Showing posts with label Pontianak. Show all posts
Showing posts with label Pontianak. Show all posts

Monday, June 27, 2016

Perpanjangan SIM A dengan Fasilitas SIM Online di Pontianak

Senin tanggal 23 Mei 2016 kemarin stigmaku terhadap polisi berubah. Bagaimana tidak, selama ini stigmaku terhadap polisi kurang begitu bagus, tapi karena momen 23 mei itu ternyata stigmaku selama ini salah. Polisi Telah Berubah!

Kebetulan aku mempunyai SIM A yang ketika itu hampir habis masa berlakunya tanggal 31 Mei 2016, tepat saat ulang tahunku ke-32. Nah, bingunglah aku gimana mau memperpanjangnya. Kalau aku pulang ke Pati, Jawa Tengah kota kelahiranku tempat membuat SIM A-ku dulu jelas aku harus meluangkan banyak waktu alias harus cuti. Opsi itu kayaknya nggak memungkinkan mengingat pekerjaan kantor saat itu lagi padat-padatnya dan tentunya menguras banyak kocekku kalau opsi itu kulakukan. Kubatalkanlah opsi itu!

Opsi kedua, biarlah SIM A-ku hangus sampai jatuh tempo, nanti saat libur lebaran aku mau membuat SIM A baru di Tulungagung Jawa Timur, alamat KTP-ku sekarang, kota dimana anak dan istriku tinggal. Tiba-tiba aku teringat dengan fasilitas SIM Online yang akhir tahun lalu telah di-launching Kepolisian RI. Fasilitas SIM Online ini untuk memfasilitasi perpanjangan SIM secara online bagi masyarakat perantau agar tidak perlu repot-repot pulang ke kampung halaman untuk memperpanjang SIM-nya. Langsunglah ku-googling tentang SIM Online. Di beberapa artikel yang kutemukan rata-rata isinya sama yaitu, fasilitas SIM Online ini hanya bisa dilayani di 45 kota yang terhubung database-nya secara online. Sialnya ternyata kotaku Pati tidak ada di dalam daftar 45 kota itu. Maklum mungkin karena kota kecil kali ya, haha.....

Nggak mau patah arang, dalam pikiranku kubertanya "Masak sih sejak akhir tahun kemarin belum nambah juga kota yang terkoneksi dengan SIM Online ini?" Daripada penuh diliputi rasa penasaran, aku pun memutuskan untuk mampir ke Polresta Pontianak pada hari senin itu. Kubermaksud menanyakan apakah SIM saya yang dibuat di Pati bisa diperpanjang di Pontianak.

Ditemani sopir kantorku, sekitar pukul 1 siang aku bertolak ke Polresta Pontianak. Sesampainya di sana kulangsung bertanya kepada seorang polisi yang sedang berada di pos depan tempat pembuatan SIM semacam resepsionis gitu. Kutanya, "Pak, ini saya mau memperpanjang SIM, untuk kota Pati sudah bisa diperpanjang di sini belum ya Pak?"

"Pati Jawa Tengah ya Mas, coba mas masuk dilihat dulu daftar kota yang sudah bisa SIM Online di banner yang ada di dalam ruangan itu.", jawabnya dengan ramah.

Langsung saja kumasuk ruangan dan kulihat daftar kota di banner yang ada di ruang tunggu pembuatan SIM, ternyata masih sama dengan daftar kota yang kulihat di internet, mungkin banner-nya belum di-update, haha....

Kebetulan saat itu pelayanan SIM masih tutup karena istirahat siang. Masih penasaran dan seolah nggak percaya, kukembali ke depan menemui Pak Polisi yang kutanyai tadi. "Bener ya Pak, belum nambah kotanya ya?", tanyaku dengan penuh harap. Pak Polisi tadi pun meresponku dengan memanggil temannya yang baru datang, kayaknya abis sholat karena masih memakai sandal jepit dan basah rambut di dahinya.

"Ini lho ada yang mau perpanajang SIM dari Pati!", seru Pak Polisi kepada temannya.

Aku pun dipersilakan masuk ke ruang pembuatan SIM dan langsung dicek dataku di komputer kali saja sudah ada. Kuserahkan SIM-ku dan Voila.... ternyata setelah dicek, dataku ada di database SIM Online. Senang banget rasanya..... Kemudian KTP-ku diminta untuk dicocokkan dengan database. Aku pun disuruh melihat di komputer ngecek apakah sudah benar dataku.

Si Polisi yang ramah ini kemudian mempersilakanku menuju ruang foto untuk diambil sidik jariku, tanda tangan dan tentunya difoto. Kemudian aku diminta membayar biaya pembuatan SIM sebesar Rp80ribu, benar-benar sesuai tarif resmi, nggak ada pungutan lainnya. Oh My God....seolah nggak percaya, proses perpanjangan SIM-ku hanya sekitar 5 menit. Sebelum aku pulang, kusempatkan meminta foto bersama dengan Pak Polisi yang membantuku membuat SIM itu. Luar Biasa.... ! Akan kuingat seumur hidupku, haha....

Kepuasanku saat itu kalau di konsep tangg kepuasan konsumen berada di puncak tertinggi yaitu AMAZING. Pelayanan yang luar biasa! Maju Terus Polisi Indonesia!

Saturday, June 4, 2016

Ganti Kartu Tri 4G di 3 Store Pontianak

Akhirnya Tri menjadi operator seluler terakhir yang mulai menggelar layanan 4G-nya, menyusul Telkomsel, Indosat Ooredoo, dan XL Axiata yang telah duluan menggelar layanan ini. Tak bisa dipungkiri handset 4G yang semakin awam mendorong Tri untuk menggelar layanan 4G di beberapa Kota di Indonesia dalam tahap awal peluncurannya.

Saat ini aku berdomisili di Pontianak, dan ternyata sejak awal tahun  ini, Pontianak termasuk salah satu kota dari enam kota yang mendapat kesempatan pertama mencicipi layanan 4G Tri. Mungkin di Pontianak sudah banyak pelanggan Tri yang menggunakan handset 4G, jadi kota Khatulistiwa ini menjadi prioritas utama dalam gelaran layanan 4G Tri.

Kebetulan aku menggunakan kartu Tri untuk dua gadgetku, iPad Mini 2 dan BB Z3. Untuk iPad Mini 2 sudah support 4G, sedangkan BB Z3 belum. Nah, siang tadi aku datang ke 3 Store Pontianak yang beralamat di Jalan Ahmad Yani No.69 C, dekat Kantor Gubernur Kalimantan Barat. Untungnya siang tadi lagi sepi, so tidak pakai antre lama dan langsung dilayani CS-nya.

Kuutarakan maksudku untuk mengganti SIM card nano di iPad-ku dengan SIM card yang support 4G. Sekalian saja kuganti kartu di BB Z3-ku dengan kartu baru yang support 4G meskipun handsetnya belum support 4G, nggak papa lah, kali aja nanti ganti handset baru, haha......

Untuk penggantian kartu tidak dikenakan biaya, namun disyaratkan untuk top up pulsa minimal Rp20ribu. jadilah aku top up 20ribu untuk masing-masing nomor. Mumpung masih ada stok kartu 4G, sekalian saja kubeli kartu perdana baru untuk iPad istriku yang sudah lama nggak aktif kartunya seharga Rp25ribu.

