Showing posts with label Kalstar. Show all posts
Showing posts with label Kalstar. Show all posts

Tuesday, January 5, 2016

Pengalaman Buruk Beli Tiket Pesawat Kalstar

Kalstar Aviation
Libur telah tiba, libur telah tiba, hore-hore-hore........ Libur akhir tahun 2015 kemarin lumayan cukup lama, kira-kira selama 10 hari aku berada di Jawa. Semangat baru, senang, gembira, bahagia bercampur aduk karena berkumpul dengan anak istriku, bertemu ayah ibu di Pati, Saudara-saudara di Jogja, di Pacitan, dan di Tulungagung, sampai sempat nyekar ke makam Mbah di Bantul. Lumayan komplit pokoknya liburan kali ini.....

Keasikan liburanku kali ini terusik dengan pembatatalan penerbangan oleh Maskapai Kalstar Aviation. Bagaimana nggak gemes, sebel, jengkel sebelumnya tiket berangkatku tanggal 24 Desember 2015 dibatalkan sepihak pada H-2, eh ini tiket pulangku juga dibatalkan H-1. Bayangkan H-1 di puncak musim balik liburan Natal dan Tahun Baru. Gila!!!!! Jelas sudah susah tiket pengganti dari maskapai lain, plus kalaupun ada jelas harganya mahal sekali.

Begitu ada SMS pembatalan H-1 atau tepatnya tanggal 2 januari 2016, aku pun langsung pesan tiket tanggal 3 Januari 2016 untuk rute Surabaya - Pontianak, lagi-lagi di Traveloka seperti yang kulakukan sebelumnya saat pembatalan tiket berangkatku. Tapi sayangnya tiketnya sudah mahal banget, lebih mahal sekitar 60% dari tiket yang kubeli sebelumnya. Asemmmmmm......!!!

Nggak seperti sebelumnya pas ada promo diskon tiket Rp125ribu, kemarin promo dari Traveloka ada diskon Rp60ribu untuk pembelian tiket melalui Kartu Kredit Mandiri. Ya, lumayanlah daripada nggak dapat diskon sama sekali, haha...... dasar kalangan price sensitive, hix!

Kekecewaanku sama Kalstar mungkin nggak begitu berat jika pihak Kalstar, jauh-jauh hari memberitahukan pembatalan penerbagan. Coba banyangkan, H-2 sebelum jadwal penerbanganku balik ke Pontianak, aku berinisiatif untuk telpon Kalstar Pusat Jakarta untuk mengkonfirmasi apakah penerbanganku yang  tanggal 3 dibatalkan atau masih on schedule, dan kutanyakan pula apakah pesawat yang kemarin tergelincir sudah beres diperbaiki.

Di ujung telepon yang lain, si mbak CS menjawab kalau penerbanganku tidak dibatalkan cuma digeser saja jadwalnya dari semula pukul 19.30 WIB menjadi puul 17.10 WIB, dan dia pun mengiyakan kalau pesawatnya sudah berhasil diperbaiki! Ternyata kenyataannya  keesokan harinya positif CANCELLED! Tiket pun bisa di refund!

Kutelponlah pihak Kalstar Surabaya, gimana aku bisa merefundnya. Pihak Ticketing Kalstar malah balik bertanya kepadaku "Mas belinya dimana?"

"Di Traveloka!", jawabku tegas

"O, kalau gitu refund-nya langsung di Traveloka saja mas!", jawabnya enteng

Jelas saja darahku spontan mendidih, dengan nada tinggi aku marah sama mas-mas penerima telponku itu. Akhirnya dia menjawab kalau refundnya bisa dilakukan di Terminal 1 Juanda.

Sangat marah aku kala itu, keesokan harinya ketika aku sampai di Juanda Surabaya langsung aku menuju counter ticketing Kalstar yang dipenuhi para petugasnya dengan wajah-wajah panik tanpa guratan senyum sedikitpun. Mungkin mereka lelah melayani komplain para calon penumoang Kalstar yang dibatalkan.

