Friday, December 21, 2012

Empat Kota, Empat Kesan Berbeda

Sampai saat ini aku sudah merasakan hidup di 4 kota.

1. Periode 1984 - 2002
Dalam periode ini kuhabiskan masa kecil dan remajaku di Kota Pati, sebuah kota kecil di Pantura Jawa Tengah yang terkenal sebagai kota pensiunan, karena sepinya kota Pati (saat itu). Kota yang dulunya adalah ibukota Karesidenan Pati, berada di Jalur Utama Pantura Jawa. Jalan Daendels yang dibangun pada awal abad ke-19 membelah kota ini dari barat ke timur.

Udara panas pantura Jawa, dengan nyamuknya yang 'ganas-ganas' menemaniku lebih dari dua windu usiaku. Kota kecil yang tidak ada macet, udara yang masih segar di pedesaan sekitarnya, bintang-bintang yang masih terlihat jelas di malam hari, serta langit biru di siang hari yang senantiasa menemani.

Makanannya pun tak kalah enak, ada Sate Kambing muda yang mak nyus, Nasi Gandul GadjahMati yang menggoyang lidah, Soto Kemiri yang sangat legit dan gurih, Bandeng Presto dan aneka makanan dan masakan yang lezat-lezat dan murah bisa kunikmati setiap saat.

2. Periode 2002-2008
Masa kuliahku kuhabiskan di kota Jogja. Di UGM kutempuh studi selama 6 tahun sampai gelar master kudapat. Kota Jogja adalah kota yang sangat berkesan dan membuatku kecanduan tuk senantiasa merindukannya. Aku sering menjelajahi obyek-obyek wisata di kota ini baik yang terkenal ataupun yang terdengar samar-samar. Di kota ini fasilitas sangat lengkap dan begitu mudah didapat. Mau wisata belanja ada mall, pasar, dan kaki lima yang menjamur, mau wisata budaya ada keraton dan museum-museum budaya ataupun gedung kesenian, mau wisata pegunungan ada Kaliurang, Kaliadem, Kalikuning, dan berbagai objek wisata di Lereng Merapi. Mau wisata Pantai ada Pantai Glagah, Trisik di Kulonprogo, Pantai Pandansari, Pandansimo, Depok, Parangkusumo, sampai Parangtritis dan Parangendog di Bantul, juga Pantai-pantai berpasir putih di selatan Gunung Kidul dari Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak, sampai Siung dan Sadeng bisa dijelajahi dengan sangat mudah. Mau wisata Candi juga bertebaran di mana-mana, dari Prambanan, Kalasan, Ratu Boko, Banyunibo, Barong, Sambisari dan yang terbaru ditemukan Candi di Kompleks Perpustakaan UII.

Jogja dulu kota sepeda, sekarang menjadi kota sepeda motor. Mayoritas yang lalu lalang di jalanan Jogja adalah Mahasiswa. Berbagai plat nomor kendaraan dari Sabang sampai Merauke ada di Jogja. Berbagai macam suku di Indonesia bergelut menimba ilmu di kota pelajar ini.

Menuntut ilmu di Jogjakarta sungguh kondusif. Suasana yang nyaman, sejuk hawanya, makanan murah dan suasana tenang di pedesaannya sungguh membuat setiap pendatang betah tinggal berlama-lama di kota ini.

3. Periode 2009 - 2012
Hampir 4 tahun kuhabiskan di Jakarta. Tak pernah sebelumnya terpikirkan olehku untuk bekerja dan mempunyai rumah di Jakarta dan sekitarnya. Dalam benakku kala itu Jakarta begitu padatm identik dengan kemacetan, orang berseliweran dimana-mana, dan polusi udaranya yang panas, serta raungan kendaraan bermotor yang membahana. Tapi aku sudah mulai bisa menikmati ritme warga ibukota yang begitu cepat dan dinamis. Aku lumayan betah di Jakarta, sampai aku harus pindah tugas ke kota lain di akhir tahun 2012 ini.

4. Periode Oktober 2012 - sekarang
Di Balikpapan lah tempat kerja baruku. Di kota minyak yang terkenal mahal biaya hidupnya (lebih mahal dari Jakarta) aku harus beradaptasi lagi dengan lingkungan kerjaku dan kota Balikpapan. Udara Balikpapan yang sangat panas serta air yang kurang bersih merupakan kesan pertamaku akan kota ini. Kota ini dihuni mayoritas pendatang dari Jawa, jadi aku tidak terlalu susah mencari makanan yang cocok dengan lidah dan kantongku. nasi Pecel, Lodeh, Oseng-oseng, Sayur Bayam, Ayam tempe penyet, bertebaran di kota ini.

Semua Kota yang pernah kutinggali memberikan kesan sendiri-sendiri yang unik dan selalu kan kuingat sepanjang hidupku.

Balikpapan, 21-12-2012 (Hari 'Kiamat' versi Maya?)

No comments:

Post a Comment