Pelayanan CS-nya cukup ramah dan profesional. Sekitar 20 menit aku di situ, tak disangka ternyata antrean pelanggan yang ada di belakangku sudah banyak, untung aku datang agak pagian , haha.......

Thursday, December 3, 2015

Coverage 4G Plus LTE Indosat Ooredoo di Pontianak

Peta Coverage 4G Plus LTE Indosat Ooredoo
Tadi siang kuantar temanku ke Galeri Indosat Ooredoo di Jalan Ahmad Yani depan Megamall Ayani Pontianak untuk menukarkan SIMcard lamanya ke USIM card 4G LTE Indosat. Kebetulan di Pontianak sudah ada layanan 4G LTE Indosat meskipun belum mencakup seluruh kota.

Coverage 4G Plus LTE Indosat di Pontianak masih terfokus di sepanjang Jalan Ahmad Yani, Jalan Tanjungpura, Kompleks Universitas Tanjungpura dan sekitarnya. Di Jalan Sultan Abdurrahman tidak semua wilayahnya tercover sinyal 4G, dan kebetulan kosku masuk di daerah yang tercover 4G LTE Indosat, haha....... Jadi bisa memanfaatkan bonus 10GB akses internet di jaringan 4G LTE karena aku baru beli paket super internet 2GB.

Untuk menikmati layanan 4G LTE harus menggunakan handset yang mendukung 4G LTE, tidak hanya berada di wilayah yang tercakup sinyal 4G LTE saja melainkan kita juga harus menukarkan SIMcard lama menjadi USIM card di Galeri Indosat (berubah namanya menjadi Gerai Indosat Ooredoo) dengan cuma-cuma alias gratis-tis-tis.....!

Mungkin untuk saat ini indosat ooredoo masih tes pasar potensi pengguna 4G LTE Indosat di Pontianak yang sepengamatanku mereka menyasar daerah-daerah yang banyak mahasiswa maupun anak mudanya seperti Universitas Tanjungpura, Politeknik Negeri, maupun Megamall Ayani tempat anak muda Pontianak nongkrong.

Pengguna Indosat di Pontianak memang tidak sebanyak pengguna telkomsel, tapi menurutku strategi mereka sudah benar yaitu menyasar anak muda yang haus akan akses internet, apalagi diiming-imingi bpnus 10GB akses di jaringan 4G LTE, siapa yang nggak tergiur.....

Selama menggunakan akses 4G LTE Indosat di Pontianak, terutama di sekitar kosku, aku cukup puas, karena meskipun sinyal 4G LTE-nya hanya berkisar  2-3 bar saja, tapi kecepatanku ngebut abisss....! Nggak tahu juga ntar kualitas kecepatannya jika sudah banyak yang menggunakan. Semoga Indosat Ooredoo terus meng-update jaringannya dan memperluas coverage 4G LTE-nya.

Saturday, November 28, 2015

Kuliner Pontianak: Pisang Goreng Srikaya

Logo Srikaya Suka Hati

Tak lengkap rasanya kalau di Pontianak nggak nyobain pisang gorengnya. Bukan sembarang pisang goreng melainkan pisang goreng istimewa, Pisang Goreng Srikaya.

Pisang Goreng Serikaya
Pisang goreng srikaya ini cocok untuk teman minum kopi, makanya tak jarang ditemukan di kedai-kedai kopi Pontianak. Nah, pisang goreng srikaya sendiri sebenarnya pisang goreng yang terbuat dari jenis pisang kepok digoreng dengan balutan tepung terigu yang dibelah diberi selai srikaya di tengahnya.

Pisang goreng srikaya paling nikmat dinikmati selagi hangat, dengan lelehan selai srikayanya, makyuss bangetlah pokoknya.

Nggak sembarang kedai kopi menyajikan pisang goreng srikaya yang enak, salah satunya yang terkenal berada di Jalan Tanjungpura. Di kedai kopi sempit di tengah-tengah deretan ruko, menjual selai srikaya dengan merek Serikaya "Suka Hati". Selai dijual dalam bentuk mangkuk plastik kecil seharga 25ribu. Selain menjual selai srikaya, kedai kopi yang tepatnya berada di Jl. Tanjungpura No.17 Pontianak yang diemperan rukonya terdapat banyak penjaja batu akik itu juga menjual pisang goreng srikaya dengan harga per potongnya Rp4000,-.

Pisang srikaya sangat cocok untuk menemani minum teh atau kopi, hmmmm maknyusss.....

Kedai Kopi kecil penjual pisang goreng srikaya

Selai Srikaya


Saturday, November 21, 2015

Pengalaman Tukar SIM card Biasa dengan USIM card 4G LTE di Galeri Indosat Pontianak

USIM Card 4G LTE Indosat 
Beli handset 4G nggak afdol rasanya kalau nggak ganti kartu. Nah, kebetulan handset yang baru kupakai tipe simcard-nya adalah nano simcard. Daripada aku motong simcard sendiri dengan susah payah seperti yang kulakukan untuk iPad Mini mending aku langsung saja ke Galeri Indosat untuk tukar kartu nano simcard.

Awalnya agak sayang juga sih nukerin kartu yang sudah sekitar 9 tahun menemaniku di berbagai handset, tapi kalaupun mau kupotong menjadi nano simcard juga nggak memungkinkan karena jenis simcard-nya termasuk simcard jadul yang chip-nya relatif besar. Jadilah ikhlas kutukarkan simcard im3 lawasku.

Kebetulan saat ini aku berdomisili di Pontianak, nah selasa kemarin, begitu handset pesananku datang langsung saja siang sekitar pukul 13.00 WIB aku meluncur ke Galeri Indosat Jalan Ahmad Yani Pontianak, tepatnya di depan Ayani Mega Mall. Bangunan dengan dominasi cat warna kuning membuatnya mudah dikenali sebagai galeri Indosat.

Pertama kali saat datang, masih ditempat parkir, aku disambut ramah oleh Pak Satpam. Beliau menanyakan, "Kalau boleh tahu keperluannya apa mas?"

"Mau ganti nano simcard, Pak!", jawabku lugas

Si Pak Satpam agak kebingungan, mungkin dia baru denger nama nano simcard, yo wis lah......

Akhirnya aku diantar ke customer service di gedung bagian belakang, karena bangunan utama di depan sedang direnovasi.

Masuk ke ruang customer service, disambut meja satpam yang siap dengan nomor antreanya yang saat itu dijaga oleh seorang satpam yang lebih tua. Aku tidak diberi nomor antrean karena tidak perlu antre saat itu, dan aku pun menuju salah satu dari dua meja Customer Service (CS).

Disambut dengan jabat tangan ramah oleh Mas Aan yang kebetulan bertugas sebagai CS saat itu. Tanpa basa-basi langsung kuutarakan maksudku untuk menukarkan simcard lamaku dengan nano simcard.

Mas Aan meminta simcardku yang lama dan pinjam KTP-ku untuk dicek datanya. setelah dicek di komputer kemudian dia mengambil secarik form untuk menempelkan simcard lamaku dan menulis data-datanya, dan aku tinggal tanda tangan saja.

Sebelumnya sambbil dia ngecek data di komputer kutanya "Mas di sini belum ada 4G ya layanan indosatnya?"

"Awal Desember nanti launching Mas, sekarang sudah ada tapi belum stabil, Mas-nya mau sekalian ganti kartu 4G? jawabnya

"Iya sekalian saja ganti kartu 4G Mas, toh kalaupun nggak ada sinyal 4G bisa dinonaktifkan kan...?

