Inilah yang sering kita pertimbangkan dalam memilih sebuah furnitur atau mebel. Entah itu lemari, rak buku, meja TV, dan yang lain. Tentunya kita juga mempertimbangkan faktor harga ataupun daya tahannya.
Keberadaan kayu untuk furnitur saat ini tidaklah semelimpah 2 atau tiga dekade lalu, apalagi zaman ayah ibu kakek nenek kita, keberadaannya luar biasa banyaknya. Kayu Jati, snokeling, mahoni, meranti, bengkirai sangat mudah dijumpai saat itu. Sekarang keadaanya jauh berbeda, harga kayu semakin mahal, kalaupun ada yang murah kualitasnya patut dipertanyakan.
Saat ini penggunaan kayu untuk konstruksi mulai dikurangi. Dulu kerangka atap yang lazim menggunakan kayu, sekarang sebagian besar sudah digantikan dengan baja ringan. Dulu kusen-kusen pintu ataupun jendela yang menggunakan kayu sekarang lazim digunakan aluminium sebagai penggantinya. Tidak hanya konstruksi, furnitur kayu sekarang ini juga tidak mendominasi ruang pamer di toko-toko furnitur. Keberadaannya semakin terpinggirkan oleh furnitur dari Partikel Board.
Lalu mending kita pilih mana, furnitur kayu atau dari partikel board saja? jawabannya ya tergantung preferensi kita masing-masing. Keduanya mempunyai keuunggulan dan kelemahan masing-masing.
Furnitur Kayu
1. Lebih terlihat natural unik dengan variasi serat kayunya.
2. Modelnya bisa lebih variatif karena bisa diukir
3. Lebih kokoh, mantap, dan awet (jika kualitas kayunya bagus)
4. Lebih berat dan tentunya lebih mahal
5. Kesan lebih mewah
Furnitur Partikel Board
1. Terlihat lebih modern
2. Tidak bisa diukir, bentuknya lebihkaku dan tegas
3. Partikel board yang berkualitas tinggi juga bisa tahan rayap ataupun lembab
4. Lebih ringan dan rata-rata lebih murah dari furnitur kayu
5. Kesannya kurang mewah
Tidak semua jenis furnitur kayu lebih awet daripada partkel board. Misalnya furnitur dari kayu kelapa tentunya tidak memiliki sifat alami tahan rayap, padahal partikel board yang kualitasnya bagus rayap nggak mau karena banyak dicampuri bahan kimia. Misalnya lagi kita ditawari furnitur dari kayu jati yang tentunya harganya jauh lebih mahal daripada partikel board. Dalam perspektif masyarakat awam, segala susatu yang terbuat dari kayu jati pasti kualitasnya bagus. jawabannya belum tentu, karena jika furnitur dibuat dari jati muda ketahanannya terhadap cuaca tidak lebih bagus daripada partikel board. Bisa saja mengemmbang menyusutnya terlalu besar, sehingga tak jarang kita jumpai misal daun pintu lemari jati yang melengkung, atau mudah retak.
Kayu jati berumur 20 tahun pun masih tergolong jati muda, karena sebenarnya jati yang bagus itu kisaran umurnya 70-80 tahun. Hah..... tuir bingitsss..... namanya saja pohon jati alias pohon sejati, hehe..... Jadi perlu hati-hati yang kalau belu furnitur kayu jati, pastikan kayu jati tua sehingga nggak menyesal di kemudian hari.
