Saturday, September 28, 2019

Demam imoo Z2

Imoo memang paling pinter mencari celah pasar yang selama ini nggak diperhatikan produsen-produsen gadget besar semacam Apple, Samsung, dll. Mereka fokus mengembangkan wearable gadget semacam jam pintar untuk orang dewasa tapi tak satupun yang membuat khusus untuk anak-anak.

Imoo mencium peluang ini dengan pintar. Segeralah mereka meluncurkan aneka jam pintar untuk anak-anak mulai dari Y1, Z5, dan yang terbaru adalah Z2. Dengan fitur-fitur yang menarik perhatian anak-anak seperti video call, anti air sehingga bisa dipakai berenang, bisa motret dan berkirim pesan. Yang namanya anak-anak pasti kalau sudah kepincut, akan merengek terus ke ortunya, sehingga para orang tua pun biasanya luluh memenuhi permintaan anaknya. Apalagi para orang tua zaman now juga seringkali khawatir dengan keberadaan anak mereka, dan ini dipahami betul oleh imoo dengan menyisipkan fitur GPS yang bisa memantau dimana keberadaan buah hati mereka. Apa sedang diam saja, bergerak, di sekolah atau lagi sepedaan sama temannya, sehingga fitur ini cukup membuat para ortu tidak terlalu khawatir lagi anaknya berada dimana.

Si Manggala sebenarnya tidak terlalu merengek untuk dibelikan imoo, tapi kami tahu dia pengen sekali jam itu, mengingat ada temannya yang sudah pakai imoo di sekolah. Sebenarnya kami tidak mau membelikannya, tapi karena ada fitur yang memang kami butuhkan yaitu GPS, maka kami pun akhirnya membelikan imoo Z2 buatnya. Kenapa GPS yang jadi alasan kami, karena beberapa kali kami dibuat khawatir dengan keberadaan si manggala karena keluyuran entah kemana naik sepeda. Pernah suatu ketika aku bingung mencarinya kesana kemari. Yo wis lah semoga dia tambah semangat belajar dengan kubelikan jam imoo.

Imoo ini sendiri untuk melakukan panggilan video harus diisi dengan sim card yang ada paket datanya. namun, jika sekedar untuk melakukan voice call hanya perlu pulsa HP saja. Untuk video call dan mengetahui lokasi si anak perlu mendownload aplikasi imoo di appstore ataupun playstore karena nanti akan dipairing dengan jam imoo agar bisa terkoneksi.

Untuk menghemat paket data, imoo juga dilengkapi fitur Wifi sehingga video call bisa digunakan melalui jaringan Wifi tidak menguras paket data. Nah, imoo ini juga dilengkapi fitur SMS layaknya poncel, tapi sekarang kan sudah tidak zmaannya lagi SMS, haha.....

Sebenarnya aplikasi semacam Whatsapp  jauh lebih canggih dari aplikasi imoo. Namun entah mengapa si produsen imoo yang katanya anak perusahaan Oppo ini tidak menggunakan sistem operasi layaknya ponsel agar aplikasi semacam Whatsapp bisa dipakai. Mungkin karena memang sengaja karena dikhususkan untuk anak-anak, karena kalau terlalu canggih nanti akan dimungkinkan mengganggu konsentrasi dan belajar si anak.

Layaknya software di HP, software imoo juga bisa diupdate secara berkala ataupun otomatis jika ada update software terbaru. Oiya imoo juga ada mode kelas yang memungkinka orang tua untuk mengunci si imoo dari berbagai fiturnya agar tidak bisa digunakan si anak ketika masih jam sekolah.

Demam imoo di Indonesia menjadikan beberapa sekolah terutama di kota-kota besar melarang para siswanya untuk memakai imoo karena mengganggu konsentrasi belajar dan membuat iri teman lainnya yang tidak punya imoo.

Oiya imoo Z2 ini ternyata lebih murah dari Z5, karenakemunculannya menjembatani antara Y1 dan Z5. Jika Y1 relatif murah tapi tidak ada kameranya sehingga tidak bisa video call, lain halnya Z5 yang harganya lebih dari 3 juta sehingga dirasakan cukup mahal. Munculah Z2 yang harga resminya Rp2,199 jt dengan desain yang menurutku pribadi lebih bagus dan halus daripada model Z5. Hanya ada 2 varian warna untuk Z2 yaitu kombinasi hijau muda dengan hitam, dan pink dengan hitam. Tentu saya membelikan yang warna hijau muda buat Manggala.

Saya juga berpesan kepada Manggala, agar saat pelajaran di kelas imoonya tidak boleh dimainkan agar tidak mengganggu kelas.