Aku diberi simcard baru jeni USIM Card 4G LTE ukuran All in One, artinya dalam satu simcard itu bisa dipilih ukuran simcard biasa, micro simcard dan nano simcard yang semuanya sudah terpotong dengan presisi, sehingga kita tinggal butuh ukuran yang mana, tinggal copot saja. Bagus juga tuh ide dari indosat, jadi nggak perlu khusus cetak micro simcard atau nano sim card sendiri-sendiri.

Mas Aan menjelaskan kalau kartu akan aktif dalam waktu satu jam ke depan. Kira-kira mungkin hanya sekitar 5 menit aku di situ, luar biasa cepat. Puas dengna pelayanan Galeri Indosat Pontianak, dan tanpa dipungut biaya sepeser pun untuk penggantian Simcard.

Sesampainya di kantor, meskipun belum satu jam aktivasi simcard barunya, ternyata kartu nano simcard 4G LTE-ku sudah bisa aktif.

Kucobalah layanan 4G-nya ternyata wusshhhhh cepet banget loadingnya meskipun di sekitar tempat tinggalku sinyal 4G-nya hanya berkisar 2 bar. Ahay....

Sunday, August 23, 2015

Karnaval Khatulistiwa 2015 di Pontianak

Pamflet Festival Khatulistiwa (dok. pribadi)
Kemarin sore sekitar pukul 2 siang digelar hajat akbar dalam rangka HUT RI ke-70 yang dipusatkan di Kota POntianak, Kalimantan Barat. Gelaran dengan tajuk Karnaval Khatulistiwa 2015 ini terdiri dari karnaval darat dan air. Karnaval ini juga dimeriahkan dengan penampilan artis-artis nasional seperti Slank, Ello, dan Saykoji.

Karnaval darat sendiri dimulai dari Kompleks Rumah Radank (Rumah Adat Dayak) dengan puluhan Mobil Hias menuju ke Alun-alun Kapuas. Kemarin sore sekitar pukul 3 sore iring-iringan karnaval lewat depan kantorku di Jl. Sultan Abdurrahman. Di barisan paling depan ada Marching Band TNI yang menampilkan pertunjukan memukau dengan suara marching band yang membahana menghentak jantung para penontonnya.


Nah, setelah barisan Marching Band tibalah iring-iringan mobil hias. Mobil Hias pertama yang berhiaskan patung burung Enggang ternyata dinaiki oleh Jokowi yang didampingi dengan Gubernur Kalimantan Barat. Jokowi sambil melambaikan tangan dan mengumbar senyum ke masyarakat, juga membagi-bagi kaos dengan melemparnya.
Anis Baswedan Menyapa Masyarakat Pontianak (dok. pribadi)

Dibelakangnya ada mobil hias yang ternyata juga ada Anis Baswedan, yang duduk mengumbar senyum dan melambaikan tangan. dan setelahnya puluhan mobil mewah yyang mungkin di dalamnya berbagai pejabat negara.


Habis itu baru iring-iringan mobil hias dari masing-masing kabupaten di Kalimantan Barat, perwakilan beberapa propinsi di Indonesia, dan juga berbagai kantor dinas ataupun lembaga di Kalimantan Barat.

Mobil Hias perwakilan DKI Jakarta dengan Abang None-nya (dok. pribadi)
Jangan dibayangkan iring-iringan mobil hiasnya seperti Karnaval Mobil hias di Pasadena, AMerika serikat yang penuh bunga. Menurutku biasa saja, seperti karnaval pembangunan 17 agustusan yang ada di kota-kota kabupaten. Panitia yang mengatur jalannya karnaval juga sepertinya kurang siap, mengingat rangkaian karnaval tidak mulus tersambung menjadi satu melainkan seringkali terpisah jauh antara mobil hias yang satu dengan yang lain, bahkan jedanya cukup lama dan diselingi kendaraan umum yang lewat. Iring-iringan terakhir dari karnaval darat barisan penggemar Moge dan sepeda onthel kuno.
Mobil Hias Khas Dayak yang ditumpangi Anis Baswedan (dok pribadi)

Pengaturan iring-iringan pun kurang sistematis, campur aduk urutannya antara mobil hias dari perwakilan propinsi, perwakilan kabupaten, ataupun perwakilan instansi. Menurutku yang berkesan cuma Marching Band TNI yang all out.

Iring-iringan karnaval darat berakhir di Alun-alun Kapuas. Aku sendiri tidak ikut kesana, cuma nonton di tayangannya yang disiarkan langsung oleh Metro TV. Karnaval dilanjutkan dengan karnaval air yaitu karnaval perahu dan kapal hias di sepanjang sungai Kapuas.
Panser pun ikut Karnaval (dok. pribadi)

Sebenarnya event ini bisa di gelar tiap tahun dan menjadi event wisata bagi kota Pontianak jika direncanakan dan dikemas secara profesional. Lebih apik lagi jika dikombinasikan dengan karnaval manusia dengan kostum yang warna warni dan menarik seperti Jember Fashion Carnaval. Atau juga dikombinasikan dengan pawai adat dayak seperti saat gawai dayak Mei lalu dan dipadu dengan atraksi budaya berbagai etnis yang ada di Pontianak sehingga bisa lebih hidup, tidak sekedar berpose dari atas mobil hias. Mobil hiasnya juga bisa dipersyaratkan dengan standar tertentu, misalnya harus full bunga agar kelihatan lebih berkelas tidak sekedar seperti karnaval kampung dari papan triplek.
Mobil Hias Adat Minang (dok. pribadi)
Suku Dayak (dok. pribadi)
Mobil Hias Dayak (dok. pribadi)

Terlepas dari segala kelebihan dan keurangan karnaval kemarin, paling tidak masyarakat pontianak mendapatkan hiburan gratis dan mata masyarakat Indonesia tertuju ke Kota Pontianak. Untung kemarin tidak ada kabut asap, kalau ada bakal batuk-batuk tuh Jokowi, hehe.....


Monday, July 27, 2015

Pengalaman Mudik Naik Embraer E-Jets 190/195 Kalstar

Safety Guide Kalstar E 190/195 (dok. pribadi)
Lebaran tahun ini adalah mudik ketiga kalinya aku dari Pulau Kalimantan. Berbeda dengan dua kali mudik sebelumnya yang mana aku mudik dari Balikpapan, tahun ini aku mudik dari Pontianak. Tujuanku pertama jelas ke Tulungagung, Jawa Timur, dan bandara yang terdekat adalah Juanda Surabaya.

Mudik kali ini aku terbang dengan pesawat Kalstar Aviation Pontianak - Surabaya, karena hanya Kalstar-lah satu-satunya maskapai yang melayani rute tersebut secara langsung. harga yang kutebus untuk penerbangan pp Pontianak Surabaya adalah sebesar Rp3 jutaan, lumayan juga sih, tapi ya mau nggak mau harus kubeli.

Ini bukan penerbangan pertamaku menggunakan Kalstar ke Surabaya dari Pontianak, mudik ini penerbangan yang kedua. Yang pertama sekitar bulan Mei kemarin, pesawat yang digunakan jenis boeing yang agak jadul, agak ketar-ketir juga kala itu naik Kalstar.

