Wednesday, July 10, 2013

Heboh Septictank Mampet!


Milis google group warga perumahan kami sedang beberapa hari ini sedang dihebohkan dengan kasus yang menimpa salah satu warga. Kasus yang menghebohkan itu bertemakan kotoran manusia alias tinja, hiiii.......

Membaca pertama kali kasus yang diungkapkan salah satu warga ini membuatku prihatin, namun juga diselingi rasa geli karena komentar-komentar warga lain yang terlampau jujur mengenai topik spesial yang satu ini.

Sebut saja tetangga saya yang satu ini Mr. IT. Si Mr. IT ini suatu hari dikejutkan dengan mampetnya saluran pembuangan di closet kamar mandi rumahnya. Semula Mr. IT menduga karena mampet, maka dimintanya salah satu tukang di kompleks perumahan untuk membereskannya. Tak dinyana, si tukang mempunyai ide brilian untuk mengatasinya. Si Tukang menyarankan untuk menyemprot lubang closet itu dengan air bertekanan tinggi. Alhasil si Mr. IT sebagai empunya rumah menganggap ide itu cukup logis dan jitu. Maka dieksekusilah ide 'brilian'dari si tukang.

Kejadian yang terjadi selanjutnya sungguh luar biasa. Air bercampur kotoran muncrat kemana-mana. Air pun tidak terdengar mengalir ke bak septictanc yang berada di depan rumah. Aku coba membayangkan betapa syoknya Mr. IT melihat kondisi itu. Kecewa bercampur penasaran, Mr. IT bersama tukang-tukang di perumahan mengecek saluran pembuangan yang mengarah ke septictank. Ternyata hasilnya cukup mencengangkan! Tidak ada pipa paralon yang menyalurkan kotoran dari closet ke septictank. "Jadi kemana larinya air yang bercampur kotoran itu", pikir Mr. IT dengan lebih syok tentunya. Gila mengapa developer sebesar ini kontrolnya sangat lemah, dan terkesan cuek terhadap kualitas bangunan yang dibuatnya.

Para warga pun rame-rame menghujat developer di milis google group. Ada yang turut prihatin, ada yang penuh semangat menuntut agar developer mengecek semua saluran pembuangan ke septictank, karena dikhawatirkan kasus ini juga akan menimpa warga yang lain, ada yang menghujat habis-habisan developer terlebih letak pompa airnya ditaruh di belakang rumah dan berdampingan langsung dengan rumah Mr. IT yang kemungkinan besar kotoran yang tidak mengalir ke septictank itu mengalir ke sumurnya. Edyannnnn.....!

Aku juga kepengen menghujat habis-habisan developer yang dari awal memang aku tidak sreg dengan cara maupun hasil dari bangunan yang dihasilkannya. Dari awal pembangunan rumahku, aku selalu menyempatkan melihat progress-nya setiap minggu. Banyak yang membuatku kurang sreg, mulai dari pondasi, kualitas cor-coran untuk tulangan bangunan sampai dengan bak septictank. Khusus untuk Bak septictank aku sangat kecewa dengan developer. Bagaimana tidak, Bak septictank sedalam 2 meter yang terdiri dari 2 bis beton kualitasnya sangat jelek. Bis beton septictank rumahku yang bagian atas terpasang dalam kondisi retak-retak berat. Aku sudah komplain berkali-kali untuk diganti, namun ternyata hanya ditambal campuran semen, dan mereka terlihat buru-buru menutupnya dengan tutup beton yang kualitasnya juga patut dipertanyakan. Aku tidak bisa berbuat banyak dengan ulah mereka saat itu, karena tidak bisa mengawasi setiap hari proses pembangunan rumahku. Aku berharap kotoran di septictank rumahku bisa kukontrol desecara mandiri agar tidak mencemari air tanah. Rencananya aku secara berkala akan memberi cairan bakteri pengurai tinja yang bisa mengurai dan menetralisir dampak dari bakteri Escherichia coli yang dapat mencemari air tanah.

Banyak referensi di Indonesia yang menyarankan jarak minimal antara septictank dengan sumur adalah 10 meter. Jarak sumurku sendiri jika ditarik dengan garis lurus dengan septictank sekitar  kurang lebih 10 m. Ternyata jarak 10 meter ini ada hitung-hitungannya bukan sekadar kepantasan saja. E.Coli bisa bertahan hidup selama 3 hari, sedangkan kecepatan rata-rata aliran air tanah di Pulau Jawa sekitar 3 m/hari, Jadi masa hidup E.Coli x kecepatan aliran air = 3 hari x 3m/hari = 9 meter. Sebagai tambahan pengaman maka ditambahkan 1 meter. Jadi Totalnya 10 meter minimal jarak ideal antara Septictank dan Sumur. Sebenarnya tidak masalah septictank dekat dengan sumur, asalkan bisa dipastikan septictank-nya kedap air. Namun, sebagian besar septictank yang dibuat rata-rata rumah di Indonesia masih memungkinkan untuk merembes, jadi jarak 10 meter itu harusnya menjadi patokan minimal dalam membangun sebuah rumah.


Kembali ke masalah si Mr. IT, akhirnya pihak developer mau bertanggungjawab namun, MR. IT dan keluarganya tentunya harus diribetkan dengan proses pembongkaran lantai dan pemasangan pipa pembuangan yang membuat tidak nyaman di rumah selama beberapa hari. Namun, yang disesalkan kenapa hal sangat vital itu sampai terlewatkan oleh developer yang sudah puluhan tahun membangun perumahan. Sungguh terlalu!!!

3 comments: