Wednesday, April 8, 2015

Pengalaman Naik ATR 72 Trigana Air

Trigana Air ATR 72 (Dok. Pribadi)

Akhir-akhir ini kok kebetulan sering naik ATR ya. Akhir tahun lalu naik ATR Kalstar dari Tarakan ke Nunukan. Akhir Maret kemarin naik ATR 72 Garuda Indonesia dari Balikpapan ke Pontianak. Nah kemarin selasa kebetulan ke Ketapang naik ATR 72 Trigana Air.

Ini kali pertama aku naik Trigana Air. Jadwal keberangkatan pukul 8.15 WIB, namun anehnya counter check in di Bandara Supadio Pontianak baru dibuka pukul 7 pagi, nggak peduli bawa bagasi atau nggak. Mending kalau antreannya teratur, lha ini banyak penumpang yang menyerobot langsung ke depan, dan herannya petugas Trigana Air tetap melayaninya dengan ekspresi wajah yang seolah hal itu biasa aja.

Tibalah setelah antre selama 20 menit, barulah tibalah giliran kami untuk check in. Tiket yang kami beli dari agen travel ternyata sudah include airport tax. Namun, kami ada kelebihan bagasi lebih dari 22kg berhubung kami bertiga dan jatah bagasi per orang hanya 10 kg, sedangkan bawaan kami 52 kg. Jadilah kena charge sebesar Rp7000/kg, dengan toital charge Rp154.000, termasuk murah lah.

Ok, kami pun langsung menuju ruang tunggu di lantai 1. Ternyata pesawat delay sekitar 30 menit. Akhirnya tibalah saat boarding, kami pun dibawa dengan shuttle bus menuju apron parkir pesawat. Maklum lah nggak bisa pakai garbarata, lha wong pesawat kecil.

Seperti biasanya pesawat jenis ATR 72, kami masuk melalui pintu belakang, sedangkan pintu depan digunakan untuk pintu masuk bagasi. Kesan saat pertama kali masuk pesawat adalah pesawat yang sudah jadul dengan AC yang agak panas, "pantesan aja, muka-muka pramugarinya berkilau-kilau, o ternyata karena panas to!", pikirku saat itu.

Aku duduk kebetulan di nomor 3B (lorong) Pesawat ini tentunya berkapasitas 70 orang dengan 2 awak kabin. Susunan seatnya 2-2, dimulai dari nomor 1 di paling depan. Pintu darurat pun terdapat di samping kursi nomor satu.
Tapi aku nggak sempat mencoba toilet di Trigana Air ini, apakah sebersih toilet di Garuda Indonesia dengan jenis pesawat yang sama.
Kebetulan teman kantorku yang duduk di sebelahku baru pertama kali itu naik ATR 72 dan merasa kurang nyaman agak menakutkan, ditambah lagi pas landing terkesan menukik dan mendadak alias nggak smooth dengan goncangan yang relatif keras. Mungkin masih pilot baru, hehe.... Padahal saat aku naik Garuda Indonesia yang memakai pesawat sejenis (tapi lebih baru) mulus banget saat take off maupun landing.

Kalau pakai Garuda mendapatkan snack dan minuman yang bisa milih, di Trigana Air cuma diberikan Teh Sosro Kotak tanpa snack. "Wah enak banget ya pramugarinya, nggak perlu repot-repot menyajikan makanan", celetukku pada teman di sebelahku.

Sekitar 30 menit di udara, sampailah kami di bandara Rahadi Usman Ketapang. Bandara kecil di sebuah Kabupaten di ujung paing selatan Provinsi Kalimantan Barat. Lumayan sepi bandaranya, tapi yang kusuka bukan fasilitasnya melainkan bagasiku cepat diturunkan ke conveyor belt.

Akhirnya bisa ke Ketapang juga yang terkenal dengan Batu Kecubungnya.... Naik ATR 72, siapa takut???

No comments:

Post a Comment