Tanggal 16 Juli 2015 atau H-1 habis subuh aku dan teman kantor berangkat ke Bandara Supadio, Saat check in aku sengaja request ke petugas counter check in Kalstar untuk duduk di samping jendela pintu darurat. Diberikanlah aku nomor 15A. Usai Check in aku langsung menuju ruang tunggu di lantai 2 terminal Supadio yang baru. Dari ruang tunggu yang yang berdindingkan kaca lebar menghadap ke landas pacu, terlihat jelas kabut asap yang agak pekat. Aku sudah was-was, jangan-jangan penerbanganku delay, tapi Alhamdulillah jarak pandang masih memungkinkan untuk take off. sekitar pukul setengah 8.

Saat boarding masuk pesawat, aku agak sedikit kaget karena ternyata pesawatnya bukan pesawat yang dulu aku naiki ke Surabaya, melainkan pesawat yang lebih kecil dengan formasi tempat duduk 2-2 seperti pesawat Bombardier CRJ-1000 yang dipakai Garuda Indonesia. Duduklah aku di seat 15A samping jendela pesawat persis di pintu darurat. Setelah duduk kubaca safety guide yang ada di kantong kursi di depanku, barulah aku tahu kalau pesawat yang digunakan adalah jenis Embraer E190/195. Pesawat ini kemungkinan besar yang tipe E190 soalnya di lembar safety guide-nya di bold di angka 190.

Pesawat buatan Brazil ini menurutku lebih lapang dan lebih tinggi ruang kabinnya dibandingkan pesaingnya yaitu pesawat Bombardier CRJ 1000 yang dipakai oleh Garuda Indonesia. Duduk di kursi samping pintu darurat jelas ruang kakinya lebar dan memang itulah yang kucari karena aku termasuk si panjang kaki, hehe....

Sepanjang perjalanan kurang lebih selama 1,5 jam si pramugari menyajikan kotak snack berisikan satu roti sosis keju dan satu aqua gelas. Cukup sederhana, tapi lumayanlah....

Perjalanan 1,5 jam ke Surabaya nggak terasa karena kebetulan asik ngobrol dengan penumpang sebelah yang sama-sama mau mudik ke Jawa Timur. Pendaratan cukup mulus dan stabil, menurutku malah lebih stabil embraer 190 daripada si Bombardier CRJ 1000.

Hari Minggu kemarin balik ke Pontianak, lagi-lagi aku naik Kalstar dengan pesawat tipe yang sama. Aku minta ke petugas counter seat di pintu darurat lagi dekat jendela, dikasihlah nomor 14A. Lumayan On Time, boardingnya, dan take off pukul 19.45 WIB mundur 15 menit dari jadwal semula. Masuk ke pesawat ternyata seat 14A bukan berada di pintu darurat, melainkan di depannya. Wah payah, aku lupa kalau yang di pintu darurat itu 15A. Mungkin si petugas counter check in salah lihat di monitornya. Ya sudahlah....

Sambil menunggu take off kuamati tempat nomor tempat duduknya, ternyata tidak ada nomor 13. "Oalah ternyata percaya angka keramat juga to Kalstar ini, nggak hanya lantai gedung atau nomor rumah saja yang nggak pakai nomor 13, ini seat pesawat juga.... !", pikirku.

Begitu take off, aku rasakan tekanan udara yang kurang nyaman di kabin, puncaknya saat pesawat mulai turun dari ketinggian bersiap landing, telinga bagian kananku sakit banget. Kok ini rasanya beda banget ya sama pesawat yang kutumpangi saat berangkat mudik. Atau mungkin ada yang nggak beres dengan telingaku, kok penumpang lainnya kayaknya nggak segelisah diriku. Pesawat pun landing dengan sempurna di Supadio sekitar pukul 21.05 WIB, lebih cepat 10 menit dari perkiraan semula. Alhamdulillah sampai dengan selamat.

Overall pelayanan Kalstar sudah semakin bagus dengan peremajaan armadanya dan ketepatan waktunya. Oiya aku belum nyoba toiletnya yang ada dua buah di ujung depan dan paling belakang, mungkin lain kali aja....

Thursday, July 9, 2015

Kabut Asap Pontianak

Apa yang khas dari Kota Pontianak? Pasti ada yang menjawab Sungai Kapuas, Tugu Khatulistiwa, Pisang Pontianak, sampai dengan Kue Bingke-nya yang terkenal legit dan tentunya cuacanya yang panas. Namun ada satu lagi yang khas dan seolah menjadi rutinitas tahunan yaitu KABUT ASAP! Kalau di Sumatera ada Kota Pekanbaru yang hampir tiap tahun terkena kabut asap hasil kebakaran lahan, kalau di Kalimantan ada Kota Pontianak sebagai ikonnya.

Oh tidak.... akhirnya kabut asap yang tahun-tahun sebelumnya hanya bisa 'kunikmati' di tayangan berita terlevisi, akhirnya tahun ini aku 'berhasil' mencicipinya. Iya kira-kira sudah seminggu ini, kabut asap mengepung kota Pontianak dengan intensitas yang semakin pekat pada malam hari. Tentunya ini hal baru bagiku yang baru menghuni kota ini selama 3 bulan. Hal ini membuat problem yang cukup lumayan bagiku. Mengapa?

Tanya kenapa? Yang namanya asap ya sangat mengganggu lah, bagi semua orang, cuma kadar ketergangguannya yang berbeda-beda. Bagiku sangat mengganggu karena aku punya riwayat problem dengan sistem pernafasanku. Hidungku ini sangat peka sekali terhadap asap, begitu pula dengan paru-paruku.

Sebelum kabut asap melanda Pontianak, kondisi tubuhku tidak begitu fit dan kadangkala batuk-batuk. Begitu kabut asap menghajar Pontianak, oh..... batukku semakin menjadi-jadi apalagi ditambah flu yang bikin kondisi tubuhku di bulan puasa ini ngedrop. Aku yang orang dewasa saja merasa terganggu dengan kabut asap ini, bagaimana dengan anak-anak dan balita di Kota ini ya? Tapi yang aku heran, meskipun kabut asap melanda Pontianak, warga di sini seolah cuek dengan kondisi ini alias sudah sangat terbiasa dan menganggap lumrah. Jalan-jalan tetap rame dengan sepeda motor, sampai-sampai aku pun sulit menyeberang jalan di Kota ini. Wow tangguh sekali ya kondisi tubuh warga sini. Sudah cuaca terik, sedang berpuasa, plus 'vitamin' kabut asap, warga sini tetap enjoy dan berlalu lalang di jalanan seolah tak ada aral yang menghalangi mereka.

Kabut asap di Pontianak bukan disebabkan oleh cuaca panas yang berlangsung hampir sebulan ini, melainkan lebih disebabkan oleh pembakaran lahan yang dilakukan oleh segelintir orang untuk membuka lahan gambut. Kenapa harus dibakar? Karena itu cara termurah, efektif, dan efisien untuk membuka lahan gambut. Nggak perlu banyak keluar ongkos untuk membayar orang membuka lahan, lebih cepat karena musim kemarau, plus dengan dibakar akan menambah pH tanah gambut yang terkenal asam sehingga lebih subur. Tapi dampaknya ke masyarakat luas itu lho.....

Mungkin batuk-batuk ini mekanisme alami tubuhku untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, haha..... 'Dinikmati' sajalah, mumpung belum pindah tugas dari Pontianak, kan bisa nambah pengalaman yang bisa diceritakan ke anak cucu. Kita juga bisa lebih bersyukur dengan kondisi ini, manakala ketika tinggal di Jawa selalu dimanjakan dengan kondisi alam yang subur, banyak air bersih, tanpa asap kebakaran hutan, di Pontianak aku diajarkan sesuatu yang beda mengenai Bumi Indonesia ini. Toh kalau ngomel-ngomel terus nggak merubah juga kondisi ini, malah bisa-bisa tambah sakit, haha....