Furnitur partikel board sekarang ini kualitasnya juga semakin lebih bagus. Apalagi menggunakan teknologi pemrosesan terkini sehingga akan lebih awet, tahan lama, tahan cuaca, ataupun tahan terhadap serangan rayap. Biasanya partikel board yang jenis ini lebih mahal daripada harga pasaran furnitur partikel board sejenis. Ono Rego Ono Rupo! Ada harga ya ada kualitas
Thursday, May 11, 2017
Monday, May 8, 2017
Isi Ulang TCASH Telkomsel di Grapari
Uang elektronik dari Telkomsel ini akhir-akhir ini memang fenomenal. Banyak promo yang diberikannya, hasil kerja sama dengan berbagai merchant seperti Jaringan Bioskop XXI, Alfamart, Indomaret, KFC, McDonalds, Baskin Robbins,Chatime, Sevel dan masih banyak lagi. Dari promo-promo yang diberikannya terlihat kalau TCASH ini menyasar generasi muda sebagai targetnya. Generasi milenial terkenal lebih royal dalam membelanjakan uangnya alias konsumtif. Nah, fenomena inilah yang ingin ditangkap oleh Telkomsel agar generasi muda beralih kembali ke Tekomsel, karena dengan program-program promo yang menggiurkan dan cocok anak muda zaman sekarang, maka tak heran Telkomsel berharap agar anak muda zaman sekarang punya mindset 'Hanya Telkomsel yang Tahu Apa yang Kau Mau'
Nah, promo yang bejibun itu (yang bisa kita cek di aplikasi Twallet telkomsel atau di website TCASH) jadi lucu rasanya jika kita sampai kehabisan saldo TCASH-nya di saat kita mau membeli sesuatu dari partner merchant. Untuk menghindari kehabisan saldo, sebaiiknya secara berkala kita cek saldonya . Kalau saldonya tinggal di bawah Rp50ribu lebih baik langsung kita Top Up.
Ada beberapa cara untuk bisa melakukan top up. Tidak seperti Mandiri e-cash ataupun rekening ponsel dari CIMB Niaga yang bisa diisi langsung melalui rekening Bank yang sama tanpa biaya, TCASH menawarkan aternatif yang berbeda.
1. Isi Ulang TCASH di Grapari Telkomsel
Nah, promo yang bejibun itu (yang bisa kita cek di aplikasi Twallet telkomsel atau di website TCASH) jadi lucu rasanya jika kita sampai kehabisan saldo TCASH-nya di saat kita mau membeli sesuatu dari partner merchant. Untuk menghindari kehabisan saldo, sebaiiknya secara berkala kita cek saldonya . Kalau saldonya tinggal di bawah Rp50ribu lebih baik langsung kita Top Up.
Ada beberapa cara untuk bisa melakukan top up. Tidak seperti Mandiri e-cash ataupun rekening ponsel dari CIMB Niaga yang bisa diisi langsung melalui rekening Bank yang sama tanpa biaya, TCASH menawarkan aternatif yang berbeda.
1. Isi Ulang TCASH di Grapari Telkomsel
Untuk isi ulang yang satu ini, kita hanya perlu untuk datang di grapari terdekat. Begitu sampai, langsung sajamenuju kasir untuk top up, nggak peru ambil antrean, kalau antreannya nggak banyak. Asyiknya lagi top up melalui Grapari tidak dikenakan biaya sama sekali.
2. Isi Ulang TCASH di Indomaret
Kalau kita nggak punya banyak waktu untuk datang ke Grapari, kita cukup saja mendatangi Indomaret terdekat dengan rumah kita. Top up di Indomaret dikenakan biaya Rp1000,0
3. Isi Ulang TCASH melalui Transfer via jaringan ATM Bersama
Cara ini cukup praktis tetapi biayanya paling mahal. Kita bisa transfer melalui internet banking ataupun melalui ATM. Dikenakan biaya transfer Rp6.500,-
Sunday, May 7, 2017
Nonton Bioskop di XXI Praktis Bayar Pakai TCASH
![]() |
Promo Nonton di Jaringan Bioskop XXI |
Tadi ketika aku berangkat dari rumah, mendung sudah menggelayut seakan sudah tidak tahan lagi untuk runtuh membasahi bumi. Bergegas aku meninggalkan rumah dan eits..... hujan tiba-tiba turun dan semakin deras. Kutepikan motorku langsung kupakai jas hujan. Eh, baru beberapa ratus meter jalan lagi, sudah mulai terang bahkan jalannya pun masih kering.