Aku langsung saja masuk ke ruang ukuran kira-kira 2 x 4 meter itu. Aku ditanya oleh petugas Kalstar berwajah oriental dengan raut muka cemas dan tingkah yang serba keburu-buru nggak tenang. Langsung saja kuutarakan maksudku untuk refund.

"Mau refund ya Mas, boleh nggak saya minta nomor rekeningnya, nanti uangnya akan kami transfer!", jawabnya dengan alasan bla-bla-bla yang normatif.......

Naik lah emosiku seketika itu,...... dan akhirnya ada petugas lain yang bilang ke si mas yang melayaniku itu kalau mereka sudah diberi uang oleh bosnya barusan, so bisa langsung refund. Akhirnya setelah menunggu kurang lebih 10 menit, aku berhasil mendapatkan uang refund-ku sebesar Rp965.500.

Selama menunggu proses administrasinya aku sempat berbincang dengan seorang petugas lainnya,
"Iya mas, kami di sini kan cuma pelaksana, kacau banget Kalstar kali ini, jadwalnya nanti kacau terus sampai Maret, parahnya kemarin pas malam tahun baru mendadak pesawat yang mau ke Denpasar dibatalkan! celetuknya dengan wajah masam.

"Masak sih cuma satu pesawat yang trouble, efeknya bisa sedahsyat ini?", timpalku kemudian.

"Iya mas, pesawat kita kan hanya lima saja!", sahutnya dengan tanpa semangat.

Hah cuma lima pesawat, wah udah deh, nggak lagi-lagi pesan Kalstar. Mending maskapai yang jelas-jelas saja yang punya banyak armada, satu trouble bisa diganti yang lain.

Intinya Kapok beli Tiket Kalstar!!!

Baca Juga: Pembatalan Sepihak Kalstar

Tuesday, December 22, 2015

Pembatalan Penerbangan Sepihak Kalstar Aviation

Rute Kalstar dari Surabaya ke Beberapa Kota di Kalimantan
Seperti tahun-tahun sebelumnya, akhir tahun ini bertepatan dengan libur natal dan tahun baru, aku ambil cuti selama empat hari dan berencana untuk pergi liburan dengan keluarga kecilku di Jawa Timur. Tentunya aku sudah punya tiket Pontianak - Surabaya pp pada tanggal 24 Desember 2015 dan balik pada 3 Januari 2016.

Aku memilih Kalstar karena penerbangannya paling pagi diantara maskapai lainnya rute Pontianak - Surabaya yaitu Citilink dan Lion Air. Jadwal penerbanganku dengan Kalstar hari kamis esok rencananya pukul 7 pagi, namun kemarin aku mendapatkan SMS dari Kalstar Pontianak jika penerbanganku dimundurkan satu jam menjadi pukul 8 pagi dan harus sudah check in jam 06.30 WIB.

Nah, tiba-tiba pagi tadi jam 10 kurang aku mendapat SMS lagi dari Kalstar Pontianak yang menyatakan bahwa penerbangan Kalstar Rute Pontianak -Surabaya tanggal 24 Desember 2015 s.d. 1 Januari 2016 ditiadakan dikarenakan trouble pada pesawat dan tiket dapat di-refund full. Paniklah aku saat itu, sangat marah dan khawatir tidak bisa pulang liburan akhir tahun ini karena mungkin tiket pesawat lain sudah habis.

Nggak mau menduga-duga, langsung kubuka aplikasi Traveloka di iPad dan coba kuketik rute Pontianak - Surabaya pada tanggal 24 Desember, ternyata masih ada, yaitu maskapai citilink. Sebelum kuproses pembayaran, aku sempat mencari-cari di website traveloka kali aja ada diskon hari ini, karena akhir-akhir ini traveloka banyak diskon. Benar juga ternyata khusus hari Ibu hari ini 22 Desember ada diskon Rp125.000 untuk pembelian tiket pesawat minimal Rp1juta khusus pembelian melalui aplikasi Traveloka, bukan melalui website Traveloka. Nah, tiket citilink ternyata harganya lebih dari 1 juta maka kumasukkan kupon diskon PASTI125 di halaman pembayaran traveloka dan voila.... bener diskon Rp125ribu, jadinya cuma kubayar tiketnya senilai Rp998.371,- Alhamdulillah....