Just enjoy it!

Thursday, June 25, 2015

Es Tebu Khas Pontianak

Ramadhan kali ini adalah Ramadhan pertama kalinya aku di Pontianak, dan  sekaligus ketiga kalinya di Borneo (sebelumnya 2 kali Ramadhan di Balikpapan). Beda Balikpapan, beda pula di Pontianak. Banyak macam yang beda di kedua kota besar di Pulau Kalimantan ini, namun kali ini saya akan membahas yang unik di Pontianak selama Bulan Ramadhan.

Aneka jajanan untuk takjil, aneka minuman, dan masakan khas Pontianak banyak dijajakan di pinggir-pinggir jalan selama bulan ramadhan ini. Nah yang menarik perhatianku salah satunya adalah penjual Es Tebu. Iya benar, es dari sari tebu hasil perasan tebu yang merupakan bahan baku pembuatan gula pasir itu. Kalau di kota-kota lain banyak dijajakan es buah ataupun es kelapa muda, namun di Pontianak

Di pinggir-pinggir jalan banyak penjual es tebu, apalagi menjelang waktu berbuka puasa. Es tebu yang disajikan dengan es batu per bungkus plastiknya dihargai Rp2000 s.d. Rp3000, murah meriah. Sedangkan yang berisikan full sari tebu setiap bungkus plastiknya tanpa es dijajakan Rp5000,-. Manis dan segar rasanya, membuat tenggorokan yang kering ini menjadi langsung segar, mak nyesss.....

Yang menjadi keherananku adalah, di Pontianak kan tidak ada pabrik gula pasir, kok banyak penjual es tebu ya? Iseng-iseng kutanya sama si penjual, "Pak ini tebu-tebunya yang ditanam di halaman-halaman rumah itu ya?".

"O bukan Dik,... ini tebunya dari ladang, kalau yang ditanam di pekarangan rumah itu nggak manis!", ujar si penjual.

Berbuka dengan minum Es Tebu memang segar sekali disaat cuaca di Pontianak sangat panas Ramadhan kali ini.

Monday, April 27, 2015

Kuliner Pontianak : Bingke "Al-Fajar"

Plang Toko Kue Bingke "AL-Fajar" (dok. pribadi)
Bingung nyari oleh-oleh makanan khas Pontianak, mampir saja ke toko Kue Bingke "Al-Fajar" di Jalan Adi Sucipto No. 155 B Pontianak. Tokonya kecil cuma kira-kira (2,5 x 3)m persis di pinggir jalan diapit dua toko bingke lainnya. Di depannya ada plang biru bertuliskan Kue Bingke "Al-Fajar".

Bingke, terbuat dari tepung beras/terigu, telur, gula, susu, santan, garam, dan vanili, dan bahan pelengkap lainnya. Ada berbagai pilihan rasa yang tersedia di Al-Fajar. Mulai dari rasa susu, super, istimewa, ubi rambat, kentang, kacang ijo, pisang, jagung, labvu, durian, nangka, tela, keju, pandan, coklat, roti, asin. Tapi tidak setiap saat semua variannya tersedia. Seperti saat kemarin aku kesana tidak ada varian rasa durian, mungkin tergantung musim buah kali....

Kemasan Kotak Bingke Al Fajar (dok. pribadi)
Untuk Bingke asin berbeda dengan bingke lainnya. Varian ini ada tambahannya daging sapi, kentang, wortel, daun bawang, keju, rempah-rempah, minyak samin. Bingke asin termasuk varian yang harganya saat ini paling mahal, Rp18ribu per kotaknya.

Rasa dari Bingke Al Fajar ini sangat enak, teksturnya lembut, dan tidak eneg. Cocok untuk makanan pembuka saat puasa ataupun camilan teman minum teh/kopi. Bingke yang dijual di AL-Fajar ini fresh from the oven, tak jarang bingkenya masih hangat karena baru saja jadi. Nah, bingke Al-Fajar ini tanpa pengawet sehingga hanya tahan 1 hari saja, kalau dimasukkan ke kulkas bisa tahan 2-3 hari, ya wajarlah kue basah. Kalau awet sampai seminggu malah mencurigakan, haha.....

Bingke Al Fajar (dok. pribadi)

Jika kita ingin pesan dalam jumlah banyak, varian apa, atau special request lainnya bisa telpon Toko Kue Bingke Al-Fajar di nomor (0561) 762381. jadi kalau ke Pontianak jangan lupa beli oleh-oleh Kue Bingke Al-Fajar.

Sunday, April 26, 2015

Kuliner Pontianak : Bebek Sangan Pak Ndut

Bebek Sangan Pak Ndut (dok. pribadi)
Bebek lagi Bebek lagi, kesukaanku akan bebek sejak kecil memang susah sekali luntur, asal huruf "B"-nya jangan diilangin ya, hehe.....

Nggak di Jakarta, nggak di Balikpapan, dan sekarang di Pontianak, kegemaranku menyantap unggas yang satu ini nggak berkurang sedikitpun. Masakan bebek goreng pertama kali yang kucoba di Pontianak adalah Bebek 'Slamet' yang sudah terkenal dimana-mana. Nah, berhubung aku belum puas dengan bebek Slamet, akhirnya beberapa hari yang lalu kesampaian lah aku nyobain masakan bebek lainnya.

Bebek Pak Ndut, yang berlokasi di Jalan Sultan Abdurrahman, Kota Baru Pontianak. Persis di pinggir jalan raya, rumah makan yang di depannya ditanami pagar hidup berupa bambu jepang ini lumayan luas bagian dalamnya. Di bagian depan di dekat pintu masuk, sebelah kiri terdapat beberapa meja lesehan, menginjak ke bagian tengah  tersedia meja-meja beserta kursinya bagi yang nggak suka makan sambil lesehan, dan terakhir di bagian belakang ada meja lesehan yang berbentuk letter U sepanjang tembok yang mengelilingi taman di tengahnya. Rumah makan ini sepertinya kecil tapi kalau dilihat dari meja dan bangku yang tersedia mampu memuat kurang lebih 100 orang. Nah, aku sendiri senang makan sambil lesehan di bagian belakang rumah makan sambil menikmati alunan musik dan bisa memandang taman yang menyejukkan mata sembari ngobrol menunggu sajian makanan datang.

Es Gula Asem (dok, pribadi)
Sajian bebeknya cukup lengkap, namun yang terkenal dan ciri khas di Bebek Pak Ndut adalah Bebek Sangan. Bebek sangan itu bebek goreng yang setelah digoreng tidak langsung disajikan melainkan digoreng sangan/sangrai (tanpa minyak) sehingga aroma dan rasanya sedikit berbeda dengan bebek goreng biasa, ada sedikit aroma asapnya, tambah sedap menurutku...

Selain sajian bebek, juga ada pilihan menu berbagai masakan ayam. Nah, untuk pilihan minumannya cukup lengkap, namun yang paling kusuka adalah es Gula Asam (Gulas) yang segar, pas untuk pendamping bebek yang Maknyosss......