Thursday, September 19, 2019

Cara Mudah Menanam Matoa dan Cepat Berbuah

Seringkali kita menanam sebuah pohon dari bibit hasil cangkokan atau sambungan (okulasi) agar pohonnya cepat besar dan cepat berbuah. Namun, berbeda halnya dengan menanam Matoa. Menanam Matoa selama ini lebih banyak menggunakan perbanyakan biji daripada metode lainnya. Saya sendiri belum pernah menggunakan metode perbanyakan lainnya selain dengan biji. Mengapa demikian? jawabannya:

  1. Matoa termasuk fast growing species yang cepat tumbuh besar dan dewasa. Dalam usia sekitar 3 tahun sejak penanaman dari biji, Matoa biasanya sudah bisa menghasilkan buah.
  2. Matoa gampang sekali ditanam di berbagai lahan. Jenis tanaman ini membutuhkan syarat tumbuh utama yaitu ditanam di lingkungan yang terkena sinar matahari langsung secara penuh. Tidak boleh ternaung pohon lainnya. Syarat tumbuh lainnya yang utama adalah ketersediaan air. Apalagi pada musim kemarau, karena Matoa termasuk tanaman yang rakus air dan butuh banyak sinar matahari. Jika terlambat menyiram atau kekurangan air pada musim kemarau, buah yang dihasilkannya tidak bisa terlalu besar, dan rentan pecah kulit buahnya. Dengan syarat tumbuh utama yang terpenuhi, maka bibit matoa yang berasal dari biji pun bisa tumbuh sangat cepat.
  3. Untuk melakukan okulasi/penyambungan pada matoa relatif sulit dilakukan karena batangnya yang termasuk besar dan tidak mudah ditemukan mata tunas di sepanjang batang/ranting. Demikian pula ketika mencangkok membutuhkan waktu yang relatif lama dan perakarannya nanti ketika ditanam kurang kuat karena tidak punya akar tunggang. 
  4. Menanam biji matoa pun sangat mudah. Tinggal dimasukkan bijinhya ke tanah yang sudah dibasahi air, beberapa hari kemudian sudah berkecambah bijinya. Ketika sudah muncul daun beberapa lembar, bisa dipindah ke tempat yang terkena sinar matahari langsung untuk mempercepat pertumbuhannya. Jika ingin memindahkannya ke bidang tanam, tunggulah sampai matoa kira-kira ketinggiannya 40 cm dan punya beberapa daun yang sudah mulai melebar. Ketika memindahkannya usahakan pucuk bibit tidak dalam keadaan memunculkan daun baru, karena nanti rentan kering pucuknya. Usahakan bibit yang pucuknya masih dalam keadaan belum keluar daun mudanya.
  5. Matoa sebaiknya disiram setiap hari sekali, karena matoa termasuk tanaman  berdaun lebar yang evaporasinya/penguapannya tinggi. Jika kekurangan air matoa bisa rentan mati, meskipun usianya sudah dewasa.
  6. Matoa tidak perlu banyak pupuk, bahkan yang tidak dipupuk pun seperti matoa saya di kampung juga selalu berbuah banyak. Namun memang akan lebih jauhproduktif kalau dipupuk.
Jika syarat tumbuhnya tercukupi maka matoa akan tumbuh optimal dan dalam umur 3 tahun rata-rata sudah berbuah.

Matoa jarang  punya penyakit seperti pohon lainnya. Namun, musuh utama pembudidayaan matoa adalah serangan  kelelawar buah terhadap buah matoa yang sudah matang, sehingga banyak yang rontok/jatuh ke tanah. Solusinya adalah dengan membungkus tandan buah dengan jaring-jaring maka buah yang bisa dipanen bisa diselamatkan dari kelelawar buah (codot).



Wednesday, September 18, 2019

Lihat Pemandangan Pantai dan Bukit Terbaik di Pulau Padar

Naik ke Puncak Pulau Padar memberikan sensasi yang tak terlupakan sepanjang hayat. Bagaimana tidak, pemandangan dari Puncak salah satu pulau di kawasan Taman Nasional Komodo ini sungguh luar biasa indahnya.

Hari itu kami berangkat dari Pelabuhan Labuan Bajo naik speedboat menuju destinasi pertama kami yaitu Pulau Padar. Awal September merupakan puncak musim kemarau di Nusa Tenggara Timur. Namun, menjelajah Labuan Bajo dan sekitarnya memang paling cocok dilakukan pada musim kemarau, karena cuaca sangat cerah tidak ada hujan yang mungkin bisa menghambat jelajah pulau-pulau di Labuhan Bajo ataupun Taman Nasional Komodo.

Sekitar 1 jam-an kami naik boat dari Labuhan Bajo ke Pulau Padar. Sepanjang perjalanan kami temui banyak kapal-kapal wisat yang mirip dengan kapal pinisi kecil. Banyak turis-turis asing yang menyewa kapal-kapal tersebut untuk menjelajah satu pulau ke pulau lain. Perairannya relatif tenang sehingga goncangan speedboat tidak terlalu terasa.