Temanku  yang punya tiket Kalstar juga akhirnya beli juga tiket citilink melalui aplikasi Traveloka dan dapat diskon Rp125ribu. Beres dengan tiket pengganti, pagi itu juga kami langsung meluncur ke kantor perwakilan Kalstar Pontianak di Jalan Tanjungpura untuk melakukan refund. Sebelumnya temanku sempat telepon, untuk refund perlu menunjukkan tiket dan fotokopi KTP dan proses refund-nya akan berlangsung selama 3 hari.

Sampai di Kantor Kalstar, masih sepi saat itu, langsung kami menuju petugas customer service. Kusodorkan tiket dan fotokopi KTP. Karena penjelasan customer service menyatakan refund berlangsung selama tiga hari, maka spontan aku naik pitam dan minta untuk di-refund secara tunai saat itu juga. Si CS-pun berusaha menenangkanku, dan untungnya aku bisa segera meredam emosiku dan si CS yang perempuan menyatakan bisa me-refund saat itu juga. Kutunggu kurang lebih 10 menit akhirnya aku dan temanku mendapatkan uang kami kembali. Gimana nggak emosi, lha wong pembatalan mendadak eh malah refundnya berhari-hari, untung saja masih aku ngeh saat itu ada sms pembatalan dan segera cari tiket pengganti.

Pulang dari kantor Kalstar aku tertawa geli, uang refund-nya ternyata lebih banyak daripada uang yang kukeluarkan untuk beli tiket dulu, soalnya saat aku beli tiket di tiket.com kalau nggak salah ingat dapat diskon sekitar Rp110ribu. He he, lumayan..... Mungkin tadi kalau nggak marah-marah nggak dapet deh uang refund-nya, terkadang kemarahan itu berguna ya, haha.....

Mungkin kalau aku datang lebih siangan ke kantor Kalstar tidak bisa langsung refund, untungnya saat itu mereka masih punya uang cash. Hix... Oiya ternyata trouble pesawat yang dimaksud dalam SMS dari Kalstar Pontianak adalah Pesawat Kalstar yang tergelincir di Bandara El Tari Kupang pada hari senin kemarin.


Monday, July 27, 2015

Pengalaman Mudik Naik Embraer E-Jets 190/195 Kalstar

Safety Guide Kalstar E 190/195 (dok. pribadi)
Lebaran tahun ini adalah mudik ketiga kalinya aku dari Pulau Kalimantan. Berbeda dengan dua kali mudik sebelumnya yang mana aku mudik dari Balikpapan, tahun ini aku mudik dari Pontianak. Tujuanku pertama jelas ke Tulungagung, Jawa Timur, dan bandara yang terdekat adalah Juanda Surabaya.

Mudik kali ini aku terbang dengan pesawat Kalstar Aviation Pontianak - Surabaya, karena hanya Kalstar-lah satu-satunya maskapai yang melayani rute tersebut secara langsung. harga yang kutebus untuk penerbangan pp Pontianak Surabaya adalah sebesar Rp3 jutaan, lumayan juga sih, tapi ya mau nggak mau harus kubeli.

Ini bukan penerbangan pertamaku menggunakan Kalstar ke Surabaya dari Pontianak, mudik ini penerbangan yang kedua. Yang pertama sekitar bulan Mei kemarin, pesawat yang digunakan jenis boeing yang agak jadul, agak ketar-ketir juga kala itu naik Kalstar.

Tanggal 16 Juli 2015 atau H-1 habis subuh aku dan teman kantor berangkat ke Bandara Supadio, Saat check in aku sengaja request ke petugas counter check in Kalstar untuk duduk di samping jendela pintu darurat. Diberikanlah aku nomor 15A. Usai Check in aku langsung menuju ruang tunggu di lantai 2 terminal Supadio yang baru. Dari ruang tunggu yang yang berdindingkan kaca lebar menghadap ke landas pacu, terlihat jelas kabut asap yang agak pekat. Aku sudah was-was, jangan-jangan penerbanganku delay, tapi Alhamdulillah jarak pandang masih memungkinkan untuk take off. sekitar pukul setengah 8.

