Thursday, December 13, 2012

Iri Dengki vs Kebahagiaan Hakiki

Iri dengki tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kita kadangkala iri dengan keberhasilan orang lain baik itu keluarga atau teman kita sendiri. Seringkali kita melihat teman kita lebih pintar dari kita, lebih banyak rezekinya (dalam hal ini materi) ataupun lebih tampan atau lebih cantik dari kita. Kadangkala pula terbesit perasaan senang ketika teman yang membikin kita iri mendapatkan musibah. Manusia memang aneh, haruskah kita membiarkan sifat iri dengki yang memang merupakan sifat dasar manusia ini membelenggu sepanjang umur kita di dunia ini?

Ada banyak kerugian jika kita selalu diliputi sikap iri dengki terhadap orang lain:
  1. Hidup kita menjadi tidak tenang, tidur kita pun selalu tidak nyenyak karena selalu berpikir keras tentang kesuksesan orang lain yang membuat kita iri hati.
  2. Iri dengki adalah penyakit hati, pernyataan ini adalah sesungguhnya benar adanya karena jika kita iri hati akan membuat suasana hati kita tidak senang gembira dan menjauhkan kita dari aura positif sehingga metabolisme tubuh kita akan terganggu dan pada akhirnya bukan kesehatan yang kita dapatkan melainkan berbagai macam penyakit yang membuat hidup kita semakin tidak bahagia.
  3. Iri dengki hanya membuat kita sibuk untuk mengorek-ngorek sisi negatif dari seseorang sehingga menghambat produktivitas kerja kita ataupun kreativitas. energi yang kita gunakan terbuang percuma dan potensi kita akan semakin tertutup jika terus memupuk sifat iri dengki di hati kita.


Coba kira renungkan, bukankah Tuhan telah menganugerahkan berbagai kelebihan-kelebihan yang spesifik bagi tiap-tiap ciptaan-Nya. Tidak sepantasnya kita iri akan kelebihan orang lain, karena kita sendiri mempunyai kelebihan yang orang lain itu tidak punya, mungkin kita belum menyadari akan kelebihan kita.

Beberapa motivator menyarankan kita selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita agar kita senantiasa diberi rezeki oleh-Nya. Salah satu cara bersyukur adalah dengan mengendalikan hati kita untuk tidak iri dengki kepada teman kita yang kita anggap lebih berhasil dari kita. Kita harus ikut senang melihat teman kita banyak rezeki, toh tidak ada gunanya iri dengannya karena hanya menguras energi dan makin menghambat rezeki kita.

Perbedaan rezeki (dalam hal ini materi) seringkali menjadi pemicu timbulnya sifat iri dengki di hati kita. Sejak dini mind set kita akan definisi rezeki harus kita ubah, rezeki bukan hanya kelimpahan materi semata melainkan juga kesehatan, kebersamaan kebahagiaan dengan keluarga, kemudahan-kemudahan dalam menjalani hidup, putra-putri yang sholeh dan pintar, istri yang setia dan mampu mendidik putra-putri tercinta. Coba kita identifikasi diri dan keluarga kita, apakah selama ini kita sehat dan jaraang masuk rumah sakit? apakah anak-anak kita di sekolah pintar dan tidak nakal? apakah tiap hari kita bisa berkumpul dengan anak istri tercinta?

Coba kita juga tengok teman atau saudara kita yang membuat kita iri karena rezekinya (materi) lebih berlimpah. apakah dia dan keluarganya selalu sehat? apakah dia berkumpul dengan anak istrinya setiap hari? apakah anak-anaknya menjadi anak yang berprestasi di sekolahnya? 

Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk senantiasa memupuk sifat iri dengki dalam hati. Tuhan Maha Adil, dan jika kita selalu bersyukur akan nikmat-Nya niscaya kita akan dilebihkan dalam hal rezeki bukan sekedar materi.

Kebahagiaan ada dalam mind set kita sendiri. Ada orang super kaya tapi belum merasa bahagia, ada orang sederhana tapi dia merasa bahagia sekali dengan hidupnya. Jadi untuk mencapai kebahagiaan hakiki tidak melulu harus mencapai kelimpahan materi, melainkan bagaimana cara pandang kita dalam mendefinisikan kebahagiaan itu. Tapi yang pasti, kebahagiaan yang hakiki tidak akan pernah terwujud jika kita masih memelihara sifat iri dengki dalam hati kita. 

No comments:

Post a Comment