Showing posts with label taksi ekspress. Show all posts
Showing posts with label taksi ekspress. Show all posts

Saturday, April 18, 2015

Tarif Taksi dari Bandara Soetta (Cengkareng)

Tempat Tunggu Taksi Express di Terminal 2F (dok. pribadi)
Paling males kalau sudah harus gonta-ganti angkutan umum dari bandara ke rumah, apalagi kalau sudah malam, arghhh..... bikin puyeng. Beberapa waktu lalu ketika Bus Damri Jurusan Bandara - Lebak Bulus masih lewat Slipi - Palmerah - Permata Hijau - Kebayoran - Pondok Indah, bisa turun di Stasiun Palmerah lanjut ke Stasiun Sudimara. Nah, beberapa bulan yang lalu aku pikir rute Bus Damri Bandara - Lebak Bulus masih sama, ternyata semenjak Tol JORR W2 Ulujami - Kebon Jeruk udah nyambung, busnya sekarang lewat tol terus sampai lebak bulus, memang cepat sih, tapi ya itu tujuan akhir cuma Lebak Bulus doang, akhirnya naik taksi juga dari Lebak Bulus ke rumah, hampir sama ongkosnya sama naik taksi dari Bandara ke rumah di Tangsel.

Nggak mau kejadian seperti itu lagi, dan pengen lebih praktis aja, sekarang aku lebih sering naik taksi dari bandara Cengkareng. Seringnya aku naik taksi Ekspress yang masih pakai tarif bawah, ya murahan dikit lah dibandingkan si burung biru. Tempat tunggu atau pemesanan taksi ekspress kalau di Terminal 2F, dari pintu keluar kedatangan langsung belok ke kiri. Di situ ada berbagai operator taksi.

"Pamulang Bang", seruku kepada petugas dari taksi ekspress yang mencatat setiap order. Kita bisa nanya sedang antre berapa orang, sambil nunggu giliran, kita bisa rehat sejenak di kursi tunggu yang sudah disediakan. Naik taksi dari Bandara kena tambahan biaya tergantung jauh dekatnya jarak tujuan. Ada 3 zona charge, semakin jauh semakin sedikit tambahan biayanya, dengan asumsi semakin jauh kan semakin mahal pula tarif taksinya, jadi charge-nya nggak begitu banyak.

Zona 1 (charge Rp10.500) : Tangerang, Kalideres, teluk Naga, Cipondoh, Pantai Indah Kapuk, Cengkareng, Grogol, Kebon Jeruk

Zona 2 (charge Rp9.000) : Penjaringan, Pademangan, Tanjung Priok, Kemayoran, Cempaka Putih, Tambora, Tanah Abang, Jatinegara, Tebet, Mampang, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Ciledug, Pondok Aren, Bumi Serpong Damai (BSD)

Zona 3 (charge Rp7.500) : Koja, Kelapa Gading, Cilincing, Pulo Gadung, Cakung, Duren Sawit, Pondok Gede, Kp. Makasar, Kodya Bekasi, Kramat Jati, Pasar Minggu, Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Limo, Jati Sampurna, Cilandak, Jagakarsa, Ciputat, Pamulang, Sawangan, Kodya Bogor, kab. Bogor, Kodya Depok

Charge Taksi Bandara  per zona yang tertera pada Tiket Taksi (dok. pribadi)
Sebetulnya rumahku masih berada dalam wilayah Ciputat, namun berdekatan dengan wilayah Pamulang, tapi orang-orang lebih sering menyebut daerah perumahanku masuk wilayah Pamulang. Untungnya rumahku mudah diakses melalui jalan Tol. Jadi dari Bandara bisa langsung ke rumahku melalui tol Kebon Jeruk - Ulujami, nyambung tol Serpong, keluar di pintu keluar pertama BSD arah Ciputat Pamulang.