Mengapa tadi siang kubela-belain ke Aeon Mall untuk nonton bioskop? tak lain tak bukan ini gara-gara promo TCASH Telkomsel yang beberapa hari lalu mengirimiku sms promo khusus untuk nomor HP-ku (simpati) yang terdaftar pada layanan TCASH akan mendapatkan cashback sebesar 50% jika aku bertransaksi di sembarang merchant (yang menerima pembayaran dengan TCASH) dengan maksimal diskon Rp30ribu sampai dengan tanggal 7 Mei 2017. Kebetulan hari ini tanggal 7 Mei 2017 dan Bioskop XXI menerima pembayaran dengan TCASH maka langsung saja aku ngacir ke sana.
Sesampainya di AEON Mall, aku langsung menuju lantai 3 lokasi bioskop XXI. Sebelumnya untuk memastikan bisa pakai TCASH kutanya ke mbak kasirnya,
"Bisa pakai TCASH Mbak?
"Bisa Mas", jawabnya ramah.
Setelah kupilih filmnya (Guardians of The Galaxy Vol.2) dan tempat duduknya, langsung aku diminta si mbaknya untuk Tap Stiker TCASH-ku yang kutempelkan di belakang HP ke EDC yang support TCASH. Setelah tap, aku pun diminta memasukkan password TCASH-ku ke EDC. Dan berhasilll......
Sempat kutanya terkai cashback TCASH ke mbaknya, tapi dia nggak tahu promo itu.
"Paling-paling nanti cashbacknya otomatis dikreditkan ke saldo TCASH-ku ketika transaksi dinyataka berhasil", pikirku sat itu.
Oiya harga tiket yang harus kubayar Rp60 ribu, maklum weekend, agak mahalan daripada hari biasa. Itung-itunganku kalau harga tiketnya Rp60 ribu berharti aku akan dapat cashback senilaiRp30 ribu. Asyik, itung-itung cuma bayar Rp30ribu. Tapi teryata tidak persis seperti itu yang terjadi. Setelah transaksi berhasil, langsung ada notifikasi melalui SMS bahwa aku dapat cashback 10% yang berarti Rp6000,- saja.
"Kok nggak 50% ya seperti promo yang kuterima lewat sms tempo hari, wah payah nih", gerutuku dalam hati.
Eh, tunggu dulu ternyata hanya selisih beberapa detik aku mendapat SMS lagi yang isinya aku dapat cashback Rp30ribu. Asyik, jadi malah di luar ekspeksiku yang akan hanya dapat Rp30ribu saja dari cashback, ternyata dapat Rp36 ribu, lumayan bisa buat sekali dua kali makan. Kita bisa ngecek saldo tcash, promo yang sedang berlangsung, dan transaksi lainnya melalui aplikasi T-Wallet atau Dial *800# OK.
![]() |
Tampilan Saldo TCASH di aplikasi T-Wallet |
Sebelum menggunakan Tcash Tap yang jenis stiker, dulu aku pernah mencoba sekali TCASH untuk membeli tiket bioskop XXI juga, tapi menggunakan aplikasi T-Wallet pada ponselku yang ada fitur NFC-nya. Caranya juga sama aja, tinggal tempelkan HP pada EDC sampai ada bunyi/getar, yang menandakan keberhasilan dilanjutkan memasukkan password. Praktis
Ada promo menarik juga dari XXI setiap hari SENIN, yaitu untuk pengguna TCASH dapat membeli tiket seharga Rp25ribu. Tapi Promo tersebut hanya berlangsung sampai dengan tanggal 26 Juni 2017. Banyak merchant-merchant yang sudah menerima pembayaran dengan TCASH Telkomsel. Yang kurasakan masih kurang simpel/praktis dalam menggunakan TCASH adalah adanya biaya top up saldo, atau kalau mau gratis bisa datang ke grapari terdekat. Kalau top up TCASH di grapari, nggak perlu antre, langsung saja kamu menuju Kasir dan bilang mau Top Up TCASH, nanti akan segera dilayani.