Saat boarding masuk pesawat, aku agak sedikit kaget karena ternyata pesawatnya bukan pesawat yang dulu aku naiki ke Surabaya, melainkan pesawat yang lebih kecil dengan formasi tempat duduk 2-2 seperti pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dipakai Garuda Indonesia. Duduklah aku di seat 15A samping jendela pesawat persis di pintu darurat. Setelah duduk kubaca safety guide yang ada di kantong kursi di depanku, barulah aku tahu kalau pesawat yang digunakan adalah jenis Embraer E190/195. Pesawat ini kemungkinan besar yang tipe E190 soalnya di lembar safety guide-nya di bold di angka 190.

Pesawat buatan Brazil ini menurutku lebih lapang dan lebih tinggi ruang kabinnya dibandingkan pesaingnya yaitu pesawat Bombardier CRJ 1000 yang dipakai oleh Garuda Indonesia. Duduk di kursi samping pintu darurat jelas ruang kakinya lebar dan memang itulah yang kucari karena aku termasuk si panjang kaki, hehe....

Sepanjang perjalanan kurang lebih selama 1,5 jam si pramugari menyajikan kotak snack berisikan satu roti sosis keju dan satu aqua gelas. Cukup sederhana, tapi lumayanlah....

Perjalanan 1,5 jam ke Surabaya nggak terasa karena kebetulan asik ngobrol dengan penumpang sebelah yang sama-sama mau mudik ke Jawa Timur. Pendaratan cukup mulus dan stabil, menurutku malah lebih stabil embraer 190 daripada si Bombardier CRJ 1000.

Hari Minggu kemarin balik ke Pontianak, lagi-lagi aku naik Kalstar dengan pesawat tipe yang sama. Aku minta ke petugas counter seat di pintu darurat lagi dekat jendela, dikasihlah nomor 14A. Lumayan On Time, boardingnya, dan take off pukul 19.45 WIB mundur 15 menit dari jadwal semula. Masuk ke pesawat ternyata seat 14A bukan berada di pintu darurat, melainkan di depannya. Wah payah, aku lupa kalau yang di pintu darurat itu 15A. Mungkin si petugas counter check in salah lihat di monitornya. Ya sudahlah....

Sambil menunggu take off kuamati tempat nomor tempat duduknya, ternyata tidak ada nomor 13. "Oalah ternyata percaya angka keramat juga to Kalstar ini, nggak hanya lantai gedung atau nomor rumah saja yang nggak pakai nomor 13, ini seat pesawat juga.... !", pikirku.

Begitu take off, aku rasakan tekanan udara yang kurang nyaman di kabin, puncaknya saat pesawat mulai turun dari ketinggian bersiap landing, telinga bagian kananku sakit banget. Kok ini rasanya beda banget ya sama pesawat yang kutumpangi saat berangkat mudik. Atau mungkin ada yang nggak beres dengan telingaku, kok penumpang lainnya kayaknya nggak segelisah diriku. Pesawat pun landing dengan sempurna di Supadio sekitar pukul 21.05 WIB, lebih cepat 10 menit dari perkiraan semula. Alhamdulillah sampai dengan selamat.

Overall pelayanan Kalstar sudah semakin bagus dengan peremajaan armadanya dan ketepatan waktunya. Oiya aku belum nyoba toiletnya yang ada dua buah di ujung depan dan paling belakang, mungkin lain kali aja....

Saturday, June 20, 2015

Berkunjung Ke Kota SIntang (Part 3)

Sebetulnya ada objek menarik di Sintang yaitu Bukit Kelam. Bukit yang lumayan tinggi dengan puncaknya yang terlihat tumpul setidaknya jika dilihat dari kejauhan di Kota Sintang. Namun, sepertinya perlu seharian untuk menikmati bukit Kelam (dengan mendaki tentunya), sedangkan waktuku di Kota Sintang sangat terbatas. Ya sudahlah, mungkin lain waktu aku datang ke kota ini dan menyempatkan untuk mendaki Bukit Kelam.

