Saturday, April 4, 2015

Hobi Berkebun: Belimbing Wuluh

Belimbing Wuluh nyelip diantara daun (dok. pribadi)
Berkebun memang hobi yang mengasyikkan bagi sebagian orang, termasuk diriku. Tanganku gatal kalau lihat ada tanah kosong yang nggak ada tanaman produktifnya. Dulu saat aku pertama kali menghuni rumah baru pada pertengahan tahun 2012 lahan masih banyak lahan tersisa di sekeliling rumah, maklum rumahnya sangat mungil cuma 39 m2, padahal keseluruhan luas tanah rumahku yang kebetulan berada di hook itu seluas 135 m2, lumayan luas untuk ukuran lahan rumah menengah bawah di Jabodetabek yang kini rata-rata hanya seluas 60-72 m2 saja.

Nggak mau nunggu lama-lama segera kutanami berbagai macam tanaman produktif di sisa tanah di depan, samping dan belakang rumah. Salah satu yang kutanam adalah Belimbing Wuluh. Kubeli bibitnya di Toko Trubus Sektor 9 Bintaro. Mengapa aku menanam Belimbing Wuluh, kan buahnya nggak enak dimakan, beda banget sama belimbing buah alias Star Fruit yang enak dibikin rujak atau dimakan langsung. Iya memang belimbing wuluh tidak dikonsumsi sebagai buah, melainkan sebagai pelengkap masakan asam. Kebetulan aku penggemar sayur asem, garang asem, pepes ikan yang kesemuanya jika diberi irisan belimbing wuluh semakin segar rasanya.

Baru denger namanya saja, apalagi membayangkan buahnya, sudah bereaksi kelenjar ludah di mulut ini terbayang akan rasa masamnya, hmmmm...... Belimbing wuluh untuk masakan-masakan tertentu bisa digunakan sebagai pengganti asam jawa ataupun tomat muda. Namun, keberadaannya tidak dibudidayakan secara masal layaknya tomat, karena memang penggemarnya yang terbatas.

Buah bergelantungan di dahan (dok. pribadi)
Belimbing wuluh sangat mudah dibudidayakan. Seringkali dibudidayakan dengan perbanyakan generatif yang berarti dari biji. Biasanya di bawah pohon belimbing wuluh yang sudah berbuah tidak jarang dijumpai anakan-anakan belimbing wuluh yang tumbuh dari biji buah yang sudah matang dan terjatuh di tanah. Belimbing wuluh termasuk tanaman yang tahan hama dan tidak terlalu tinggi pohonnya, sehingga cocok ditanam di sekitar rumah. Perlu sinar matahari yang cukup  banyak untuk pertumbuhan pohon yang baik.

Belimbing wuluh akan cepat berbuah jika mendapat asupan nutrisi yang cukup, sinar matahari dan air yang cukup. Bunga belimbing wuluh yang berwarna merah keunguan akan muncul di sepanjang batang ataupun dahan, dan jika terserbuki akan berubah menjadi belimbing wuluh yang bergerombol.

Belimbing wuluh yang kutanam di pojok pekarangan rumah bahkan jarang kupupuk dan terdesak dengan pertumbuhan pohon bambu jepang yang ada di sepanjang pagar rumah, namun tetap saja buahnya sangat banyak dan tentunya nggak habis kukonsumsi sendiri, bisa dibagi-bagi ke tetangga lah.......

Belimbing wuluh sangat cocok ditanam di pekarangan yang sempit karena tajuk pohonnya yang nggak terlalu lebar dan lebat, sehingga nggak mengganggu bangunan rumah atau jalan di sekitarnya.

Bergerombol kayak anggur (dok. pribadi)
Nah, pertengahan Maret kemarin aku kebetulan ada tugas ke Jakarta, kusempatkan lah mampir ke rumah di Tangerang Selatan. Betapa terkejutnya aku melihat Belimbing Wuluh milikku berbuah sangat lebat dan ukurannya besar-besar. Seneng banget rasanya, meski aku nggak sempat menikmatinya, toh masih bisa dibagikan ke tetangga-tetangga.

Ayo Menanam!

Baca juga: Menanam Jeruk Chokun

No comments:

Post a Comment