Showing posts with label Ketapang. Show all posts
Showing posts with label Ketapang. Show all posts

Sunday, April 12, 2015

REVIEW Hotel : Pengalaman Menginap di Aston Ketapang

Resepsionis Aston Ketapang (dok. pribadi)
"Yang bener di Ketapang ada Aston? Hebat bener di kota kecil ada Aston ya, kalau sebatas Fave hotel masih biasa lah. Berarti potensi perekonomian di Ketapang lumayan bagus dong?", tanyaku kepada teman kantor seolah tak percaya di kota sekecil Ketapang terdapat jaringan  Hotel Aston, tapi ya itulah kenyataannya. Keberadaan perkebunan Kelapa Sawit, Pertamabangan Bauksit, dan rencana pembangunan smelter (mungkin untuk mengolah bauksit) menjadikan Ketapang kota yang maju pesat perekonomiannya sekarang ini.

Ok, kembali ke Hotel Aston Ketapang. Langsung saja kami membooking untuk dua malam di Hotel Aston Ketapang sebelum kami berangkat ke Ketapang. Saat itu pas ada promo Rp450 ribu per malam. Tentunya ekspektasi kami dengan nama Aston yang sudah jelas dan relatif bagus standar pelayanannya, kami bisa bermalam dengan nyaman dan tenang.

Ternyata kamar dengan harga promo itu tinggal yang  twin bed ukuran @ (100x200)cm. Ya nggak papa lah, sonly yang ukuran queen (160x200)cm sudah full booked. Yang penting bisa tidur nyaman dan menu sarapannya lengkap.

Kunci kamarnya berupa kartu chip, bukan kartu magnetic ataupun RFID. Kamar kami kebetulan saling berdekatan di lantai 5. Begitu kami mau masuk ternyata pintu nggak bisa kebuka. Lampu indikator merahnya masih menyala, tidak lampu indikator hijau yang menyala. Teman sebelah kamarku juga demikian, mengalami hal serupa. Untungnya temanku yang satu lagi bisa terbuka kuncinya, dan kami pun menelpon resepsionis dari kamar teman yang terbuka, coba kalau tidak terbuka semua, bisa-bisa kita repot turun lagi ke resepsionis di lantai dasar. Akhirnya seorang petugas hotel datang dengan sigap dan membukakan pintu kamar kami dengan kartu 'sakti'-nya yang bisa membuka semua kamar.

Kunci Kamar Error (dok. pribadi)
Begitu masuk tercium aroma apek namun kamarnya cukup bersih. Kamarnya lumayan luas, dengan twin  bed, meja kerja yang menempel ke dinding di bawah televisi layar datar, sofa dan meja kecil di sudut ruangan, mini bar di sudut lainnya, lemari yang menempel di tembok samping kamar mandi yang cukup bersih, tanpa bathup, namun dilengkapi shower yang sangat lancar aliran air panas dan dinginnya.

Setiap kamar tidak terintegrasi dengan AC Central melainkan AC independen (mungkin 1 pk) merek mitsubishi yang dipasang di dekat jendela. Di lemari yang biasanya sekelas aston ada deposit box-nya ternyata di Aston Ketapang tidak ada sama sekali.

Aku tidur nyenyak malam pertama di Aston, apalagi di luar malam  itu sedang hujan angin. Nah, keesokan paginya baru aku dikejutkan dengan temanku yang ternyata di kamarnya semalam kebanjiran, terkena tampias air hujan di balkon yang merembes ke dalam kamar. Jadilah airnya menggenang kemana-mana sampai membasahi kain penutup springbed bagian bawah. Tidak hanya itu saja, ternyata pintu lemarinya jebol, untungnya tidak jatuh mengenai dia. Malam itu juga dia melaporkan ke petugas hotel dan segera datang petugas dengan sigap mengepel dan menahan laju rembesan air hujan, sambil meminta maaf terhadap temanku itu. Keesokan harinya jelas temanku minta ganti kamar.