Dari Pintu keluar kira-kira 2,5 km menyusuri jalan Ciater Raya nyambung jalan Sarua Raya, sampailah ke rumah. Waktu tempuh nggak sampai 1 jam, paling cuma sekitar 40 menit saja. Sedangkan tarif di taksinya sendiri habis sekitar Rp170ribu plus biaya tol Rp30.500. Lumayan mahal ya tolnya, tapi yang penting cepat dan lancar jaya. Biasanya untuk membayar tol kupakai kartu indomaret yang bisa berfungsi sebagai e-toll card salah satu produk dari e-money Bank Mandiri. Lebih praktis, tidak perlu bolak-balik ngambil uang dari dompet saat di gerbang tol. Cukup kasih si sopir taksi e toll card dan bisa kita tinggal tidur, hehe...... eitss tunggu dulu jangan lupa untuk mengecek saldo e-money kita, siapa tahu sudah mepet, jangan sampai sudah terlanjur masuk Gerbang Toll Otomatis (GTO), saldonya abis, malulah kita....

Lumayan mahal memang naik taksi dari Bandara ke rumahku di Tangerang Selatan, ya kira kira habis Rp210 ribuan lah.... Kalau mau ngirit sebenarnya bisa pakai travel Xtrans dari Bandara jurusan BSD ataupun Bintaro, tapi masih harus dijemput agak jauh. Ya, memang sebuah kenyamanan itu mempunyai harga tersendiri, haha.....

Monday, June 17, 2013

Taksi Blue Bird vs Taksi Express

2 nama ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Armada kedua taksi ini menguasai porsi terbesar moda transportasi darat menengah ke atas di Jakarta. Blue Bird dengan warna biru khasnya, sedangkan Express dengan warna putihnya. Taksi Express dikenal menerapkan tarif bawah yang tentunya ongkosnya lebih murah daripada Blue Bird.

Berdasarkan pengalamanku, kedua taksi ini mempunyai nilai plus dan minus yang khas yang tentunya akan menjadi preferensi bagi penggemarnya. Sejauh pengamatanku, armada Blue Bird masih menjadi yang terbanyak di Jakarta. Bagiku jika memesan taksi paling memuaskan pelayanannya adalah Blue Bird. Pernah Sekitar Bulan Maret 2012, saat aku akan ke Bandara Soetta untuk penerbangan ke Bima sekitar pukul  6 pagi, malam hari sebelumnya aku memesan taksi Taksi Express untuk berangkat pukul 4 pagi. Pada pukul 3 aku ditelpon pihak taksi express menginformasikan bahwa taksi yang kupesan masih dicarikan. aku pun menunggunya. Setengah jam setelahnya, aku ditelpon lagi, kalau taksinya masih belum dapat, dan mereka menawariku untuk ditunggu atau dibatalkan saja pesanannya. Aku pun membatalkan pesanan, dan saat itu aku kecewa sekali dengan pihak taksi express. Hatiku tidak tenang dan kemrungsung saat itu, karena belum dapat taksi juga. Aku pun menelpon taksi Transcab, yang otomatis tahu kalau yang menelpon itu aku karena aku sudah pernah memesan taksi transcab sebelumnya sehingga database-ku sudah masuk di sistemnya. 15 menit kutunggu ternyata pihak transcab belum berhasil mencarikan taksi untukku, kontan aja kubatalkan saat itu juga. Perasaanku campur aduk saat itu, mau marah, emosi, takut ketinggalan pesawat dan sebagainya berkecamuk. Kemudian sambil mandi, aku mencoba menghubungi taksi Blue Bird. Pihak Blue Bird mencoba untuk mencarikan taksi untukku. Ternyata Blue Bird memang memberikan excellent service dengan langsung mengirimkan taksinya untukku, padahal aku memesan untuk saat itu juga. Akhirnya aku bisa lega berangkat ke Bandara. Ono rego ono rupo itulah istilah dalam Bahasa Jawa yang kira-kira artinya, Ada Harga Ada Bentuknya, maksudnya harga tidak pernah bohong. Blue Bird yang mematok tarif taksinya lebih tinggi daripada taksi lainnya memang untuk memberikan pelayanan yang prima dan lebih unggul dari pesaingnya.