Promo dan marketing TCASH Telkomsel yang begitu masif, saya yakin TCASH nanti akan semakin menjadi solusi pembayaran ataupun Branchless Banking yang semakin diperhitungkan dan memudahkan transaksi masyarakat.
Saturday, May 6, 2017
Angkutan Dari Bandara Juanda Surabaya ke Terminal Purabaya (Bungurasih) pp
Sudah hampir 6 tahun ini aku sering bolak-balik terbang dari dan ke Bandara Juanda Surabaya, maklum anak istriku masih tinggal di Tulungagung Jawa Timur. Sejak dulu pertama bertugas di Jakarta, kemudian di Balikpapan, selanjutnya di Pontianak, dan sekarang sudah di Jakarta lagi sudah nggak terhitung lagi berapa kali aku mondar-mandir melalui bandara Juanda Surabaya.
Nah, karena tujuan akhirku ke Tulungagung, kota kecil di Jawa Timur bagian selatan diantara KEdiri dan Blitar, maka aku harus menempuhnya dengan bus dari Terminal Bungurasih kurang lebih 4-5 jam lamanya. Ada beberapa angkutan untuk menuju Terminal Bungurasih, diantaranya taksi, ojek, maupun DAMRI. Angkutan yang terakhir inilah yang menawarkan tarif termurah.
Bus DAMRI yang ada di Bandara Juanda Surabaya berupa Bus mini dengan satu pintu. Bus ini biasanya standby di seberang pintu area kedatangan. Tidak seperti di Jakarta yang Bus DAMRI bandaranya banyak jurusannya dan harus menunggu agak lama, di Surabaya hanya ada dua jurusan Bus DAMRI bandara yaitu ke Gresik dan Bungurasih, jangan sampai keliru masuk ya..... kalau nggak yakin bisa tanya petugasnya, karena dua bus dengan jurusan yang berbeda itu biasanya berdampingan depan belakang.
Bus DAMRI jurusan Terminal Bungurasih tarifnya cukup terjangkau yaitu Rp25.000,- saja, masih jauh lebih murah daripada Taksi. Bus DAMRI ini ketersediaannya kalau nggak salah sampai pukul 22.00WIB. Nah, kalau lewat dari jam 10 malam maka tidak ada pilihan lain kita bisa naik Taksi ataupun ojek. Kalau taksi online semacam Uber sepertinya masih mendapatkan resistensi yang cukup besar di Bandara Juanda. Kalau saya sendiri karena sudah malam dan ingin buru-buru ke terminal lebih prefer ojek saja yang tarifnya sekitar Rp30ribu, bisa lebih murah kalau kita tega nawarnya, hehe.... Tapi kalau hujan ya naik taksi aja lah, tarifnya juga masih terjangkau sekitar Rp50ribu-an.
Jarak Bandara ke Terminal Bungurasih tidak terlalu jauh sekitar 10 km dengan lama tempuh jika naik DAMRI hanya sekitar 30 menit dengan lalu lintas normal. Kalau naik ojek bisa lebih cepet lagi, paling 15 menit sudah sampai terminal.