Malam kedua di Kota Sintang, kami diajak makan malam keluar oleh kolega kami di Sintang ke sebuah rumah makan seafood di sisi kota Sintang lainnya yang merupakan pusat perdagangannya, beda dengan dengan sisi kota tempat kami menginap dan pusat pemerintahan. Rumah makan yang tidak mewah melainkan berada di salah satu ruko-ruko. Enak dan segar masakan yang disajikan, padahal Sintang jauh dari laut, jauh dari pegunungan tempat sayur mayur, yang otomatis berimbas pada harga makanannya, nggak tahu berapa harga makanan yang enak-enak, maklum makan gratissss, haha.... yang pasti nggak murah lah....

Usai makan malam yang mengenyangkan itu, kami Balik ke Ke Guest House Bagus. Sebelum menuju kamar kami masing-masing kusempatkan bertanya ke Mbak-mbak resepsionis, "Mbak, untuk pembayaran bisa gesek pakai kartu debit Mandiri?".

"O, bisa mas....", sahutnya singkat. Berati aku nggak usah repot-repot mengambil uang di ATM malam itu. Kami pun masuk ke kamar kami masing-masing.

Jadwal pesawat kami ketika itu jam 7 pagi. Aku pun bangun pukul 4 pagi, bersiap untuk mandi. "Wah kok hujan ya, semoga sebentar lagi segera reda.", doaku dalam hati ketika bangun mendengar derit bunyi hujan yang sepertinya awet banget.

Pukul setengah enam, aku sudah berisap di lobi menuju jemputan ke bandara. Sambil menunggu jemputan kubermaksud check out sekalian membayar hotelnya. Resepsionisnya saat itu ganti mas-mas. Dan kutanya, "Mas bisa bayar pakai kartu debit Mandiri kan?". Dia menjawab dengan ragu, "Wah maaf Pak nggak bisa, mesinnya sedang bermasalah!".

"Gimana sih, tadi malam kata mbaknya bisa!", jawabku segera dengan sedikit kecewa.

Setelah menunggu beberapa menit, tetap saja EDC-nya nggak bisa diakses dan akhirnya aku pun meminkan sejumlah uang temanku untuk melunasi tagihan hotel.

Kelar dengan semua tagihan hotel, jemputan kami pun datang. Pak Karna menjemput kami dengan mobil dalam keadaan hujan yang masih saja awet. "Wah ini pasti delay, aku dulu di Nunukan juga seperti ini, mau berangkat ke bandara malah hujan deras, dan bukan hanya delay namun dibatalkan!", ujarku kepada temanku.

"Semoga saja hujan segera reda dan penerbangan kami ke Pontianak nggak delay dan lancar!", doaku dalam hati.

Sesampainya di Bandara, pintu masuk terminal keberangkatan belum dibuka, namun berepa saat kemudian langsung dibuka, dan kami pun segera check in. Saat check in, ternyata bagasi kami yang berisikan dokumen-dokumen dan peralatan dalam kardus (lumayan banyak sih) tidak diikutkan dalam  penerbangan kami saat itu, melainkan akan diikutkan dalam pernerbagan selanjutnya jika landasan sudah kering. Kami pun ngotot dan mengiba agar bagasi kami itu diizinkan untuk ikut penerbangan, namun petugas keukeuh untuk menolaknya dengan alasan keselamatan.

Kami pun memaklumi, mungkin pesawat tidak boleh terlalu berat agar bisa take off dan landing dengan lebih safety dalam keadaan hujan ataupun landasan basah.

Sejenak sebelum boarding, kulihat pilot yang kelihatannya sudah senior (orang Indonesia) mulai menuju pesawat, dengan kondisi cuaca di luar yang masih hujan rintik-rintik. Sesaat setelah itu, kami dipersilakan untuk boarding dengan dipinjami payung satu per satu berjalan menuju apron tempat parkir pesawat Kalstar ATR 72 seri 500.

Aku pikir kondisi cuaca seperti itu,penerbangan kami akan dibatalkan, ternyata jalan terus. Selepas take off, cuaca semakin bagus, aku pun menyempatkan untuk memotret kelak-kelok sungai Kapuas dari atas.