Untuk harganya cukup terjangkau, Rp25ribu per potong. Biasanya aku memilih bagian dada yang ternyata potongannya lebih besar dari bebek Slamet. Daging bebeknya juga lembut tapi tidak menghilangkan rasa bebeknya, pintar yang masak. Soalnya memasak bebek itu gampang-gampang susah, kalau nggak bener bisa tertinggal bau amisnya, daging alot, ataupun terlalu empuk sehingga nggak terasa lagi sensasi dan rasa khas daging bebeknya.

Makan bebek memang sangat menggiurkan, tapi ingat kolesterol ya...... alias jangan kebanyakan dan terlalu sering makan bebeknya, tapi seringkali lidah ini nggak nahan...........Arghhh....
Lesehan di belakang dilengkapi taman (dok. pribadi)

Monday, April 13, 2015

Kuliner Pontianak : Es Krim Petrus

Es Krim Petrus Rasa Cempedak (dok. pribadi)
Kalau di Malang ada Es Krim Toko "Oen", dan di Jakarta ada Es Krim Ragusa, nah di Pontianak juga ada es krim legendaris yang sudah berdiri puluhan tahun. Namanya Warung Es Krim A Ngi atau yang lebih dikenal dengan Es Krim Petrus karena berlokasi di depan sekolah Santo Petrus Pontianak.

Warung ini tak pernah sepi meskipun tidak saat jam istirahat siang ataupun istirahat sekolah. Warungnya berada di depan rumah alias di carport dan sebagian teras rumah. Aku penasaran dengan Es Krim Petrus karena kolegaku merekomendasikan bahwa Es Krim Petrus itu enak banget dan sudah ada sejak dia masih di Pontianak awal tahun 80-an silam.

Suasana di Warung Es Krim Petrus (dok. pribadi)
Kebetulan aku datang ke warung Es Krim Petrus sebelum waktu istirahat siang sekitar jam 10-an. Lumayan rame tapi tidak sampai bejubel. Saat itu menu es krimnya hanya ada tiga varian yaitu Es Krim rasa Vanila, Stroberi, dan Cempedak. Aku pesan Es Krim rasa Cempedak yang disajikan di atas batok kepala muda yang dibelah dua, dengan masih ada kelapa mudanya di situ dengan campuran cincau serut di bagian bawah es krim. Hmmmm.... penyajian yang unik.

Saatnya mencicip rasanya. Rasanya menurutku lumayan, tapi tidak seistimewa yang kubayangkan, hehe.... Hampir mirip rasa es krim di Rumah Makan Pak Usu Pontianak, atau lidahku yang tidak peka akan sensasi rasa originalnya ya.... entahlah....

Di situ juga tersedia aneka jajanan kue-kue basah dan jajanan pasar untuk pendamping menikmati es krim. Lumayan kenyang menikmati es krim sambil makan jajanan. O iya... kita juga bisa memilih penyajian es krimnya di cup saja, nggak di batok kelapa muda. Di Warung ini banyak kawula muda yang menjadikannya tempat nongkrong sambil ber-brainstorming kali, hehe.....

Salah satu jajajan pasar, semacam serabi dengan santan kental manis banget (dok. pribadi)
So, bagi kamu pecinta es krim, kalau pas di Pontianak, nggak afdol kalau belum mampir ke warung es krim Petrus.

Sunday, April 12, 2015

REVIEW: Gapura Lounge Bandara Supadio Pontianak

Logo Gapura Lounge (dok. pribadi)
Jadwal ke Ketapang naik Trigana Air pukul 8.15 WIB, jadilah nggak sempat sarapan. Aku baru ingat dengan Kartu 'sakti'-ku yang memang benar-benar sakti, ha ha..... kan kalau pakai kartu SKYZ bisa gratis di banyak lounge bandara-bandara di Indonesia. Daripada malu saat masuk lounge, ku-googling dulu apakah di bandara Supadio ada Lounge yang gratisan.... Eh ternyata ada, he he..... senangnya hati ini bisa numpang sarapan gratissss!

Masuk ke ruang tunggu lantai 1, di dekat toilet ada banner Mandiri Prioritas di depan pintu masuk sebuah Lounge. AKu sempat ragu mau masuk karena tidak kelihatan resepsionisnya, kucari-cari pintu masuk lounge yang ada resepsionisnya ternyata nggak ketemu-ketemu sampai aku bertanya ke petugas cleaning service yang kebetulan sedang berada di dekat situ. Ternyata pintu masuknya ya hanya satu itu, weladalah gitu kok aku sampai masuk muter-muter kmana-mana.

Setelah aku masuk baru kelihatan di bagian tengah ruangan ada meja resepsionis. Kutanyakan pada si petugasnya, "Mbak bisa pakai SKYZ? ".

"Iya bisa Mas!" jawab mbaknya spontan

"Free?", tanyaku balk meyakinkan

"Iya Mas!", jawabnya.

Langsung saja kusodorkan kartu Mandiri SKYZ-ku, dan si Mbaknya menanyakan tujuan penerbanganku kmana. Kujawab saja aku mau ke Ketapang. Aku kemudian dipersilakan duduk di deretan sofa bagian kanan si mbaknya, sedangkan deretan sofa-sofa berwarna biru yang berada di bagian kirinya khusus untuk penumpang Garuda Indonesia dengan GFF warna Gold ataupun Platinum alias bagian dari Garuda Indonesia Executive Lounge.

Khusus untuk peumpang Garuda Indonesia member Gold dan Platinum (dok. pribadi)
Nah, sekarang saatnya mencicip hidangannya! Weleh-weleh ternyata ini merupakan Lounge paling sederhana yang pernah kukunjungi. Bagaimana tidak, di Lounge yang di-charge Rp60 ribu untuk pengunjung umum cuma menghidangkan kue-kue basah dan jajanan pasar plus satu menu makanan berat yang saat itu hanya menyajikan Nasi putih, sop, dan Telur Dadar. Menu makanan beratnya tidak membuatku berselera. Aku hanya mengambil kue-kue dan aqua gelas. Selain aqua gelas juga ada kokpi dan teh panas, tidak ada jus sama sekali. ya lumayanlah masih bisa ngganjal perut. Toh gratis juga, hehe..... Tapi kalau disuruh bayar, nggak worth it lah....!

Kue-kue basah dan jajanan pasar (dok. pribadi)
Sepertinya Gapura Lounge ini satu-satunya lounge di Bandara Supadio, mungkin nanti jika terminal baru sudah dioperasikan ada pilihan lounge yang lain.


Wednesday, April 1, 2015

Tugu Khatulistiwa [Equator Monument] Pontianak, West Borneo, Indonesia

Tugu Khatulistiwa Baru tampak dari luar (dok. pribadi)
Sebenarnya nggak kurencanakan kunjunganku ke Tugu Khatulistiwa pekan lalu. Kebetulan hari sabtu kemarin, aku bersama dua kolegaku dan sopir kantor berakhir pekan di Singkawang. Nah, di luar rencana semula, ternyata kami melewati Area Tugu Khatulistiwa di pinggiran kota Pontianak, antara jalan yang menghubungkan Pontianak dengan Mempawah.

Cukup ramai kala itu wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan lokal. Nampak satu dua bule yang sedang berfoto ria di pelataran Tugu. Monumennya memang tidak setinggi Monumen Nasional alias Monas di Jakarta, tapi ini adalah salah satu Monumen Unik yang ada di dunia kebanggaan warga Pontianak, karena keberadaan Tugu Khatulistiwa ini menandakan bahwa Pontianak adalah kota yang dilewati garis imajiner Khatulistiwa alias equator.