Rute sebaliknya jika kita dari dari Terminal Bungurasih mau ke Bandara Juanda bisa juga menggunakan DAMRI. Biasanya busnya ngetem di area kedatangan Bus Antar Kota. Nah, disini kita jangan sampai keliru masuk bus DAMRI, ada yang jurusannya ke Terminal 1 Juanda adapula yang ke Terminal 2 Juanda. Terminal 1 untuk yang berangkat menggunakan Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air, NAM Air, Citilink. Terminal 2 jika Anda menggunakan maskapai Garuda Indonesia, Air Asia, ataupun penerbangan internasional. Untuk DAMRI jurusan terminal 1 biasanya berada di posisi belakang, sedangkan yang jurusan terminal 2 berada di depannya dengan posisi melintang. Kalau nggak yakin, lebih baik tanya petugasnya ya, daripada keliru. Namun, kalau sudah terlanjur salah masuk bus, nggak usah khawatir, ada Shuttle Bus yang melayani pergerakan penumpang dari Terminal 1 ke Terminal 2 dan sebaliknya. Lain ceritanya kalau penerbangannya jadwalnya sudah mepet baru berabe jadinya, hehe.... Oiya, tarifnya juga sama Rp25.000,-
Sebaiknya kita menyiapkan uang pas untuk membayar sejumlah Rp25ribu biar si sopir sekaligus yang narik uang tiketnya bisa cepet selesai dan cus....berangkat. Coba kalau bisa pakai uang elektronik ya, kan nggak perlu sudah kembaliannya. Yang pasti keberadaan layanan Bus DAMRI bandara ini sangat membantuku selama ini.
Nah, karena tujuan akhirku ke Tulungagung, kota kecil di Jawa Timur bagian selatan diantara KEdiri dan Blitar, maka aku harus menempuhnya dengan bus dari Terminal Bungurasih kurang lebih 4-5 jam lamanya. Ada beberapa angkutan untuk menuju Terminal Bungurasih, diantaranya taksi, ojek, maupun DAMRI. Angkutan yang terakhir inilah yang menawarkan tarif termurah.
Bus DAMRI yang ada di Bandara Juanda Surabaya berupa Bus mini dengan satu pintu. Bus ini biasanya standby di seberang pintu area kedatangan. Tidak seperti di Jakarta yang Bus DAMRI bandaranya banyak jurusannya dan harus menunggu agak lama, di Surabaya hanya ada dua jurusan Bus DAMRI bandara yaitu ke Gresik dan Bungurasih, jangan sampai keliru masuk ya..... kalau nggak yakin bisa tanya petugasnya, karena dua bus dengan jurusan yang berbeda itu biasanya berdampingan depan belakang.
Bus DAMRI jurusan Terminal Bungurasih tarifnya cukup terjangkau yaitu Rp25.000,- saja, masih jauh lebih murah daripada Taksi. Bus DAMRI ini ketersediaannya kalau nggak salah sampai pukul 22.00WIB. Nah, kalau lewat dari jam 10 malam maka tidak ada pilihan lain kita bisa naik Taksi ataupun ojek. Kalau taksi online semacam Uber sepertinya masih mendapatkan resistensi yang cukup besar di Bandara Juanda. Kalau saya sendiri karena sudah malam dan ingin buru-buru ke terminal lebih prefer ojek saja yang tarifnya sekitar Rp30ribu, bisa lebih murah kalau kita tega nawarnya, hehe.... Tapi kalau hujan ya naik taksi aja lah, tarifnya juga masih terjangkau sekitar Rp50ribu-an.
Jarak Bandara ke Terminal Bungurasih tidak terlalu jauh sekitar 10 km dengan lama tempuh jika naik DAMRI hanya sekitar 30 menit dengan lalu lintas normal. Kalau naik ojek bisa lebih cepet lagi, paling 15 menit sudah sampai terminal.