Penerbangan lumayan lançar pagi itu, dan sekitar 15 menit berlalu pesawat mulai bergoncang-goncang hebat, tiba-tiba naik wussshh..... tiba-tiba turun.....weshhh..... kayak bermanuver menghindari awan. pagi itu suasana di Kabin pesawat sangat hening dan mencekam, jantungku pun berdegup kencang. Temanku yang seorang perempuan di sampingku menangis terus. Pikiranku semakin nggak karuan, manakala aku ingat pagi hari sebelum penerbangan aku ditelpon istriku, katanya semalam manggala sering terbangun dari tidurnya dan menanyakan "Bapak endi- Bapak endi?" (Bapak mana, Bapak mana?: bahasa Indonesia). Jangan-jangan penerbangan ini menjadi akhir hidupku, tapi aku yakin Hidup dan Mati seseorang hanya milik Allah, kalau belum saatnya ya tidak akan terjadi. Yang membuatku lebih yakin, tadi kulihat pilotnya sudah cukup senior, jadi pastinya dia sudah banyak mengalami cuaca seperti ini. Sang pramugari yang biasanya terlihat mondar-mandir di lorong pesawat pun tak nampak sama sekali, sampai-sampai snack yang harusnya dibagikan, tidak dibagikan sama sekali.

Akhirnya, setelah sekitar 10 menit bergumul dengan cuaca buruk, akhirnya kami segera landing di bandara Supadio Pontianak. "Cindy-cindy...tuh-tuh udah kelihatan kantor kita!", seruku kepada temanku sambil menunjuk kantor kami yang baru dekat bandara. Akhirnya dia mulai tenang dan lega.... Sama sepertiku, dia berpikir kalau dia sudah mendekati ajal.

Akhirnya kami mendarat di POntianak dengan selamat, meskipun penerbangannya berjalan lebih lama sekitar 45 menit. Itulah pengalam terburukku naik pesawat sampai saat ini, semoga tidak pernah mengalami hal seburuk itu atau yang lebih buruk.



Thursday, April 9, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Kalstar

ATR 72-600 Kalstar Aviation (Dok. Pribadi)
3 hari sudah di Ketapang, dan siang tadi saatnya balik ke Pontianak. Nggak pakai Trigana Air tapi naik Kalstar. Sama-sama pakai pesawat ATR 72 namun beda seri. Trigana pakai ATR 72 - 200 kalau Kalstar pakai versi terbarunya ATR 72 -600 sama seperti yang dipakai Garuda Indonesia rute Balkikpapan -Pontianak

Pesawat yang kami tumpangi delay sekitar 45 menit. Kalstar dari Semarang baru mendarat pukul 15.22 WIB padahal seharusnya kami sudah take off pukul 14.45 WIB. Untungnya ruang tunggu Bandara Rahadi Oesman cukup lengang dan sejuk sehingga lumayan nyaman.

Uniknya meskipun tercantum nomor kursi di boarding pass kita, namun sistem tempat duduk di Kalstar siapa yang cepat masuk, dia bisa bebas milih tempat duduk. Jadilah kami buru-buru menuju boarding gate ketika petugas mengumumkan boarding. Untunglah aku bisa dapat kursi nomor 2 dari depan dan di samping jendela, puaslah aku potret sana-sini pemandangan di bawah sepanjang perjalanan. Cantik sekali ketika take off meninggalkan Ketapang ada pelangi melengkung setengah lingkaran sampai ke laut.

Perjalanan ditempuh 33 menit dengan ketinggian terbang sampai 10.500 kaki. Kabinnya persis sekali seperti ATR yang dipakai Garuda. Dengan ruang bagasi kabin yang lebih luas daripada milik Trigana Air, kondisi yang masih baru, dan yang paling penting suara mesin baling-balingnya nggak terlalu kencang berbeda halnya dengan Trigana.

Take Off dan landing berjalan mulus. Tapi sayangnya selama perjalanan tidak diberi minuman sama sekali, apalagi snack, haha.... namanya saja budget flight. Aku nggak sempat mencoba fasilitas toiletnya. Pramugarinya lumayan ramah, nggak sejutek pramugari Trigana yang sebelumnya kutumpangi.

