Wednesday, April 1, 2015

Tugu Khatulistiwa [Equator Monument] Pontianak, West Borneo, Indonesia

Tugu Khatulistiwa Baru tampak dari luar (dok. pribadi)
Sebenarnya nggak kurencanakan kunjunganku ke Tugu Khatulistiwa pekan lalu. Kebetulan hari sabtu kemarin, aku bersama dua kolegaku dan sopir kantor berakhir pekan di Singkawang. Nah, di luar rencana semula, ternyata kami melewati Area Tugu Khatulistiwa di pinggiran kota Pontianak, antara jalan yang menghubungkan Pontianak dengan Mempawah.

Cukup ramai kala itu wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan lokal. Nampak satu dua bule yang sedang berfoto ria di pelataran Tugu. Monumennya memang tidak setinggi Monumen Nasional alias Monas di Jakarta, tapi ini adalah salah satu Monumen Unik yang ada di dunia kebanggaan warga Pontianak, karena keberadaan Tugu Khatulistiwa ini menandakan bahwa Pontianak adalah kota yang dilewati garis imajiner Khatulistiwa alias equator.

Ternyata Monumen yang asli bukan yang tampak dari luar. Jika kita ingin melihat monumen yang asli  maka kita harus masuk ke dalam ruangan di bawah monumen yang nampak dari luar. O.... ternyata saat aku masuk di dalam sedang riuh dengan anak SD yang sedang study tour. Di Bagian tengah ruangan itu ternyata ada Monumen yang bentuknya sama dengan monumen yang di luar tapi dalam ukuran yang lebih kecil dan disangga dengan sejenis kayu yang kuat, yang kalau tidak salah namanya kayu Bulian atau yang lebih dikenal dengan kayu ulin alias kayu besi.

Tugu Khatulistiwa Asli di dalam Museum (Dok. Pribadi)
Di sekeliling dinding museum, terpampang foto-foto dokumentasi tugu khatulistiwa sejak berdiri pertama kali  sampai dengan dibangunnya monumen tiruan di atasnya yang lebih besar. Sejarah pembuatan Tugu khatulistiwa ini pun dijabarkan secara lengkap, pantas saja anak-anak SD study tour di sini, selain untuk berwisata juga untuk belajar sejarah dan ilmu bumi.

Nah, ketika aku sedang asik-asiknya memotret berbagai foto di dinding museum, aku dikejutkan dengan teriakan seorang pria melalui loudspeaker yang ternyata si penjaga museum yang memarahi salah satu pengunjung yang nekat naik ke kayu tugu khatulistiwa yang asli hanya untuk sekedar berfoto, padahal sudah ada larangan untuk tidak memanjat kayu tugu. Meskipun kayu tersebut sudah hampir berumur seratus tahun dan masih tampak kokoh, tapi kalau sering dipanjat pengunjung strukturnya pasti akan cepat rusak..

Tidak dipungut biaya tiket untuk masuk ke kawasan Tugu Khatulistiwa, kita hanya cukup menulis buku tamu yang tersedia di pintu masuk museum. Saat aku berkunjung kesana, pengelolaan kawasan Tugu Khatulistiwa kesannya seperti dikelola seadanya. Namun, aku melihat baliho yang menggambarkan bahwa kawasan Tugu Khatulistiwa segera dipercantik dengan adanya taman bermain. tapi menurutku keberadaan taman bermain malah mengurangi aura/roh dari Tugu Khatulistiwa itu sendiri. Lebih baik di sekelilingnya dibangun taman luas yang cantik, sehingga menambah wibawa dan keanggunan Tugu Khatulistiwa.

Yang membuatku agak nggak sreg juga saat itu adalah, lokasi parkir mobil dan bus wisata yang  mepet banget dengan pelataran Tugu Khatulistiwa, sehingga kesannya kurang rapi dan memperjelek pemandangan Tugu Khatulistiwa secara keseluruhan.


1 comment:

  1. Wah unik yaw kak,,, Jadi miniatur di dalamnya persis sama dengan kelihatan dari luar,,,, wah sayangnya kok yaw masih ada yang nekat memanjat padahl kan udah ada larangannya. Udah gratis mau ngerusak lagi,,, ckckckc

    ReplyDelete