Rute sebaliknya jika kita dari dari Terminal Bungurasih mau ke Bandara Juanda bisa juga menggunakan DAMRI. Biasanya busnya ngetem di area kedatangan Bus Antar Kota. Nah, disini kita jangan sampai keliru masuk bus DAMRI, ada yang jurusannya ke Terminal 1 Juanda adapula yang ke Terminal 2 Juanda. Terminal 1 untuk yang berangkat menggunakan Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air, NAM Air, Citilink. Terminal 2 jika Anda menggunakan maskapai Garuda Indonesia, Air Asia, ataupun penerbangan internasional. Untuk DAMRI jurusan terminal 1 biasanya berada di posisi belakang, sedangkan yang jurusan terminal 2 berada di depannya dengan posisi melintang. Kalau nggak yakin, lebih baik tanya petugasnya ya, daripada keliru. Namun, kalau sudah terlanjur salah masuk bus, nggak usah khawatir, ada Shuttle Bus yang melayani pergerakan penumpang dari Terminal 1 ke Terminal 2 dan sebaliknya. Lain ceritanya kalau penerbangannya jadwalnya sudah mepet baru berabe jadinya, hehe.... Oiya, tarifnya juga sama Rp25.000,-
Sebaiknya kita menyiapkan uang pas untuk membayar sejumlah Rp25ribu biar si sopir sekaligus yang narik uang tiketnya bisa cepet selesai dan cus....berangkat. Coba kalau bisa pakai uang elektronik ya, kan nggak perlu sudah kembaliannya. Yang pasti keberadaan layanan Bus DAMRI bandara ini sangat membantuku selama ini.
Wednesday, May 3, 2017
Berlangganan Internet First Media
Sejak sekitar Bulan September Tahun lalu aku mulai berlangganan internet First Media. Ternyata kalau langganan internet dari provider First Media, tidak ditawarkan paket yang murni internet saja, tapi sudah sekaligus dapat layanan TV Kabel. Sebenarnya aku tidak begitu perlu langganan TV kabel biasanya juga nggak ditonton karena nggak sempat nonton. Jadilah aku langganan paket yang paling murah, sekaligus mau nyoba cukup stabil nggak koneksinya. Paket termurahnya seharga Rp240.900,- Nett
Di kompleks perumahanku sebenarnya sebelum First Media masuk, sudah ada terlebih dahulu jaringan Telkom dengan speedy-nya ataupun layanan indihome, tetapi karena kumerasa terlalu mahal biaya langganannya serta tidak terlalu butuh fasilitas telepon rumahnya, jadinya kuurungkan niatku untuk berlangganan indihome dari Telkom.
Pemasangannya cukup cepat, kabel sudah disediakan, tidak ada biaya pemasangan, dan sudah dilengkapi dengan berbagai piranti koneksinya seperti router wifi, modem, dll. Meskipun kecepatan paket yang kupilih paling rendah berkisar 4 Mbps dan saat tiga bulan pertama dapat bonus kecepatan 6 Mbps, saat kucoba untuk streaming di Netflix cukup lancar, begitupula dengan Youtube.
Beberapa bulan berjalan, aku merasakan kecepatan internetnya semakin lambat dan kadangkala eror seharian. Penggunaan internetku di rumah juga nggak masif karena aku juga masih punya dua koneksi internet mobile yang kuotanya berlebihan (nggak habis sampai masa berlaku paket hampir berakhir). Karena kondisi tersebut aku bermaksud untuk memutuskan langganan First Media.
Kuhubungi customer care First Media, kuutarakan maksudku untuk pemutusan layanan. Teleponku kemudian diarahkan ke bagian pemutusan layanan. Di bagian pemutusan layanan, aku ditanya motivasiku ingin berhenti berlangganan. si Mbak-nya menawarkan untuk diskon harga langganan selama satu tahun hanya menjadi Rp179.000 (belum termasuk pajak 10%). Aku pun tetap pada pendirianku untuk berhenti berlangganan. Belum patah semangat si Mbaknya menawarkan untuk memutuskan sementara saja, agar kalau nanti saya berubah pikiran bisa mengaktifkannya lagi, karena paketku yang sekarang ini termasuk yang paling murah dan tidak ditawarkan lagi sekarang ini. Aku pun tetap keukeuh untuk berhenti berlangganan. Akhirnya si Mbaknya pun menyerah dan berjanji nanti akan menghubungiku lagi jika teknisinya ada jadwal longgar untuk memutus layanan.