Kamar Twin Bed (dok. pribadi)
Nah, menurutku yang paling penting dari pelayanan hotel adalah menu sarapan paginya. Ya lumayan lengkap lah menunya untuk makan pagi, kita bisa minta dibuatin omelet atau telur mata sapi, Sup panas yang berganti-ganti tiap hari, Bubur ayam ataupun lainnya, Menu makanan berat yang biasanya ada nasi putih, nasi goreng, mie goreng, ikan, ayam, taupun daging yang dimasak berbeda-beda tiap harinya. Buah potong segar yang biasanya terdiri dari melon, nanas, dan semangka. Kue-kue kecil dan roti tawar plus selai yang dilengkapi dengan toaster. Kopi, teh panas dan minuman jus jeruk dan blueberry yang saat itu disajikan (sepertinya jus instan). Ya cukup puas lah dengan menunya untuk hotel di Kota Ketapang yang sekelas Kabupaten ini. Di ruang makan di lantai 2 selain kita bisa menikmati makanan di dalam ruangan, tersedia pula bangku dan meja makan di luar ruang yang berhadapan langsung dengan jalan raya, sehingga kita bisa menghirup udara segar pagi hari yang masih sedikit polusi (karena kota kecil) apalagi jika malamnya habis hujan asalkan tidak turun hujan ya.....
Suasana Kamar Aston Ketapang (dok. pribadi)

Toilet Aston Ketapang (dok. pribadi)

Kepuasan akan menu makanan setidaknya bisa mengkompensasi kondisi kamar hotel yang standar, bahkan kurang nyaman bagi temanku di malam pertamanya. Sayangnya di Aston Ketapang tidak tersedia fasilitas Kolam Renang, yang seharusnya untuk standar Aston perlu lah untuk kolam renang, soalnya aku suka banget berenang, he he.... Fasilitas Free WiFI-nya lumayan cepat dan lancar, tapi ada beberapa kamar yang sinyal WiFi-nya tidak bagus.

Aston Ketapang harus segera meningkatkan pelayanannya saat ini, mengingat hotel-hotel baru di Ketapang semacam Onys dan Borneo Emerald juga mempunyai pelayanan dan tarif yang kompetitif. Memang sih, Aston Ketapang masih menjadi Market Leader di Ketapang, tapi bukan tidak mungkin jika terlena dengan kondisi sekarang, status itu akan tinggal kenangan.


Saturday, April 11, 2015

Ale-Ale Kerang Asli Ketapang

Ale-Ale masih lengkap dengan cangkangnya (dok. pribadi)
Ale-ale sejenis kerang kecil yang banyak terdapat di Ketapang. Sebenarnya di daerah lain di Indonesia pun ada, namun beda dikenalnya. Kalau di daerahku di Pantura Timur Jawa ada yang menyebutnya kuwek, atau apalagi namanya di daerah lain, entahlah.

Tidak perlu diperdebatkan namanya, yang pasti kerang jenis ini kalau sudah dimasak rasanya lezat sekali. Untungnya di Ketapang ini perairan lautnya masih relatif bagus. Pencemaran logam berat masih jauh di bawah ambang batas. Berbeda dengan di Teluk Jakarta yang sudah tidak bagus lagi kualitas airnya karena pencemaran logam berat, makanya kita perlu berhati-hati makan kerang-kerangan yang berasal dari Teluk Jakarta, karena kerang sangat rentan sekali terpapar logam berat.

Kembali ke Ketapang, Ale-ale di Ketapang lumayan melimpah, sampai-sampai keberadaannya diabadikan menjadi tugu di salah satu perempatan jalan raya di Ketapang. Ale-ale biasanya dijual di pasar-pasar tradisional dalam bentuk masih lengkap dengan cangkangnya, sudah dikupas cangkangnya, ataupun diawetkan/diasinkan dalam botol-botol.

Ibu-ibu pengupas cangkang ale-ale (dok. pribadi)
Nah, saat mayu pulang dari Ketapang, temanku dititipi temannya di Pontianak untuk membawakan oleh-oleh berupa ale-ale. Sebelum ke bandara, siang itu kami pun meluncur ke pasar Sentap untuk mencari ale-ale, ternyata sudah habis alias tidak ada lagi penjual ale-ale karena hari sudah siang. Tak mau pulang tanpa hasil, kami pun bertanya ke orang pasar dimana lagi tempat penjual ale-ale.

Kami pun bergegas menuju tempat penjual ale-ale yang ditunjukkan oleh orang pasar berkejaran dengan waktu.
Kami menuju perkampungan yang sebagian masyarakatnya sering menjual ale-ale. Kuhitung sampai 5 kali kami bertanya dimana orang yang menjual ale-ale.

Tetap semangat kami blusukan dari kampung ke kampung, asyiknya kami jadi lebih tahu kondisi perkampungan penduduk asli di Ketapang. Akhirnya sampailah kami ke sekumpulan ibu-ibu di depan sebuah rumah dengan tumpukan ale-ale segar yang baru diambil di muara sungai.