Ternyata Monumen yang asli bukan yang tampak dari luar. Jika kita ingin melihat monumen yang asli  maka kita harus masuk ke dalam ruangan di bawah monumen yang nampak dari luar. O.... ternyata saat aku masuk di dalam sedang riuh dengan anak SD yang sedang study tour. Di Bagian tengah ruangan itu ternyata ada Monumen yang bentuknya sama dengan monumen yang di luar tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan disangga dengan sejenis kayu yang kuat, yang kalau tidak salah namanya kayu Bulian atau yang lebih dikenal dengan kayu ulin alias kayu besi.

Tugu Khatulistiwa Asli di dalam Museum (Dok. Pribadi)
Di sekeliling dinding museum, terpampang foto-foto dokumentasi tugu khatulistiwa sejak berdiri pertama kali  sampai dengan dibangunnya monumen tiruan di atasnya yang lebih besar. Sejarah pembuatan Tugu khatulistiwa ini pun dijabarkan secara lengkap, pantas saja anak-anak SD study tour di sini, selain untuk berwisata juga untuk belajar sejarah dan ilmu bumi.

Nah, ketika aku sedang asik-asiknya memotret berbagai foto di dinding museum, aku dikejutkan dengan teriakan seorang pria melalui loudspeaker yang ternyata si penjaga museum yang memarahi salah satu pengunjung yang nekat naik ke kayu tugu khatulistiwa yang asli hanya untuk sekedar berfoto, padahal sudah ada larangan untuk tidak memanjat kayu tugu. Meskipun kayu tersebut sudah hampir berumur seratus tahun dan masih tampak kokoh, tapi kalau sering dipanjat pengunjung strukturnya pasti akan cepat rusak..

Tidak dipungut biaya tiket untuk masuk ke kawasan Tugu Khatulistiwa, kita hanya cukup menulis buku tamu yang tersedia di pintu masuk museum. Saat aku berkunjung kesana, pengelolaan kawasan Tugu Khatulistiwa kesannya seperti dikelola seadanya. Namun, aku melihat baliho yang menggambarkan bahwa kawasan Tugu Khatulistiwa segera dipercantik dengan adanya taman bermain. tapi menurutku keberadaan taman bermain malah mengurangi aura/roh dari Tugu Khatulistiwa itu sendiri. Lebih baik di sekelilingnya dibangun taman luas yang cantik, sehingga menambah wibawa dan keanggunan Tugu Khatulistiwa.

Yang membuatku agak nggak sreg juga saat itu adalah, lokasi parkir mobil dan bus wisata yang  mepet banget dengan pelataran Tugu Khatulistiwa, sehingga kesannya kurang rapi dan memperjelek pemandangan Tugu Khatulistiwa secara keseluruhan.


Tuesday, March 31, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 - 600 Garuda Indonesia

Pesawat Garuda Indonesia ATR 72-600
(dok. pribadi)
Aku nggak bakal main ke Pontianak kalau nggak tugas.... ternyata bukan sekedar surat tugas, melainkan SK (Surat Keputusan) aku harus pindah ke Pontianak. Jumat minggu lalu, untuk pertama kalinya aku menempuh perjalanan Balikpapan - Pontianak. Bukan dengan pesawat jet semacam Airbus dan Boeing, melainkan memakai pesawat propeler alias baling-baling (nggak pakai bambu) yang tak lain adalah pesawat Jenis ATR 72 - 600.

Garuda Indonesia mempunyai 8 armada untuk pesawat jenis ini. Beberapa diantaranya digunakan untuk menghubungkan kota-kota di Kalimantan, dari Timur ke Barat bahkan sampai masuk ke pedalaman. Iya benar, dari Balikpapan ke Palangkaraya, Palangkaraya ke Pontianak, dan Pontianak ke Puttusibau.

Pengalaman pertama naik ATR kurang mengenakkan, diawali dengan delay sekitar satu jam. Kami pun diberikan snack ringan untuk keterlambatan.Sekitar pukul 09.30 kami pun boarding, dan Voila..... ternyata ini to pesawat ATR yang populer itu! Pesawatnya relatif kecil dengan dua baling-baling di sayap kanan kirinya. Yang unik dari pesawat ini, pintu masuk penumpang melalui pintu belakang, sedangkan pintu depan dipakai sebagai tempat penyimpanan bagasi.

Tempat duduk penumpangnya ada 70 kursi, 2 kursi awak kabin, dan dua kursi di kokpit. Susunan kursinya 2 - 2, alias dua di kanan dan dua di kiri. Kebetulan aku menaiki kursi 21K, yang kupikir ditengah ternyata paling depan di samping jendela darurat, yang pasti ruang kaki lebih besar.

Toiletnya cukup bersih, nyaman meskipun sangat sempit tapi cukup efisien dan efektif. Dilengkapi dengan wastafel kecil, sabun cuci tangan, pegangan di dinding toilet untuk orang tua, closet duduk dengan flush dari bahan stainless steel. Bersih lah pokoknya, nggak seperti toilet kereta api eksekutif yang masih saja jorok, apalagi dibandingkan dengan toilet bus malam, aduh jauh bangetttt.....

Untuk take off dan landingnya tidal memakan waktu yang lama seperti pesawat jet. Kebisingan mesin pesawat di dalam kabin pun masih dalam batas yang wajar. Lumayan anteng pesawatnya, nggak terkesan limbung. Overall bagus lah untuk pesawat sekecil ini. Pesawat-pesawat model ATR 72 ini memang lebih efisien untuk menempuh jarak yang relatif dekat, misal dalam satu pulau. Lagi pula tidak perlu landasan pacu yang panjang.

Oiya sepanjang perjalanan Balikpapan, aku mendapatkan 2 kotak snack dan minuman by request semacam jus, susu, the, kopi, air mineral, susu, soda. Sayang nggak ada makan besarnya.....

Waktu tempuhnya tergolong lama bila dibandingkan pesawat jet. Dari Balikpapan sekitar pukul 09.30 WITA sampai di Pontianak sekitar pukul 11.30 WIB dengan transit di Palangkaraya kurang lebih 20 menit. Plus minus 3 jam lah, padahal kalau ke jakarta dari Balikpapan yang jaraknya lebih jauh cuma 1 jam 50 menit.

Sekedar Tips: Sebaiknya jika naik ATR 72 pilihlah kursi yang dekat jendela karena bisa menikmati pemandangan bawah yang bagus, dikarenakan pesawat jenis ini tidak bisa terbang setinggi pesawat jet. Kalau pesawat jet yang nampak kan hanya awan putih saja, kecuali saat mau landing atau take off.

Selamat mencoba ATR 72-600!

Baca juga: Pengalaman Naik CRJ 1000 Bombardier Garuda Indonesia


Saturday, March 28, 2015

Kuliner Pontianak: PENGKANG


Pengkang (dok. pribadi)
Puas Jalan-jalan ke Singkawang dan sekitarnya, tibalah saat kami pulang. Berangkat setelah sunset dari Pantai Batu Payung atau yang lebih beken disebut dengan Pantai MiMiLand, kami melaju langsung ke arah Pontianak. Sesampainya di Jalan Raya antara Mempawah dan Pontianak, karena sudah waktunya makan malam mampirlah kami ke suatu rumah makan yang lumayan rame, lebih tepatnya Pondok Pengkang Peniti, berlokasi di Jl. Raya Peniti Luar Km. 30. Kata driver kami, masakan seafood di rumah makan ini segar-segar dengan satu menu istimewanya.