Overall naik ATR 72-600 Kalstar cukup nyaman, cuma delaynya itu lho, tapi masih bisa ditolerir lah. So pilih mana, kalau mau ke Ketapang dari Pontianak naik Trigana Air atau Kalstar?

Wednesday, April 8, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 Trigana Air

Trigana Air ATR 72 (Dok. Pribadi)

Akhir-akhir ini kok kebetulan sering naik ATR ya. Akhir tahun lalu naik ATR Kalstar dari Tarakan ke Nunukan. Akhir Maret kemarin naik ATR 72 Garuda Indonesia dari Balikpapan ke Pontianak. Nah kemarin selasa kebetulan ke Ketapang naik ATR 72 Trigana Air.

Ini kali pertama aku naik Trigana Air. Jadwal keberangkatan pukul 8.15 WIB, namun anehnya counter check in di Bandara Supadio Pontianak baru dibuka pukul 7 pagi, nggak peduli bawa bagasi atau nggak. Mending kalau antreannya teratur, lha ini banyak penumpang yang menyerobot langsung ke depan, dan herannya petugas Trigana Air tetap melayaninya dengan ekspresi wajah yang seolah hal itu biasa aja.

Tibalah setelah antre selama 20 menit, barulah tibalah giliran kami untuk check in. Tiket yang kami beli dari agen travel ternyata sudah include airport tax. Namun, kami ada kelebihan bagasi lebih dari 22kg berhubung kami bertiga dan jatah bagasi per orang hanya 10 kg, sedangkan bawaan kami 52 kg. Jadilah kena charge sebesar Rp7000/kg, dengan toital charge Rp154.000, termasuk murah lah.

Ok, kami pun langsung menuju ruang tunggu di lantai 1. Ternyata pesawat delay sekitar 30 menit. Akhirnya tibalah saat boarding, kami pun dibawa dengan shuttle bus menuju apron parkir pesawat. Maklum lah nggak bisa pakai garbarata, lha wong pesawat kecil.

Seperti biasanya pesawat jenis ATR 72, kami masuk melalui pintu belakang, sedangkan pintu depan digunakan untuk pintu masuk bagasi. Kesan saat pertama kali masuk pesawat adalah pesawat yang sudah jadul dengan AC yang agak panas, "pantesan aja, muka-muka pramugarinya berkilau-kilau, o ternyata karena panas to!", pikirku saat itu.

Aku duduk kebetulan di nomor 3B (lorong) Pesawat ini tentunya berkapasitas 70 orang dengan 2 awak kabin. Susunan seatnya 2-2, dimulai dari nomor 1 di paling depan. Pintu darurat pun terdapat di samping kursi nomor satu.
Tapi aku nggak sempat mencoba toilet di Trigana Air ini, apakah sebersih toilet di Garuda Indonesia dengan jenis pesawat yang sama.
Kebetulan teman kantorku yang duduk di sebelahku baru pertama kali itu naik ATR 72 dan merasa kurang nyaman agak menakutkan, ditambah lagi pas landing terkesan menukik dan mendadak alias nggak smooth dengan goncangan yang relatif keras. Mungkin masih pilot baru, hehe.... Padahal saat aku naik Garuda Indonesia yang memakai pesawat sejenis (tapi lebih baru) mulus banget saat take off maupun landing.

Kalau pakai Garuda mendapatkan snack dan minuman yang bisa milih, di Trigana Air cuma diberikan Teh Sosro Kotak tanpa snack. "Wah enak banget ya pramugarinya, nggak perlu repot-repot menyajikan makanan", celetukku pada teman di sebelahku.

Sekitar 30 menit di udara, sampailah kami di bandara Rahadi Usman Ketapang. Bandara kecil di sebuah Kabupaten di ujung paing selatan Provinsi Kalimantan Barat. Lumayan sepi bandaranya, tapi yang kusuka bukan fasilitasnya melainkan bagasiku cepat diturunkan ke conveyor belt.

Akhirnya bisa ke Ketapang juga yang terkenal dengan Batu Kecubungnya.... Naik ATR 72, siapa takut???