Kami pun bertanya berapa harga ale-ale. Mereka menyebut Rp10000/canting untuk ale-ale yang sudah dikupas, dan Rp6000/kg untuk ale-ale segar yang masih bercangkang. Temanku akhirnya membeli 5 canting ale-ale, yang langsung dikupaskan saat itu juga, fresh from the oven.

Sambil ibu-ibu itu mengupas ale-ale dengan cekatan, kujepret sana-sini mengabadikan momen itu dsambil ngobrol dengan ibu-ibu kampung yang ramah-ramah itu.

Mengupas Ale-ale dengan pisau khusus (dok. pribadi)
Akhirnya selesai juga 5 canting ale-ale kupas yang tidak sampai 30 menit mengupasnya. Ditaruhlah ale-ale kupas tadi di dalam botol bekas aqua, dan dimasukkan kantong plastik rapat-rapat karena mau dibawa di kabin pesawat agar tidak tercium baunya ataupun bocor tetesan airnya.

Sesampainya di Pontianak, keesokan harinya di kantor dimasaklah ale-ale yang malam harinya dimasukkan ke kulkas oleh teman-teman kantor, dan ternyata rasanya enak, segar, berbeda jika beli di pasar. Lebih fresh ini.

Ke Ketapang jangan lupa mencari oleh-oleh ale-ale segar atau kalau tidak mau repot ya ciciplah masakan yang ada ale-alenya. Sedikit tips: sebaiknya jika untuk oleh-oleh jangan beli ale-ale yang sudah diasinkan dalam botol karena itu sudah relatif lama dan asin banget, jadi rasa ale-alenya sudah tak nampak lagi kalah dengan rasa asin.

Tuesday, April 7, 2015

Perjalanan ke Ketapang

Tugu Ale-Ale Ketapang (Dok. Pribadi)
Ketapang, kayak nama pelabuhan penyeberangan di ujung timur Pulau Jawa tepatnya di Banyuwangi yang sekitar 16 tahun lalu pernah kulalui saat study tour kelas 3 SMP. Namun Ketapang yang satu ini beda, bukan nama pelabuhan melainkan nama sebuah Kota di Kalimantas Barat.

Kebetulan hari ini aku ada tugas ke Ketapang sampai hari Kamis esok. Kami bertiga dari Pontianak kebetulan naik Trigana Air dengan Pesawat ATR 72 dengan baling-balingnya yang super bising, maklum lah bukan pesawat baru. Beda rasanya dengan Garuda Indonesia yang kunaiki dari Balikpapan ke Pontianak meskipun sama-sama menggunakan pesewat ATR 72, yang pasti punya Garuda jauh lebih baru. Nanti aku review pengalaman naik ATR 72 Trigana Air.

Kira-kira 30 menit kami sudah sampai di Ketapang, sebuah kota yang dikelilingi sungai alias terletak di delta sungai-sungai besar (aku belum sempet googling nama sungainya).

Nggak seperti yang kuduga sebelumnya, ternyata Ketapang lumayan gede dan rame juga lho. Di sini ada restoran cepat saji KFC, adapula jaringan hypermarket dari Matahari Group alias Hypermart, dan jangan salah ada Hotel Aston juga lho disini (aku sudah gatal mau me-review Hotel Aston Ketapang ini di Trip Advisor). Luar biasa perkembangan salah satu kota di ujung selatan provinsi Kalimantan Barat ini. Denger-denger sih kota ini ditopang pendapatan dari Perkebunan Kelapa Sawit dan Tambang Bauksit.

Aksesibilitas ke Ketapang ini relatif cukup mudah terutama dengan moda transportasi udara. Bisa pakai Trigana rute Pontianak-Ketapang-Pangkalan Bun, ataupun Kalstar rute Pontianak-Ketapang-Semarang. Mungkin masih ada penerbangan lain yang belum sempat kucari tahu.

Nah, yang terkenal dari Ketapang ini adalah Batu Kecubung Ketapang yang terkenal berkualitas sangat bagus. Barusan aku jalan-jalan jkeliling kota, banyak sekumpulan pria rame bergerombol di pinggir jalan mengerumuni sesuatu yang ternyata pedagang akik. Memang akhir-akhir ini dimana-mana lagi booming batu akik, tapi ya harus hati-hati juga beli Kecubung di Ketapang meskipun daerah asal Kecuibung, ada juga kecubung abal-abal ataupun berkualitas rendah. Ajaklah orang yang mengerti batu akik terutama kecubung ketika mau membelinya.

Ketapang, sebuah Kota yang perkembangannya sangat pesat dengan potensi yang luar biasa. Entah kapan lagi aku berkesempatan mengunjungi Ketapang ini. Suatu saat lah....