut patung lumba-lumba di tepi kolam. Aku pun menemaninya sampai puas. Sesekali kuajari cara berenang tapi dia masih ngeyel dengan gayanya ngawurnya. Karena kebanyakan minum air, dia pun muntah, huek sorrr...... 

Usai berenang langsung saja kami kembali ke kamar, mandi. Acara selanjutnya adalah bersepeda di halaman belakang hotel yang cukup. Halaman belakang hotel ini sejak aku pertama kali menjamahnya lebih dari setahun yang lalu masih hampir sama keadaannya. Masih berupa lahan terbuka yang dipaving. Halaman seluas itu cocok kalau untuk acara konser, temu klub mobil sport, atau kegiatan outdoor lainnya. Pemandangannya cukup bagus karena langsung berhadapan dengan bukit hijau di belakangnya. Sayang kondisinya terkesan kurang termanfaatkan secara maksimal, tidak terlihat juga bekas-bekas suatu event pernah berlangsung di situ.

Masih di halaman belakang ada kandang besar berisikan beberapa ekor rusa. Pengunjung bisa mendekat ke kandang dan biasanya si rusa akan mendekati pengunjung berharap dapat makanan dari pengunjung, sayangnya tidak bisa memberikan makanan buat rusa karena pihak hotel nggak menyediakan ataupun menjual makanan khusus buat rusa. Aku pun berinisiatif mencabut rumput liar di sekitar kandang dan kuminta Manggala memberikannya ke rusa yang mendekatinya.

Puas berenang dan bermain sepeda, si Manggala merasa lapar banget begitu pula dengan kedua ortunya, haha.... Kami pun meluncur ke kota cari bebek goreng langganan kami yang maknyus fresh padahal harganya murah banget nggak sampai 20ribu per ekornya, puas lah pokoknya. Usai makan kami bergegas menuju Taman Tirtayasa yang terletak di samping Stadion Brawijaya Kediri untuk melihat pesta lampion. Ternyata pas sampai di sana selain ada berbagai macam bangunan lampion ada atraksi yang sangat menarik yaitu Dancing Fontain yang keren banget dipadu dengan permainan tata cahaya dan sorot proyektor yang memutar film pendek dengan air mancur sebagai backgroundnya.

Masih di Hotel Bukit Daun keesokan harinya Manggala mengajak berenang lagi. Sebenarnya males banget dingin-dingin harus nyebut nemenin Manggala berenang, tapi demi kegembiraan si anak lanang kesayangan, apa sih yang nggak kuberikan. Si Manggala di kolam renang malah sempat kenalan dan bermain dengan anak kecil perempuan yang mungkin usianya lebih dari 3 tahun di atasnya, namanya Erika. Dia memang gampang akrab dengan anak kecil yang baru dikenalnya apalagi kalau usianya yang lebih tua darinya.

Puas berenang kami pun balik ke kamar dan mandi. Tidak seperti pengalaman mandi sebelumnya yang air hangatnya lancar, kali itu air hangatnya tidak keluar sama sekali, payah.... males buat komplain toh sebentar lagi mau check out.

Tibalah saat sarapan. Kami pun menuju ruang makan yang berada di samping sungai. Pemandangannya cukup bagus dengan nuansa etnik interior ruangannya. Makanannya cukup biasa, kurang variatif dan agak lama top up persediaannya. Pihak manajemen Bukit Daun perlu belajar mengenai betapa sangat pentingnya kepuasan pengunjung terhadap menu breakfast akan membuat pengunjung terkesan dan bisa menjadi referensi positif jika mau menginap lagi di kemudian hari. Bisa belajar dari jaringan hotel kelas kakap semacam aston, mercure, ataupun lainnya. Fasilitas yang mungkin saja kurang memuaskan pengunjung bisa terabaikan dalam memori pengunjung jika menu sarapannya variatif, enak, dan memuaskan.

Secara umum aku memberikan poin 7,5 dari skala10 untuk pengalaman menginap di Bukit Daun. Pemandangan alamnya, kolam renang dan kondisi kamar cukup memuaskan. Minusnya cuma air hangat yang ngadat pada pagi hari saat itu dan menu sarapan yang kurang variatif. Semoga kedepan pelayanannya semakin lebih baik.