Setelah kututup telepon, aku pun jadi berpikir, "tadi si Mbaknya nawarin untuk diskon langganan ya selama setahun, kayaknya worth it juga tuh, mana ada provider lain semurah itu sudah plus layanan TV kabelnya, kuotanya unlimited, dan aku pun nggak usah repot-repot nyalain personal hotspot di HP kalau butuh layanan internet. Setelah kupikir-pikir selama beberapa jam, akhirnya aku pun memutuskan untuk tetap berlangganan dengan menerima tawaran si Mbaknya diskon langganan selama setahun. Jadinya sekarang aku hanya membayar biaya langganan Rp196.500 nett per bulan (sudah termasuk pajak).
Oiya untuk Pelanggan First Media yang akan memutuskan langganan lebih baik dilakukan sebelum tanggal 15 pada setiap bulannya, karena misal jika kita ingin memutus pada tanggal 16 maka sudah akan ada tagihan baru, dan kita diwajibkan untuk membayar tagihan tersebut sebelum memutus. Nggak nyangka mau berhenti langganan, eh malah dikasih diskon, hehe.....
Di kompleks perumahanku sebenarnya sebelum First Media masuk, sudah ada terlebih dahulu jaringan Telkom dengan speedy-nya ataupun layanan indihome, tetapi karena kumerasa terlalu mahal biaya langganannya serta tidak terlalu butuh fasilitas telepon rumahnya, jadinya kuurungkan niatku untuk berlangganan indihome dari Telkom.
Pemasangannya cukup cepat, kabel sudah disediakan, tidak ada biaya pemasangan, dan sudah dilengkapi dengan berbagai piranti koneksinya seperti router wifi, modem, dll. Meskipun kecepatan paket yang kupilih paling rendah berkisar 4 Mbps dan saat tiga bulan pertama dapat bonus kecepatan 6 Mbps, saat kucoba untuk streaming di Netflix cukup lancar, begitupula dengan Youtube.
![]() |
Test kecepatan internet First Media melalui speedtest.net |
Kuhubungi customer care First Media, kuutarakan maksudku untuk pemutusan layanan. Teleponku kemudian diarahkan ke bagian pemutusan layanan. Di bagian pemutusan layanan, aku ditanya motivasiku ingin berhenti berlangganan. si Mbak-nya menawarkan untuk diskon harga langganan selama satu tahun hanya menjadi Rp179.000 (belum termasuk pajak 10%). Aku pun tetap pada pendirianku untuk berhenti berlangganan. Belum patah semangat si Mbaknya menawarkan untuk memutuskan sementara saja, agar kalau nanti saya berubah pikiran bisa mengaktifkannya lagi, karena paketku yang sekarang ini termasuk yang paling murah dan tidak ditawarkan lagi sekarang ini. Aku pun tetap keukeuh untuk berhenti berlangganan. Akhirnya si Mbaknya pun menyerah dan berjanji nanti akan menghubungiku lagi jika teknisinya ada jadwal longgar untuk memutus layanan.
Setelah kututup telepon, aku pun jadi berpikir, "tadi si Mbaknya nawarin untuk diskon langganan ya selama setahun, kayaknya worth it juga tuh, mana ada provider lain semurah itu sudah plus layanan TV kabelnya, kuotanya unlimited, dan aku pun nggak usah repot-repot nyalain personal hotspot di HP kalau butuh layanan internet. Setelah kupikir-pikir selama beberapa jam, akhirnya aku pun memutuskan untuk tetap berlangganan dengan menerima tawaran si Mbaknya diskon langganan selama setahun. Jadinya sekarang aku hanya membayar biaya langganan Rp196.500 nett per bulan (sudah termasuk pajak).
Oiya untuk Pelanggan First Media yang akan memutuskan langganan lebih baik dilakukan sebelum tanggal 15 pada setiap bulannya, karena misal jika kita ingin memutus pada tanggal 16 maka sudah akan ada tagihan baru, dan kita diwajibkan untuk membayar tagihan tersebut sebelum memutus. Nggak nyangka mau berhenti langganan, eh malah dikasih diskon, hehe.....
Subscribe to:
Posts (Atom)