Sampai di Pulau Padar aku pun berusaha naik sampai puncaknya. Lumayan menguras energi untuk mencapai puncaknya karena saat itu matahari sedang terik-teriknya. Puncak Pulau Padar kucapai dalam waktu sekitar 1 jam, padahal harusmya bisa lebih cepat dari itu. Cuaca yang sangat terik membuatku sering berhenti untuk minum atapun sejenak beristirahat. Tak lupa beberapa kali aku berhenti untuk mengabadikan momen dan pemandangan saat itu.

Akhirnya sekitar pukul setengah 11 siang aku mencapai Puncak Pulau Padar. Dari Puncak ini kita bisa melihat Pulau Padar 360 derajat. Luar Biasa indahnya. Namun, jika tujuannya untuk memotret tiga teluk berpantai seperti gambar-gambar yang terkenal itu, maka tidak perlu sampai puncak untuk mengabadikannya. Malahan kalau sampai puncak ada satu pantai yang tertutupi oleh bukit. Jadi ada spot khusus sebelum puncak dengan tanda-tanda ada tumpukan batu keras yang biasanya untuk tempat berpose dengan latar belakang 3 teluk berpantai eksotis.

Saat itu bukit-bukitnya kelihatan sangat gersang kecoklatan dan jarang terlihat pepohonan, sehingga dari kejauhan bukuit-bukit gersang itu mirip gunung-gunung batu yang ada di arab. Sekedar tips jika mau ke Pulau Padar, sebaiknya tiba di Pulau ini masih pagi sehingga tidak terlalu panas dan ngos-ngosan untuk mencapai puncaknya. Dan jika trip kalian lakukan di musim hujan, maka perlu ekstra hati-hati dalam mendaki atau menuruni bukit karena cukup licin. Jika kalian datang saat musim hujan, maka bukit-bukit yang gersang itu akan berubah menjadi ijo royo-royo. Kalian perlu persiapan bawa minuman, terutama minuman isotonik untuk segera menggantikan cairan tubuh kita yang hilang. Oiya pakai sepatu lapangan yang tentunya tidak licin ya untuk melindungi kaki kalian dan tidak mudah terpeleset. Selamat Berlibur......


Thursday, August 22, 2019

Ke Museum Multatuli Rangkasbitung Naik KRL

Rangkasbitung, kota kecil yang jarang kita dengar, padahal lokasinya relatif dekat dengan Jakarta. Ternyata di Kota ini menyimpan sejarah yang era kolonialisme yang menjadi inspirasi ditulisnya Novel Fenomenal Karya Douwes Dekker alias Multatuli berjudul Max Havelaar, yang mengangkat nasib pribumi di wilayah Lebak Banten ketika era tanam paksa.

Penasaran dengan kiprah Multatuli di Tanah Lebak Banten, aku pun memutuskan untuk pergi ke Rangkasbitung. Tanggal 17 Agustus kemarin, usai upacara di Kampus, aku pun ke Stasiun KRL Sudimara dekat rumahku di Tangsel. Kebetulan ke Rangkasbitung paling cepat ditempuh dengan KRL, dari Sudimara memakan waktu sekitar 1,5 jam. Stasiun Rangkasbitung merupakan stasiun KRL terakhir yang ada di barat Jakarta. Dari Stasiun ini pula bisa melanjutkan ke Merak dengan kereta lokal.

Sekitar 1,5 jam aku berdiri di gerbong kereta. Pagi itu rame banget gerbongnya, sampai banyak yang berdiri. Mungkin bertepatan hari libur, plus KRL sedang memberikan promo tiket Rp1,- dalam rangka hari kemerdekaan. Sesampainya di Stasiun Rangkasbitung, ternyata suasananya tidak kalah padat dengan Stasiun Tanah Abang, bahkan lebih panjang dan padat antrean keluarnya. Dari Stasiun aku tidak langsung menuju Museum yang hanya berjarak +- 1,5 km dari Stasiun. Kalau berjalan kaki lumayan juga, mungkin sekitar 20 menitan. Aku mampir dulu ke RM Ramayana untuk makan siang mencoba sop kambingnya, hehe......

Enaknya di Rangkasbitung sekarang sudah ada Gojek, jadi meskipun aku baru pertama kali kesana, aku merasa nyaman-nyaman aja berkeliling kotanya. Kalau capek jalan kaki ya tinggal pesan gojek. Usai makan, aku pun langsung pesan gojek untuk tujuan museum multatuli. Mungkin hanya sekitar 5 menit sampai ke sana, tetapi aku tidak berhenti di museum melainkan mampir dulu di masjid agung karena sudah mendekati waktu dzuhur. Usai sholat, barulah aku berjalan kaki menuju Museum yang ada si sisi timur Alun-Alun Rangkasbitung, sedangkan masjid Agungnya berada di sisi barat. Masih terlihat tenda bekas upacara pagi harinya yang belum dibongkar karena pasti akan dipakai lagi sore harinya pas upacara penurunan bendera.

