Sunday, March 8, 2015

Perjalanan Asik ke Pantai Prigi, Trenggalek

Pemandangan Pantai Prigi (dok. pribadi)
Liburan Imlek bulan lalu aku pulang ke Tulungagung, Jawa Timur. Senang rasanya bisa ketemu lagi dengan Manggala dan Ibunya, sejak akhir tahun lalu. Libur Imlek hari Kamis, dan aku izin hari Jumatnya, jadi lumayan bisa 4 hari di Tulungagung. Bahagia, damai, tentram bisa berkumpul dengan anak istri tercinta di kampong. Kebersamaan yang jarang kami nikmat selamati ini, paling-paling setahun nggak nyampai 12 kali kami sekeluarga bisa berkumpul. Loh kok malah curhat…..

Oke, selama empat hari itu lebih banyak kuhabiskan di rumah bermain dengan Manggala. Nah, hari Sabtu, tanggal 21 Februari tiba-tiba saja aku kepikiran kepengen Ayam Lodho yang katanya cukup enak yang berada di Kecamatan Bandung (Baca: Mbandung) Tulungagung. Kami bertiga pun merencanakan untuk kesana mencicip kuliner asli Tulungagung ini.

Sekitar Pukul 10 pagi kami bertiga pun berangkat naik mobil menuju Mbandung. Sudah lama nggak nyetir mobil rasanya kaku semua tangan dan kaki ini. Sekitar setengah jam perjalanan dari rumah mertua di daerah Jepun Tulungagung, kami pun sampai di rumah makan yang terkenal dengan Ayam Lodho-nya itu. Tapi berhubung baru sekitar jam setengah sebelas kami sampai sana dan perutku masih terasa kenyang karena pagi harinya aku makan banyak sekali, maka kami pun melanjutkan perjalanan terus ke selatan menuju pantai Prigi, Trenggalek.

Sekitar 15 menit dari Mbandung jalanan mulai menanjak, Jalanan berkelak-kelok naik turun gunung dengan tingkungan curam dan tanjakan tajam mengiringi perjalanan wisata dadakan kami siang itu. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan khas perbukitan dengan banyak pohon durian yang berbuah lebat dan siap  panen. Benar, di sepanjang tepi jalan, banyak pedagang Durian yang menggelar lapak seadaanya. “Wah pasti murah-murah nih Duriannya, nanti pulangnya kita mampir ya cinta…”, pintaku mesra ke istri, haha….

“Iya sayang ntar pulangnya aja…. Manggis juga banyak tuh, sayang mau?”, balas istriku tak kalah mesra membuatku seolah menjadi pria tertampan di dunia, wkwkwkwkwk…

Jalan yang kami lalui tergolong mulus beraspalkan hotmix dengan lebar yang lumayan untuk jalan di perbukitan. Jalanan pun agak sepi, tapi aku heran kok ada spanduk artis Arumi Bachsin dan suaminya yang anak mantan wakil menteri PU itu si Dardak-dardak siapa tu namanya, lupa….. Sekitar pukul 11 kami pun sampai di Pantai Prigi. Di portal retribusi obyek wisata, kami ditarik karcis 15 ribu untuk dua orang dewasa, balita nggak dihitung, dan 5 ribu rupoiah untuk parker. Kami pun tak kesulitan mencari parkiran tepat di pinggir pantai di bawah keteduhan pohon waru. Kebetulan kondisi saat itu pantainya sedang sepi.

Bermain Air Bersama Manggala (dok. Pribadi)
Kami pun segera keluar dari mobil, si Manggala nampaknya nggak sabar mau bermain di pantai. Aku pun tak lupa membawa kamera dan tripod. Cukup bersih pantai dengan hamparan pasir coklat dengan jalanan di sepanjang pantai beretepikan pepohonan yang membuat teduh di tengah teriknya sinar matahari. Berderet pula penjaja makanan dan penjual kelapa muda disebelah sisi jalan yang lain, memberikan kesan lumayan rapi dan tertata. Pantai Prigi memang terletak di sebuah teluk yang diapit perbukitan hijau, sehingga ombaknya tidak besar, makanya terdapat sebuah bermaga perahu nelayan tradisional di sisi timurnya.

Kebetulan di dekat parkir mobil kami terdapat semacam gazebo. Kami pun duduk di situ sambil menaruh barang-barang bawaan. Kukeluarkan Tripod, kupasang kamera di atasnya kujeprat-jepret sekitar 180 derajat untuk membuat foto panorama. Tak lupa kupotret aksi manggala saat duduk-duduk di Gazebo. Kami pun berfoto bertiga dengan background Pantai Prigi yang bertepikan perbukitan hijau yang mengelilinginya.

Deretan Penjaja Makanan dan Souvenir (Dok. Pribadi)
Manggala nggak sabar untuk menjejak ke laut. Dicopotlah bajunya dan celananya hanya menggunakan singlet dan pampers, Manggala kugandeng menuju tepi pantai. Senang sekali dia bisa bermain air, apalagi sambil menunggu ombak mengguyurnya. Tapi aku tidak berani melepasnya, khawatir tiba-tiba ada ombak besar. Setiap kali ada ombak datang dia pengen menantangnya, begitu terguyur ombak di tertawa lebar menjerit gembira. Istriku kuminta memotret aksi kami berdua. Puas dengan bermain air, Manggala pun dibawa Ibunya ke Toilet untuk mandi. Sambil menunggu manggala mandi kunikmati Kelapa Muda yang dipesankan oleh istriku. Tenang, damai, bahagia rasanya bersama keluarga kecil kami berada di pantai yang udaranya segar ini. Sejenak kuberpikir, “Mengapa momen-momen kebersamaan seperti ini suatu hal yang sangat mahal dan langka bagi kami, kapan kami bisa bersatu dalam satu rumah…” Ah, sudahlah yang penting kami masih bisa bergembira bersama.

Manggala Makan Duren (Dok. Pribadi)
Nggak lama kami di Pantai Prigi siang itu. Kami pun melanjutkan perjalanan untuk pulang ke rumah, tapi sebelumnya pengen mampir ke rumah makan Ayam Lodho dulu. Sebelum sampai ke rumah makan itu kami mampir membeli Durian dan manggir yang banyak dijajakan di pinggir jalan perbukitan. Cukup murah harganya….


Kami pun makan siang di rumah makan Ayam Lodho (baca: Wisata Kuliner Ayam Lodho). Kami pesan ayam setengah ekor, karena hanya boleh pesan ukuran setengah ekor atau satu ekor, nggak boleh milih per potong. Kenyang dengan ayam Lodho, kami pun langsung melanjutkan perjalanan pulang.  Sampai di rumah sekitar pukul 3, dan Durian yang kami beli pun kami pecah, dan Manggala pun tenyata suka sama Durian padahal baru 2,5 tahun. Sebenarnya durian kurang baik sih untuk anak sekecil Manggala, karena bisa menimbulkan panas di perut. Untungnya Manggala nggak makan banyak-banyak, dia agak jijik dengan jemeknya durian, tapi suka akan rasanya. Geli lihat manggala belepotan makan durian.

Update: Ternyata spanduk-spanduk bergambar Arumi Bachsin dan Suaminya (Emil Dardak) dalam rangka kedatangan Emil Dardak ke Festival Prigi keesokan harinya tanggal 22 Februari 2015. Si Emil Dardak rencananya mau maju sebagai calon Bupati Trenggalek (Tribunnews.com, 23-2-2015).

No comments:

Post a Comment