Pondok Pengkang Peniti ini salah satu rumah makan tertua di kawasan ini. Menu Khasnya adalah ketan yang membalut udang dan dibungkus dengan daun pisang, dijepit dengan bambu dan dibakar. Mirip-mirip lemper, namun ini lebih besar dan isinya adalah udang.

Disajikan dengan sambal Kepah, semacam kerang menambah nikmat pengkang yang disajikan hangat-hangat setelah dibakar. Setiap japit bambu berisikan dua buah pengkang berbentuk segitiga. Cara memakannya pun cukup sederhana, yaitu dengan mencocol pengkang dengan sambal kepah yang rasanya enak menurutku.

Nah, ini bagian yang sensitif, yaitu soal harga. harga yang tertera di daftar menu adalah Rp7000/jepit pengkang (isi 2) dan Rp25000 untuk satu porsi sambal Kepahnya. Lho kok malah jauh lebih mahal sambalnya??? Mungkin Kepahnya kali yang mahal, atau lagi sulit dicari, entahlah.....

Sambal Kepah (dok. pribadi)
Untuk menu makanan lain yang disajikan di rumah makan ini menurutku relatif mahal. Kebetulan aku pesan nasi goreng kepah, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Kepahnya ternyata digoreng tersendiri, tidak dicampur langsung saat menggoreng nasi, rasanya pun kurang terasa kalau itu kerang plus agak alot jadinya karena digoreng. Beda banget dengan kepah yang dibuat sambal. Untuk menu-menu ikan segarnya mungkin patut dicoba, tapi ya itu tadi tergolong kurang ramah kantong sih untuk orang sepertiku yang masih termasuk kalangan price sensitive.

Jadi untuk menyantap hidangan di Pondok Pengkang Peniti, aku cuma merekomendasikan Pengkang dan sambal kepahnya. Itu hidangan otentik/khas dari rumah makan ini.

Friday, March 27, 2015

Perjalanan Ke Pontianak (Part 1)

Semalam aku cuma tidur kurang lebih empat jam. Kusetel alarm HP pukul 04.24 agar aku bisa melanjutkan packing yang rasanya kok nggak kelar-kelar juga. Akhirnya jam setengah enam pagi selesai sudah packingku dengan satu kardus besar berisikan berbagai macam barnag, satu koper berisikan full pakaian, 3 buah tas punggung berisikan 2 laptop dan entah barang-barang apa lagi yang membuat seluruh tasku overcapacity.

Setengah 7 pagi saatnya kumeninggalkan kos Hj. Lilis di MT Haryono Dalam yang telah menaungiku selama 2,5 tahun di Balikpapan. Kebetulan aku diantar Mas Totok Satpam Kantor dan ditemani teman kosku si Rahmat ke Bandara Sepinggan.

Sesampainya di Bandara, kulangsung Check In, dan tibalah saat menimbang bagasi.

"Mas, ini over 26 kg ya!", ujar si mbak petugas di counter check in

"Per kilonya berapa mbak?", sahutku.

"Ke Pontianak sekilonya ke charge Rp38ribu. Memang paling mahal Pontianak Mas, ke Jakarta aja cuma Rp33rb.", ujar mbaknya santai.

"Hah, gila tau gitu kuposkan aja bagasi ini. masak hampir 1juta sendiri bayar bagasi, masak hampir sama dengan harga tiketnya!", ujarku dalam hati.

"Gini aja mas, mas saya bantu 600 ribu di sini.", kata si mbak yang membuatku tambah bingung.

"Lha terus sisanya saya harus bayar kemana?, tanyaku balik setengah kebingungan.

"Maksud saya, mas cuma bayar 600rb saja."

"Oh gitu.....nggak ada diskon lagi nih?", pintaku sambil memendam rasa penasaran.

Langsung saja kubayar tunai 600 ribu di tempat, dan si mbak menyuruhku meninggalkan bagasiku yang kardus gede di situ aja, padahal sebelumnya si mbak menyuruhku membawa bagasi kardus ke x-ray khusus bagasi kardus.

Aku masih penasaran, kenapa kok bisa ada diskon over bagasi, dan prasangka burukku pun mulai bekerja! jangan-jangan...... Ah entahlah, yang penting aku nggak perlu repot-repot membawa kardus segede gaban itu sendiri!

Buru-buru kumenuju pintu pemeriksaan, dan masih kubawa tas punggung dua buah, tas kamera, dan tas kecil lainnya. Ku langsung menuju Blue Sky untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan..... Jam delapan kumeninggalkan lounge menuju ke ruang tunggu. Betapa terkejutnya aku, ternyata sesamainya di Gate 4, boarding yang seharusnya jam 08.10 ditunda, dan diinformasikan pesawat akan diberangkatkan jam 09.20! Buset dah, delay 50 menit. padahal penerbangan pagi, kok ada delay segala, mungkin masalah teknis mesin. Kami pun diberikan snack dari pihak maskapai. "Huh Garuda kok ikut-ikutan delay!", gerutuku dalam hati.

Kurang dari jam sepuluh pesawat pun diberangkatkan. Ternyata pesawat yang digunakan adalah ATR 200! Oh no....pakai pesawat baling-baling bambu! pantesan jadwalnya lama banget, pakai ATR to!  jadi rute pesawat ini memang untuk menghubungkan kota-kota di Kalimantan. Dari Balikpapan, ke Palangkaraya, kemudian ke Pontianak, dan lanjut ke Puttusibau pedalaman Kalimantan Barat.

Aku duduk dibangku paling depan di kursi nomor 21K dekat jendela sebelah kanan dan pas di pintu darurat. Lumayan lega pastinya, dan sepanjang perjalanan pun kumanfaatkan untuk motret sana sini plus mengambil video pemandangan saat landing dan take off dari pesawat.

Kurang dari satu jam perjalanan, pesawat pun mendarat di Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya dan berhenti sekitar 20 menit untuk menaik turunkan penumpang dan bagasi. Aku pun tetap berdiam di dalam pesawat. Saat perjalanan dari Baliaakpapan ke Palangkaraya tempat duduk di sebelahku kosong jadi aku lebih bisa leluasa, namun setelah dari Palangkaraya tempat duduk sebelahku terisi oleh Bapak-Bapak berwajah oriental.

Selama di pesawat yang sedemikian lamanya perjalanan melebihi lama penerbangan Balikpapan-Jakarta, penumpang hanya diberi dua kali snak saja, nggak ada makanan berat. Saat dari Balikpapan - Palangkaraya hanya diberi snack berisikan risoles daging, roti kacang, dan aqua gelas mini. Hampir sama, rute Pangkaraya-Pontianak yang ditempuh selama 1 jam 20 menit hanya mendapatkan snack berupa arem-arem, roti, dan aqua botol kecil, plus minuman yang bisa kita request mau jus, kopi, teh, soda, ataupun susu.

Sekitar pukul setengah 12 WIB kami pun mendarat di Bandara Supadio Pontianak. Aku di jemput sama temanku satu angkatanku Bang Yudha dan driver kantor Mas Barqie. 

I'm Coming Pontianak!!!...... (bersambung)

Note: Artikel ini kutulis di kos baruku di dekat kantor menjelang tengah malam.