Alun-alunnya lumayan luas, dengan Kantor Bupati dan gedung DPRD di Sisi Selatan, dan ada Lembaga Pemasyarakatan di sisi utaranya. Nggak sampai 5 menit berjalan kaki ke museum dari Masjid agung. Sesampainya di Museum terlihat bangunan kuno dengan semacam Pendopo berbentuk atap limas yang tergolong rendah dan bangunan utama di belakangnya. Setelah kugoogling ternyata bangunan yang difungsikan sebagai museum itu adalah bekas Kantor Kawedanan Rangkasbitung. Sayangnya saat aku kesana, Museumnya tutup karena bertepatan dengan hari libur nasional, padahal biasanya hari sabtu dan minggu museum tetap buka. Museum tutup setiap hari senin dan hari libur nasional, jadi jangan sampai kecele kayak saya ketika bermaksud mengunjungi museum Multatuli.

Di samping bangunan utama ada patung multatuli sedang membaca buku, replika koleksi buku, patung wanita membawa kembang, dan patung petani (pribumi). Di samping museum ada bangunan apik bernuansa modern dengan tetap melekatkan unsur tradisional yang tak lain adalah perpustakaan daerah yang dinamakan Perpustakaan Saidjah Adinda.

Suasana di kompleks Museum Multatuli bisa dilihat di video ini:



Jadi lah aku tidak berlama-lama di area luar museum, kuputuskan untuk segera kembali ke stasiun untuk mengejar KRL jadwal terdekat. Ketika berjalan ke luar dari area Museum aku berjalan menuju arah LP Rangkasbitung di sisi utara, sebelumnya aku melewati bekas gedung Pengadilan Negeri rangkasbitung yang sudah tidak lagi digunakan dan ditetapkan oleh pemda setempat sebagai cagar budaya. Namun sayang, kondisi gedung terlihat memprihatinkan, tidak terawat, dan banyak ditumbuhi tanaman liar. Akan lebih baik jika difungsikan sebagai museum juga, semoga pemda Rangkasbitung segera merenovasinya dan digunakan sebagai bangunan fasilitas publik seperti museum.

Friday, August 16, 2019

Menikmati Concordia Lounge Bandara Ahmad Yani Semarang dengan Kartu BNI Visa Platinum Garuda

Ornamen Meja Saji Ciri Khas Concordia
Jarang-jarang saya terbang dari bandara Ahmad Yani Semarang, seingatku aku terbang dari Semarang kira-kira tahun 2012 lalu, ketika Manggala masih bayi. Bandara Ahmad Yani Semarang tentunya sudah banyak berubah tidak seperti dulu lagi. Terminalnya baru dan jauh lebih besar dari terminal lama, begitu pun fasilitas penunjangnya yang super lengkap saat ini.

Sekitar habis maghrib aku pun sampai di Bandara Ahmad Yani Semarang. Usai nge-print boarding pass, aku pun langsung bertanya ke petugas dimana letak Concordia Lounge. Lokasinya kalau nggak salah di lantai 2 atau 3 ya saya agak lupa, hehe..... Yang saya ingat ketika saya diantar petugas bandara ke pintu menuju lounge di lantai 1, kemudian disambut oleh petugas lounge dan didampingi naik ke atas melalui lift khusus sampai di depan lounge.

Sesampainya di resepsionis lounge langsung kucoba kartu BNI Garuda yang baru kuterima beberapa hari sebelumnya. Eh, ternyata bisa gratis, hehe.... dasar pemburu gratisan. Ya beginilah kalau belum jadi orang kaya beneran, ya ngorek-ngorek yang gratisan, haha.....!
Meja Bar untuk menikmati aneka kopi

Masuk Lounge langsung kumenuju mushola, kesan pertam
anya musholanya seingat saya lebih luas daripada yang di Concordia Terminal 2 Juanda Surabaya. Usai sholat langsung saja saya masuk ke ruang utamanya. Dan "Wah gede banget loungenya, kupikir yang di Surabaya itu sudah yang paling gede!", gumamku dalam hati.
Nampak lengang suasananya

Untuk makanan, minuman, ataupun camilan kue-kue mirip dengan yang di Surabaya, perbedaan satu-satunya yang paling mencolok adalah ruangannya yang lebih luas dan lega dan terkesan lebih mewah.      Tapi dari semua itu yang penting gratis dan bisa makan kenyang sebelum terbang, hehe......