Hal yang sama terjadi lagi kemarin hari sabtu saat aku memesan taksi express untuk Ibuku. Taksi Express tidak berhasil mencarikan taksi pesananku. Sejam sebelum deadline pesanan, seperti biasa aku ditelpon oleh taksi express menginformasikan kalau taksinya masih dicarikan, dan mereka menanyakan apakah aku masih mau menunggunya. AKu pun menjawab tetap menunggunya, namun saat itu perasaanku sudah tidak enak. 15 menit kemudian aku ditelpon lagi dan ternyata masih hal yang sama yang diinformasikan kepadaku, jika taksinya belum dapat. aku pun menunggunya lagi. 20 menit kemudian aku ditelpon lagi dan taksinya belum dapat juga, dan aku pun langsung membatalkannya. Keputusanku saat itu, aku harus segera telpon Blue Bird, ternyata  15 menit kemudian taksi pesananku sudah datang di rumah, dan Ibuku sudah bisa langsung pergi ke Bandara.

Ongkos taksi dari rumahku ke Bandara yang sekitar 30 km dengan taksi express sekitar 80 ribu, sedangkan dengan taksi Blue Bird bisa mencapai lebih dari 100 ribu. Disparitas harga inilah yang selama ini menjadi magnet orang yang berkantong pas-pasan untuk memesan taksi express dibandingkan dengan Blue Bird. Namun, aku tetap memilih Blue Bird jika diburu waktu. Aku hanya memesan taksi express sekiranya aku tidak terburu-buru ke tujuan.

Sistem database Express taksi sepertinya lebih bagus daripada Blue Bird. Jika aku memesan dengan nomor telepon yang sudah biasa kugunakan untuk menelpon Taksi Express, piha customer service taksi express sudah langsung tahu identitas kita. Lain halnya dengan Blue Bird, yang baru tahu identitas kita jika kita menginformasikan terlebih dahulu nomor telepon kita. Namun dalam aplikasi mobile, Blue Bird selangkah lebih maju daripada taksi express. Sudah ada khusus aplikasi untuk iPhone guna pemesanan, sehingga lebih mudah dan praktis, tidak perlu telepon lagi.

Pernah suatu hari di pertengahan Januari 2013, aku pesan taksi blue bird untuk jam setengah 4 pagi, namun yang datang ada 2 taksi jadinya mereka bertengkar beradu argumentasi di depan gerbang perumahanku, dan langsung kutelpon pihak Blue Bird taksinya untuk memberi keputusan taksi mana yang berhak atas pesananku saat itu. Aneh-aneh aja, aku tidak bisa membayangkan dongkolnya perasaan si sopir blue bird yang tidak berhak atas pesananku padahal yang salah adalah pihak Blue Bird cuctomer service-nya yang memberikan order ganda, eh yang kena getahnya malah sopirnya yang sudah capek-capek bersusah payah pagi buta menuju perumahanku.

Mengenai upah yang didapat sopirnya lain lagi ceritanya. Saat aku berbincang-bincang dengan sopir taksi Blue Bird ataupun Express, aku sering menanyakan gaji atau upah yang mereka peroleh. Ternyata ada perbedaan mencolok dari keduanya. Sopir Blue Bird ternyata mendapat gaji bulanan ditambah komisi dari pendapatan lebih per hari, sedangkan untuk Taksi Express harus kerja ekstra keras untuk menutup setoran per hari yang ditentukan perusahaan. Jika mendapatkan lebih dari setoran yang ditentukan, maka hasilnya akan banyak, namun kalau tidak bisa memenuhi setoran ya akhirnya nombok. Berbeda dengan sopir Blue Bird yang tak perlu ngoyo mencari penumpang, karena mereka sudah dapat gaji bulanan meskipun tergolong kecil, namun jika pengen lebih daripada sekedar gaji bulanan ya mereka harus mendapatkan uang taksi diatas rata-rata. Kesimpulannya walaupun sistem penggajiannya berbeda, namun untuk tetap memperoleh upah di atas rata-rrata ya sama-sama harus bekerja lebih keras.

Baca juga:

Pengalaman Naik Taksi Transcab

Nomor Telepon Transcab Terbaru